Bajakah, Antara Obat dan Racun Serta Keikhlasan Warga Ibu Kota Baru Indonesia Memberikannya Gratis

Akar Bajakah sudah sejak lama digunakan Suku Dayak di Kalimantan. Warga Penajam Paser Utara ada yang memberikannya secara gratis

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Rita Noor Shobah
TribunKaltim.co / Heriani
Penjuaal kayu Bajakah marak di Penajam Paser Utara 

TRIBUNKALTIM.CO - Bajakah, Antara Obat dan Racun Serta Keikhlasan Warga Ibu Kota Baru Indonesia Memberikannya Gratis.

Akar Bajakah tiba-tiba populer setelah tiga pelajar di Palangkaraya membuktikannya sebagai obat kanker mujarab.

Sejatinya, akar Bajakah merupakan tumbuhan yang menghuni belantara Kalimantan, sejak lama.

Suku Asli Kalimantan, yakni Suku Dayak sudah akar Bajakah, atau yang dikenal dengan bahasa ilmiah, Liana.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Rustam Fahmy membeber, Suku Dayak sudah lama memanfaatkan akar Bajakah.

Selain sebagai obat, Bajakah jenis tertentu juga bisa dijadikan racun untuk membunuh ikan, maupun hewan buruan lainnya.

Tidak semua kayu Bajakah memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Jika salah pilih, kayu Bajakah juga bisa memberikan dampak kematian bagi penggunanya.

Ahli Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda, Dr Rustam Fahmy mengungkapkan, kayu Bajakah merupakan kayu yang sudah tidak awam bagi kebanyakan masyarakat Kalimantan.

Terutama, masyarakat dari Suku Dayak.

Rutin Minum Rebusan Air Bajakah Dua Kali Sehari, Ini yang Terjadi Pada Tumor di Payudara Fitri

Warga Ibu Kota Baru Indonesia Sediakan Kayu Bajakah Siap Minum Gratis, Mulai Dijual Online

Pasalnya, banyak dari masyarakat Suku Dayak di Kalimantan menggunakan kayu ini untuk berbagai kepentingan.

"Nama ekologinya Liana.

Tanaman ini bukan berupa pohon.

Tapi, akar yang merambat.

Tanaman ini sudah sangat familiar untuk kebanyakan masyarakat Suku Dayak di Kalimantan," ujarnya kepada Tribun Kaltim di Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, Kampus Gunung Kelua, Samarinda, Rabu (18/9).

"Ada ratusan jenis kayu Bajakah.

Dan kita, khususnya para pengguna harus lebih berhati-hati.

Ada juga kayu Bajakah yang beracun.

Jadi, jangan sembarang menggunakan.

Apalagi, kalau yang mencari atau menjual kayu ini tidak paham dengan jenis kayu Bajakah," lanjutnya.

Masyarakat Suku Dayak, menurut Rustam, sejak puluhan lalu sudah mengenal kayu ini.

Khasiat yang ditimbulkan kayu ini, banyak diketahui hanya oleh Suku Dayak.

Sebab, kebanyakan pemanfaatan kayu Bajakah ini digunakan oleh suku asli Kalimantan.

"Bahkan, sudah ratusan tahun masyarakat Suku Dayak tahu manfaat kayu ini.

Khasiat kayu Bajakah belum dapat dibuktikan secara ilmiah, sampai pada saat penelitian yang dilakukan oleh 3 siswa Palangkaraya, Kalteng.

Namun, penelitian tersebut harus terus dikaji lagi sampai benar-benar pasti," tuturnya.

Bukan hanya bisa digunakan untuk menyembuhkan kanker, diketahui Rustam, kayu Bajakah juga bisa dijadikan obat untuk mencegah kehamilan.

Namun, untuk jenis kayu Bajakah yang mana, Rustam masih belum banyak mengetahuinya.

"Kayu ini juga biasa digunakan untuk meracun ikan, racun untuk binatang buruan.

Dan untuk penggunaannya, hanya masyarakat tertentu yang tahu.

Sebab, ini menjadi rahasia mereka.

Sebutannya untuk kayu ini pun berbeda-beda," tandasnya.

Bajakah, dijelaskan Rustam, ditemukan di hutan yang memiliki pohon-pohon yang tinggi.

Jika tidak lagi ditemukan pohon tinggi di daerah itu maka sudah dapat dipastikan Bajakah akan punah.

Untuk itu, penting bagi pembeli Bajakah mengetahui asal usul kayu Bajakah tersebut.

"Akan punah dengan sendirinya, kalau tidak ditemukan pohon tinggi di daerah itu.

Nah, untuk lokasi-lokasi pohon tinggi ini biasanya ada di dalam hutan konservasi atau dilindungi.

Misalnya saja di Balikpapan, di mana di daerah itu yang memiliki hutan dengan pohon tinggi.

Kalau paling dekat ya di Hutan Lindung Sungai Wain," paparnya.

