Darurat Kabut Asap

Jarak Pandang Sudah di Atas 5 Kilometer, BMKG Berau Mengakhiri Peringatan Dini Kabut Asap

BMKG Berau, Tekad Sumardi menjelaskan, masa darurat kabut asap ini diakhiri setelah dua hari berturut-turut, kabut asap berkurang dan jarak pandang.

Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/Geafry Necolsen
Tugboat penarik tongkang batu bara di Berau Kalimantan Timur pada Senin (23/9/2019) pagi. Kabut asap yang sejak bulan Agustus 2019 lalu menyelimuti wilayah Berau, akhirnya berangsur normal. Jatak pandang punencapai 5 kilometer dan masyarakat kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. 

Setelah habis bahan makanan, mereka harus kembali ke pos terdekat atau pemukiman warga.

"Kalau kami sudah masuk hutan, jaraknya misalnya 100 kilometer. Tak mungkin energi kita dihabiskan hanya pikul makanan. Terpaksa stok seadanya. Setelah habis, terpaksa kembali," kata Shahar, Sabtu (21/9/2019).

Alat komunikasi menggunakan radio komunikasi (HT) hanya berjarak maksimal 5 kilometer.

Jika jarak sudah melebihi batas maksimal, HT tak berfungsi.

Pengiriman stok makanan pun menjadi terkendala.

Otomotis kami balik ke pemukiman yang jaraknya puluhan kilometer.

Kadang waktu habis hanya di jalan kaki masuk keluar hutan, kendaraan enggak bisa masuk, karena enggak ada akses," kata Shahar.

Untuk itu, biasanya disepakati menggunakan petunjuk waktu jika alat komunikasi tak berfungsi.

"Gantian antar regu. Kami janjian dengan regu lain. Sekitar jam sekian kami harus kembali, regu lain masuk. Begitu seterusnya.

Memadamkan api di hutan itu setengah mati, bukan perkara mudah," ujar Shahar.

Tersesat di hutan Tak hanya habis makanan, Shahar menyebut, masalah lain yang juga dialami tim adalah tersesat di dalam hutan.

Shahar mengatakan, ada anggota tim yang hendak keluar hutan usai pemadaman.

Namun tak sampai ke posko. Jalan kaki sudah berjam-jam, tapi tetap kembali ke tempat semula. Awalnya, dua tim sama-sama beranjak dari titik api yang sama menuju posko, karena api sudah padam. Jarak antar tim hanya 100-300 meter.

Namun, suatu saat, ketika dipanggil untuk mendekat, tim yang satu lagi justru menjauh sampai sahutan suara mereka hilang.

Menurut Shahar, hampir 4 jam, tim yang menghilang tidak juga kembali.

"Ternyata mereka berputar-putar tapi tetap kembali ke tempat semula, ini peristiwa aneh, pasti ada penunggu," kata Shahar.

Kejadian itu terjadi di daerah Labanan, Kabupaten Berau. Pingsan akibat asap Kemudian masalah lain, banyak tim kelelahan, bahkan pingsan karena asap.

Beberapa anggota tim harus dievakuasi keluar hutan, karena tak mampu berjalan akibat kelelahan.

Menurut Shahar, anggota yang kelelahan sampai pingsan harus digendong oleh rekan-rekan yang lain hingga keluar dari kabut asap.

Untuk itu, menurut Shahar, anggota tim yang ikut dalam pemadaman kebakaran hutan harus benar-benar diseleksi.

"Kondisi harus fit dan diberi pelatihan khusus. Kalau yang sakit-sakitan, lebih baik jangan ikut, malah kita yang repot di dalam hutan," kata Shahar.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Ungkap Langit Merah di Muaro Jambi Akibat Titik Panas."

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved