Alami Gejala ISPA Seperti Ini, DKK Balikpapan Imbau Warga Segera ke Puskesmas Terdekat
DKK Balikpapan mengimbau warga untuk segera ke puskesmas jika mengalami gejala ISPA akibat kabut asap
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUN KALTIM.CO, BALIKPAPAN - Walikota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan hingga saat ini penderita ISPA mencapai 3.000 jiwa.
Hal ini disampaikan Rizal Effendi Selasa (17/9/2019) kemarin.
Namun dari semua penyakit ISPA tersebut salah satunya berasal dari kabut asap.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota atau DKK Balikpapan Andi Sri Juliarti, penyakit ISPA disebabkan bermacam-macam hal.
"Penyebab ISPA banyak bisa virus, bakteri dan polutan," kata Andi Sri Juliarti, Rabu (18/9/2019).
Jika dibandingkan dengan bulan September 2018, kata Andi tren ISPA mengalami penurunan di September 2019.
September 2018 tercatat sekitar 6.542 jiwa, sedangkan di bulan September 2019 tercatat sekitar 2.987 di seluruh puskemas Kota Balikpapan.
Meskipun mengalami penurunan DKK Balikpapan tetap waspada untuk mengantisipasi kabut asap.
Salah satunya mempersiapkan stok obat-obatan untuk ISPA dan obat alergi lainnya.
Selain itu pihaknya juga mempersiapkan ratusan ribu masker.
Kemudian ia mengimbau kepada masyarakat jika memiliki gejala di saluran pernapasan, mata perih, rasa mual langsung menuju fasilitas pelayanan kesehatan.
"Semua puskesmas bersiaga, perawat dokter selalu ada di tempat.
Stok obat-obatan ISPA dan alergi sudah disiapkan.
Ada 111 ribu masker telah disiapkan. Seluruh puskemas menggunakan media sosial untuk mengimbau masyarakat," ucap Andi Sri Juliarti.

ISPA di Ibu Kota Baru
Belum Ada Pasien ISPA Akibat Kabut Asap, RSUD Penajam: Hanya Pasien yang Asma Kambuh Akibat Asap
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji Putri Botung (RAPB) belum menangani pasien penderita infeksi saluran napas atas (ISPA) akibat paparan asap secara langsung.
Namun, ada beberapa pasien penderita asma, yang penyakitnya kambuh akibat kondisi udara yang tercemar asap.
Hal tersebut dijelaskan oleh dokter spesialis paru RSUD RAPB PPU, Ita Haryatie.
"Kami belum menangani pasien penderita ISPA akibat asap, tapi pasien asma kami, yang sudah punya penyakit asma itu, tercetus kambuh penyakitnya akibat asap, ada beberapa," katanya, Selasa (17/9/2019).
Dokter yang bertanggungjawab di Poli Paru rumah sakit plat merah ini mengungkapkan, belum ada pasien, baik dewasa maupun anak yang menderita ISPA akibat kabut asap yang melanda PPU sejak seminggu lalu tersebut.
Namun hari ini, ia menangani sedikitnya 5 pasien rawat jalan penderita asma yang penyakitnya kambuh akibat asap.
"Pasien yang saya tanya, mengatakan asmanya perlahan kambuh sejak ada asap ini, sekitar seminggu belakangan.
Dari yang penyakit asma nya sudah mulai stabil, dosis obatnya sudah dikurangi, mulai naik lagi," tuturnya.
"Yang pernapasannya terganggu atau infeksi, karena paparan asap langsung belum ada yang kami tangani," tegasnya.
Ita Haryatie berpesan, karena kondisi cuaca yang cukup terganggu akhir-akhir ini akibat asap, utamanya jika kondisi asap yang cukup pekat, untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.
Jika dalam keadaan yang mengharuskan keluar rumah, gunakan masker. Masker berfungsi untuk mencegah partikel-partikel beracun dari asap terhirup langsung dan masuk kedalam tubuh.
Masyarakat diminta mengonsumsi makanan bergizi seimbang, buah dan sayur serta perbanyak minum banyak air putih.
"Fungsinya untuk memperkuat daya tahan tubuh kita. Berlaku untuk semua usia, namun yang rentan dan beresiko tinggi adalah orang tua, bayi dan anak kecil, juga ibu hamil," pungkasnya.

Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara Bagi Masker di Lokasi Ibu Kota Baru, Cegah Terpapar Asap
Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara Bagi Masker di Lokasi Ibu Kota Baru, Cegah Terpapar Asap
Dinas Kesehatan (Dinkes) Penajam Paser Utara (PPU) belum melakukan rekapan data masyarakat yang menderita infeksi saluran napas atas (ISPA) akibat paparan kabut asap.
Masyarakat kabupaten PPU cukup terganggu dengan kondisi udara akibat kepulan asap seminggu belakangan.
Bahkan ada warga yang mengeluh susah tidur, mata merah, sesak napas dan batuk akibat asap pekat yang muncul mulai malam hingga pagi hari tersebut.
Kepala Dinkes PPU, Arnold Wayong menyatakan, angka masyarakat yang menderita gangguan pernapasan akibat asap masih kecil.
Namun, permintaan masker untuk pencegahan, sudah diajukan oleh Puskesmas yang ada di Benuo Taka.
"Kemarin, dari Kecamatan Sepaku ada yang menelpon untuk permintaan masker dan sudah kami perintahkan untuk dibagikan jika diperlukan," katanya, Selasa (17/9/2019).
Puluhan ribuan masker sudah diterima oleh Puskesmas Sepaku, dan hari ini sudah mulai dibagikan di sekolah-sekolah, dan kantor pemerintahan.
"Wilayah lain akan menyusul," imbuhnya.
Olehnya itu, Arnold akan kembali memesan pasokan masker, untuk disalurkan di tiap-tiap wilayah di Kabupaten PPU, utamanya yang kondisi udara terganggu akibat asap.
Kondisi di lokasi calon Ibu Kota Negara, jelas Arnold belum separah Provinsi Pekanbaru dan Palangkaraya Kalimantan Tengah. Usulan untuk meliburkan siswa sekolah pun, belum ada.
"Harus dari rekomendasi Dinas Pendidikan juga," tambahnya.
Arnold terus memantau kondisi diberbagai wilayah. Ia berpesan, jika secara visual kepulan asap cukup pekat, hindari keluar rumah. Ventilasi udara pada rumah diminta untuk diperkecil.
"Jika terpaksa keluar rumah, pakai masker. Terutama udara di sekitar anak kecil dan bayi. Di PPU kabut pekat itu mulai dari subuh hingga pagi.
Menjelang siang, karena angin kencang, asap semakin berkurang," pungkasnya. (*)