Sampai saat ini, belum ada aturan yang melindungi kayu Bajakah.

Artinya, kayu ini tidak dilindungi dan boleh dieksploitasi. Namun, ditegaskan, kayu ini akan dilarang peredarannya ketika kayu tersebut didapat di daerah yang dilindungi.

Penjualan Kayu Bajakah di Berau Makin Marak, BKSDA Khawatir Picu Kerusakan Ekosistem Hutan

Ada Kayu Bajakah di Hutan Penajam, Bupati Abdul Gafur Masud Ingatkan Tetap Jaga Kelestarian Alam

"Apabila dibiarkan maka para pencari kayu Bajakah ini bisa merambat masuk ke dalam hutan konservasi atau hutan lindung.

Tentu, hal ini akan mengganggu ekosistem hutan tersebut.

Dan bagi para pengguna, agar lebih berhati-hati lagi.

Sebab, penelitian untuk kayu ini masih minim.

Jadi harus lebih dipastikan lagi pemanfaatan ya," lanjutnya lagi.

Dosen Fakultas Kehutanan Rustam Fahmy
Dosen Fakultas Kehutanan Rustam Fahmy (TribunKaltim.co / Purnomo Susanto)

Dibagikan Gratis

Berbeda dengan masyarakat yang memanfaatkan kayu Bajakah untuk kepentiangan komersial, ada salah seorang yang justru menggratiskan air rebusan Bajakah.

Ia adalah Ketua Adat Dayak Kabupaten Penajam Paser Utara Helana.

Helana yang saat ini menjabat Kepala Seksi Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik pada Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Penajam Paser Utara menjelaskan, bahwa akar Bajakah sudah lama ada di hutan Benuo Taka.

Setelah viral, muncul inisiatif darinya membantu orang yang membutuhkan.

"Terinspirasi dari keluarga kami, banyak yang meninggal karena kanker, termasuk ayah saya, ipar dan tante saya.

Berangkat dari kejadian di masa lalu, kami sekeluarga bersepakat membantu orang-orang yang membutuhkan, artinya orang yang terkena tumor dan kanker," katanya, Senin kemarin.

Akar Bajakah, ia peroleh dari hutan dan kebun keluarga besarnya.

Setiap harinya, Helena merebus dua galon air akar Bajakah.

Kepada warga yang meminta, ia memberi dengan takaran satu minggu konsumsi, yakni 4 botol, karena khawatir air tersebut akan basi jika terlalu banyak.

"Satu hari, air rebusan sebanyak dua galon itu selalu habis," imbuhnya.

Helena membagi dalam bentuk air rebusan tanpa alasan.

Bercermin dari pengalamannya yang memberikan akar Bajakah nyatanya tidak terlalu efektif.

Banyak masyarakat yang terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengelolanya.

"Ketika saya tanya, sudah sejauh mana perkembangan untuk mengonsumsi akar Bajakah?

Ada yang mengaku tidak sempat menjemur, merebus dan sebagainya.

Sehingga saya siapkan dalam bentuk air siap minum.

Sehingga tidak ada alasan lagi mereka tidak konsumsi," tuturnya.

Penjualan Bajakah Kini Marak dan Harganya Fantastis, Jangan Asal Konsumsi dan Bahaya Bila Salah

Beberapa minggu setelah ia menggratiskan air rebusan Bajakah, jumlah masyarakat Penajam Paser Utara yang menderita tumor dan kanker.

Namun tidak berobat secara medis, dan mengandalkan pengobatan tradisional cukup banyak.

Helena menyayangkan masyarakat yang mengambil akar tumbuhan Bajakah, selain di hutan dan kebun sendiri, lalu memperjualbelikan.

Tokoh Dayak Penajam Paser Utara Helena
Tokoh Dayak Penajam Paser Utara Helena (tribunkaltim.co/Heriani)

Ia berpendapat, akan lebih berkah jika akar tersebut dipergunakan untuk membantu orang yang membutuhkan tanpa iming-iming.

Ia khawatir, jika ada masyarakat yang membeli barang palsu dengan harga mahal.

Olehnya itu, Helena tidak keberatan memberi secara gratis.

Jika ada masyarakat yang membutuhkan.

Selagi stoknya masih ada.

Untuk masyarakat di luar Penajam Paser Utara, ia menyiapkan akar Bajakah kering.

"Dari Aceh, Sumatra, Jawa sampai Bali, saya kirimkan semua, meskipun saya tidak kenal.

Yang jelas melampirkan foto pasien dan KTP pasien.

Saya kirim gratis melalui ekspedisi dan menggunakan jasa kirim yang ongkirnya mereka yang bayar," tambahnya.

Sedangkan warga Penajam Paser Utara, bisa langsung ke Kantor Kominfo Penajam Paser Utara atau di rumahnya di Perumahan Korpri, RT 07 Blok 2 J Nomor 6, Kelurahan Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam. (*)

(TribunKaltim.co/Rafan A Dwinanto)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved