Kratom, Daun Asal Kalimantan yang Akan Dilarang BNN Diekspor ke Amerika Senilai Jutaan Dolar
Daun Kratom ini disebut dapat memberikan efek sedatif seperti narkoba jika dikonsumsi dalam dosis tinggi sekitar 10-25 miligram atau lebih.
TRIBUNKALTIM.CO - Tanaman kratom populer sebagai salah satu obat tradisional di beberapa wilayah Indonesia.
Dilansir dari Hello Sehat, Senin (2/9/2019), daun kratom banyak digunakan di wilayah Kalimantan Barat.
Mengutip laman badan hukum narkoba di Amerika Serikat (AS) atau Drug Enforcement Administration (DEA), kratom juga disebut dengan nama biak, kakuam, ithang, dan thom.
Daun yang memiliki nama latin Mitragyna speciosa ini dikenal pula dengan nama daun purik atau ketum.
Di beberapa wilayah, daun ini dimanfaatkan sebagai obat herbal penghilang rasa sakit.
Cara penggunaannya juga beragam, banyak yang mengubahnya menjadi bentuk ramuan teh, atau menjadi kapsul, tablet, bubuk, dan cair.
• Sinopsis Drama India Ishq Mein Marjawan Episode 43, Senin (2/9/2019): Arohi Mencari Deep
• Ramalan Zodiak Senin 2 September 2019: Taurus Berhenti Lari dari Masalah, Cancer di Zona Nyaman
• Bukan Banyuwangi, Lokasi 'KKN di Desa Penari' Diduga Kuat di Wonoboyo Bondowoso, Begini Analisanya
Daun miliki efek stimulan jika digunakan dalam dosis rendah
Kratom bisa membuat seseorang merasa memiliki lebih banyak energi, merasa lebih bahagia, dan waspada.
Selain itu, kratom memiliki kandungan alkaloid mitraginin dan 7-hydroxymitragynine yang terbukti mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi, atau pelemas otot.
Dengan kandungan ini, kratom biasanya juga dipakai untuk meredakan gejala fibromyalgia yang merupakan intoleransi terhadap stres dan rasa sakit.
Sementara, laman DEA menyatakan, dalam dosis rendah, kratom membuat pemakainya lebih banyak bicara dan kewaspadaan yang semakin meningkat.
Efek negatif penyalahgunaan kratom
Hello Sehat memaparkan, daun ini dapat memberikan efek sedatif seperti narkoba jika dikonsumsi dalam dosis tinggi sekitar 10-25 miligram atau lebih.
Penyalahgunaan kratom dapat menimbulkan efek ketergantungan jika digunakan secara teratur dalam jangka waktu tertentu.
Bahkan, jika konsumsi kratom dihentikan setelah ketergantungan, maka akan memicu gejala withdrawal atau dikenal dengan sakau.
Selain itu, kratom memberikan dan menyebabkan interaksi negatif seperti kejang-kejang jika dikombinasikan dengan obat atau campuran zat psikoaktif.
DEA menyebutkan, kratom bisa membuat pemakainya terkena gejala psikotik dan kecanduan psikologis.
Laman AFP seperti dikutip Dailymail menerangkan, di AS, tanaman ini memiliki efek seperti obat-obatan opioid dan telah menyebabkan kematian bagi 91 orang.
Tak hanya itu, badan administrasi makanan dan obat-obatan AS, Food and Drug Administration (FDA) seperti dikutip dari New York Times, memperingatkan masyarakat untuk menghindari penggunaan kratom.
Lebih lanjut, tanaman ini juga bisa menyebabkan halusinasi, khayalan, dan kebingungan.
Efek lainnya adalah mual, gatal, berkeringat, mulut kering, sembelit, peningkatan buang air kecil, serta kehilangan nafsu makan.
Adapun penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan, dan insomnia.
Baca juga :
Bukan Pemakai hingga Sebut Akhirnya Perkaya Negara, 6 Fakta Aset Triliunan Bos Narkoba Disita BNN
Dari Peringkat Tiga Turun ke Lima, HMI Apresiasi Polda Kaltim Dalam Pemberantasan Narkoba
Ekspornya cukup besar
Tanaman kratom (Mitragyna speciosa) dikenal sebagai daun ajaib asal Kalimantan yang menjadi komoditas ekspor besar dengan Amerika Serikat sebagai konsumen utamanya.
Sayangnya, kurangnya uji klinis membuat banyak pihak yang ragu akan manfaatnya.
Dilansir dari dw.com, tanaman kratom banyak ditemukan di daerah pedalaman Kalimantan, dan sudah dikonsumsi selama berabad-abad di Asia Tenggara dan Papua Nugini.
