Ibu Kota Baru
Gempa 4,8 SR di Kalimantan Kamis 22 Agustus 2019 Tak Disampaikan dan Jadi Sorotan, Begini Kata BMKG
Tidak disampaikan informasi gempa di Kalimantan Kamis 22 Agustus 2019 tersebut juga dikaitkan dengan isu pemindahan ibu kota negara (IKN).
Penulis: Doan Pardede | Editor: Januar Alamijaya
Kalimantan memang aman dari gempa. Bagaimana menurut anda?," kaya Sutopo.
Berdasarkan data yang dihimpun TribunKaltim.co dari banjarmasinpost.co.id dan tribuntravel.com gempa pernah terjadi Kalimantan.
Meski diketahui secara umum bahwa Pulau Kalimantan selama ini dikenal aman dari gempa dan tsunami, fakta mencatat sejarah yang merupakan peristiwa langka telah terjadi di Kalimantan Tengah, khususnya Muara Teweh.
Dari sejarah gempa bumi di Indonesia yang terjadi di Kalimantan selain di Muarateweh dan wilayah Balikpapan (Laut Sulawesi), tercatat tiga kali berturut-turut peristiwa bencana gempa bumi di Tarakan, Kalimantan Utara, dan sekitarnya, yakni pada 19 April 1923, 13 April 1924, dan 14 Februari 1925, dengan kekuatan mencapai VIII skala MMI.
Mengutip laman geomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi.
Ini terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di wilayah Ranau dan gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.
Hingga kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim.
Secara garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.
Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.
Zona tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.
Sementara, letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil secara tektonik.
Namun, benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?
Ternyata jawabannya tidak.
Pulau Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.
Risiko guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi dataran Pulau Kalimantan.
Sementara itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.
Secara umum sesar-sesar di Pulau Kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara – selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut.
Lipatan yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya – timur laut.
Pola struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi sebelumnya.
Berdasarkan kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan.
Yakni, Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar.
Di samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Inilah yang menyebabkan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari risiko gempa bumi.
(TribunKaltim.co/Doan Pardede)