Ibu Kota Baru
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran Sebut Ada Warganya Menolak Ibu Kota Baru RI di Kalimantan Tengah
Rencana pemerintah melakukan pemindahan ibu kota sejurus dengan kekhawatiran akan ruang gerak masyarakat Kalimantan Tengah menjadi terbatas.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Budi Susilo
"Kita pasti mendukung. Kami salah satu bagian Indonesia. Saya sudah bicara, doa sudah, ikhtiar sudah, kita tunggu takdir alloh, yang punya hati Presiden dan Kepala Bapenas itu alloh swt," ungkapnya.
Saat disinggung soal kultur masyarakat Kalteng yang tampak homogen, Sugianto Sabran menepisnya, ia menyebut selama 3 tahun ia menjabat sebagai gubernur warga Kalteng menunjukkan kedewasaan bermasyarakat.
"Saya lihat selama memimpin 3 tahun, baik saja. masih bisa diajak bicara," katanya.
Disinggung isu lahan Kalteng yang dominan gambut, orang nomor 1 di Kalimantan Tengah tak menampik hal tersebut.
Namun dirinya punya jawaban tersendiri menjawab pertanyaan itu.
"Lahan tak hanya lahan gambut, kalau musim kemarau panjang pasti terbakar. Karena lahan tak produktif (makanya terbakar). Kalau lahan itu jadi lahan produktif dan dikelola dengan manajemen baik, pasti enggaklah (terbakar)," jelasnya.
"Contohnya 2016-2018, tak terjadi kebakaran yang seperti sebelumnya. Tahun 2019 kita manage, disamping bantuan maha kuasa, turunnya hujan," ungkap Sugianto Sabran.
Selain itu,
Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran meminta maaf secara langsung kepada Gubernur kaltim Isran Noor, Selasa (20/8/2019), dalam rapat Konsultasi Regional Pulau Kalimantan, di Hotel Novotel Balikpapan, Kalimantan Timur.
Di akhir penyampaian tanggapannya terhadap RPJMN Pemerintah Pusat, Sugianto Sabran menutupnya dengan berkelakar dengan Isran Noor, yang saat itu duduk bersampingan dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro.
"Masalah Ibu Kota Pemerintah Indonesia, Kalimantan Tengah, mohon maaf abang saya Isran Noor. Kalimantan Tengah tidak meminta, tapi kami punya catatan sejarah historis yang baik tahun 1950," ujarnya, seraya disambut tepuk tangan peserta Konreg.
Untuk diketahui, pada 1950-an, presiden RI pertama Soekarno sempat melirik daerah di Kalimantan Tengah sebagai ibu kota negara.
Peletakan batu pertama pembangunan awal Kota Palangkaraya, jadi langkah lanjutan dari wacana kala itu. Secara simbolis diperlihatkan dengan pembangunan tugu peringatan, yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 17 April 1957.
"Usaha sudah ada, doa sudah ada. Tinggal menunggu takdir Allah. Karena mau Kaltim atau Kalteng itu hal biasa," katanya.
Sebelumnya, dalam kesempatan yang sama, Gubermur Kaltim pun sempat berkelakar. Bedanya pada awal penyampaian tanggapan, Isran Noor belakangan diketahui seharusnya menyampailan tanggapan di akhir alias nomor urut 5 dari kepala daerah yang hadir di Konreg.