Tanaman yang berasal dari keluarga kopi ini memiliki efek stimulasi dan penghilang rasa sakit.
Selain itu, sebagian orang meyakini kratom sebagai daun ajaib untuk mengatasi berbagai hal mulai dari kecanduan opioid hingga gangguan kecemasan.
"Saya meminum kratom dan tidak pernah punya masalah. Setiap jenis memiliki manfaatnya sendiri, beberapa membantu orang untuk rileks, ada yang dapat mengobati insomnia atau mengobati kecanduan narkoba. Ada juga yang membantu meningkatkan stamina," kata petani kratom Faisal Perdana kepada kantor berita AFP.
Hal senada juga dijelaskan Gusti Prabu.
Sebagai petani kratom, saat ini ia mampu mengekspor kratom hingga 10 ton per bulan.
"Nenek moyang kita menggunakan kratom dan tidak ada efek samping negatif.
Ini dapat membantu menghilangkan kecanduan narkoba dan membantu orang melakukan detoksifikasi," jelasnya.
Saat ini, tanaman tersebut dijual dalam bentuk bubuk dan diekspor ke seluruh dunia.

Muliadi (kiri gambar) dan Gusti Prabu (kanan) adalah petani kratom di Pontianak, Kalimantan Barat.
Gusti Prabu sendiri juga mengonsumsi tanaman kratom dan mengklaim bahwa ia tidak pernah mendapat efek samping negatif.
Menurutnya, tanaman ini bisa digunakan untuk membantu menghilangkan kecanduan narkoba dan detoksifikasi.
Hal tersebut membuat kekhawatiran beberapa regulator kesehatan tentang keamanan konsumsi tanaman ini.
Kratom menstimulasi bagian reseptor otak seperti morfin, meskipun kratom menghasilkan efek yang jauh lebih ringan.
Dilansir situs lab Badan Narkotika Nasional (BNN), cara mengkonsumsi daun kratom biasanya dikunyah dalam bentuk segar ataupun dijadikan serbuk untuk diseduh menjadi teh.
Tanaman kratom pun semakin populer, namun literatur ilmiah tentang efek dan toksisitas kratom masih sangat langka.
Dalam dosis rendah, kratom dilaporkan memiliki efek stimulan (digunakan untuk memerangi kelelahan selama jam kerja yang panjang), sementara pada dosis tinggi dapat memiliki efek sedatif - narkotika.
Baca juga :
Polresta Samarinda Ringkus Jaringan Narkoba Skala Besar, Barang Disembunyikan di Kotak Susu
Lebih Bahaya dari Ganja, BNN Usul 'Obat Ajaib' dari Kalimantan Daun Kratom Masuk Daftar Narkotika
Ekspor ke Amerika Serikat
Menurut data dari kantor berita AFP, di Kalimantan Barat saja ekspor tanaman kratom mencapai hingga 400 ton sebulan dengan nilai sekitar 10 juta Dolar AS.
Kisaran harga global kratom saat ini sekitar 30 Dolar AS per kilogram.
Petani kratom Gusti Prabu (gambar), mengekspor 10 ton tiap bulannya. (dok dw.com) Pontianak menjadi pos perdagangan utama kratom di Kalimantan.
Data dari kantor pos utama, pada tahun 2016 menunjukkan bahwa wilayah itu mengirim sekitar 400 ton ke luar negeri setiap bulan yang memiliki nilai sekitar 130 juta Dolar AS per tahun.
Menurut American Kratom Association, sebanyak lima juta orang Amerika Serikat menggunakan kratom dan jumlahnya terus bertambah. Para pelanggan biasanya mendapatkan kratom melalui paltform online seperti Facebook, Instagram dan toko online Ali Baba.
"Sekitar 90 persen dari pengiriman kami dari provinsi Kalimantan Barat adalah kratom yang dijual ke Amerika Serikat," kata kepala kantor pos Zaenal Hamid.
Banyaknya permintaan kratom membuat para petani di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang menjadi pusat produksi kratom, beralih profesi. Awalnya mereka memproduksi komoditas tradisional seperti karet dan minyak kelapa sawit, namun sekarang menjadi petani kratom.
Mereka mulai menanam pohon kratom dan mengubahnya menjadi tanaman komersial.
Dilansir dari dw.com, pada tahun 2017 ekspor kratom sempat turun karena cuaca buruk dan ketakutan akan salmonela.
Namun sejak tahun lalu, ekspor kratom kembali menguat.
"Pasar Kratom telah sangat baik selama dekade terakhir dan masih memiliki potensi di tahun-tahun mendatang," jelas Prabu, petani Kratom. "Orang akan melihat manfaatnya, cepat atau lambat," tambah Prabu.
(Kompas.com)