Sudah 36 Korban Tewas di Lubang Tambang,HMI Samarinda Anggap Pemerintah Tidak Serius Tangani Tambang

Publik kembali digegerkan dengan jatuhnya korban di lubang bekas tambang pada Kamis (22/8/2019) lalu di Desa Beringin Agung, Kecamatan Samboja, Kukar

Penulis: Aris Joni | Editor: Rita Noor Shobah
TRIBUN KALTIM/ ARIS JONI
Kabid Lingkungan Hidup Kimpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Samarinda, Nur Hariyani 

Dirinya juga menilai pihak pemerintah tidak boleh melemparkan kesalahan pada masyarakat yang terdampak lubang tambang seperti menyalahkan orang tua karena lalai.

Seperti yang dimuat dalam beberapa media yang dikatakan kepala dinas ESDM beranggapan jatuhnya korban ke-35 pada bulan Juni yang lalu akibat dari kesalahan orang tua.

"Pemerintah provinsi dan dinas ESDM harus sadar bahwa hal ini terjadi akibat dari gagalnya mereka dalam menjalankan tugas," tuturnya.

Lubang diduga bekas galian tambang  batu bara tempat bocah meninggal tenggelam di jalan Saka kawasan RT 16 Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu, Kalimantan Timur, Sabtu (23/6/2019).
Lubang diduga bekas galian tambang batu bara tempat bocah meninggal tenggelam di jalan Saka kawasan RT 16 Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu, Kalimantan Timur, Sabtu (23/6/2019). (Tribunkaltim.co / Nevrianto Hardi Prasetyo)

Diakuinya, Kritik masyarakat terhadap pemprov telah dilayangkan sejak lama mulai dari gerakan di media sosial hingga demonstrasi di depan kantor gubernur.

Namun permasalahan ini tak kunjung terselesaikan. Ia mengaku, bukannya mendapatkan solusi, masyarakat hanya mendapatkan pernyataan "biasa aja itu" dari gubernur Kaltim.

"Dalam penyelesaian permasalahan ini rakyat butuh DPRD sebagai perwakilan yang nyata untuk rakyat," ungkapnya.

Dirinya berharap, dalam penyelesaian kasus ini semua pihak baik eksekutif maupun legislatif Kaltim menanggapi hal ini dengan serius dengan melakukan segala upaya mulai dari pemanggilan pemilik IUP hingga menjalankan reklamasi terhadap lubang yang menganga.

Kepala Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Kaltim, Wahyu Widhi Heranata (baju coklat) meninjau lubang tambang yang diduga menyebabkan kematian Ahmad Setiawan (10) warga Jalan P Suryanata, Gang H Saka, RT 16, Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu.
Kepala Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Kaltim, Wahyu Widhi Heranata (baju coklat) meninjau lubang tambang yang diduga menyebabkan kematian Ahmad Setiawan (10) warga Jalan P Suryanata, Gang H Saka, RT 16, Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu. (TRIBUN KALTIM / NALENDRO PRIAMBODO)

Menurutnya, jka 36 nyawa saja tidak mampu menggugah sisi kemanusiaan pemprov maupun DPRD Kaltim, maka harus berapa nyawa lagi yang hilang baru mau bertindak.

"Persoalan hilangnya nyawa di lubang tambang bukan sekedar berita duka seperti angin lalu, ini adalah permasalahan hak untuk hidup warga Kaltim di lingkungan yang aman dan nyaman," pungkasnya.

BACA JUGA

Ibukota Resmi Dipindah ke Kalimantan, Jusuf Kalla Singgung Kebakaran Lahan dan Lubang Tambang

12 Ribu Kubik Sedimentasi Sungai Karang Mumus Dikeruk, Lokasi Pembuangan di Lubang Tambang

Akademisi Nilai Pernyataan Kadis ESDM soal Penyebab Anak Meninggal di Lubang Tambang Menyesatkan

(Tribunkaltim.co/Aris Joni)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved