Tengkorak Yusuf Kadawi Mahasiswa Aksi Demo di Gedung DPRD Sultra Rusak Parah, Pendarahan Hebat
Ini mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Muhammad Yusuf Kardawi mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Bahteramas, Kendari, Sulawesi Tenggara
TRIBUNKALTIM.CO, KENDARI - Tengkorak 70 persen Rusak Total hingga Habiskan 16 Kantong Darah Akhir Perjuangan Yusuf Kardawi
Muhammad Yusuf Kardawi adalah salah satu dari ribuan mahasiswa yang ikut dalam aksi demo di Gedung DPRD Sultra.
"Karena tengkoraknya lebih kurang 70 persen rusak total. Saya sampai tidak tega melihat, ada luka besar di bagian dahi sebelah kiri,"
Ini mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Muhammad Yusuf Kardawi mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Bahteramas, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (27/9/2019), pukul 04.17 Wita.
Yusuf merupakan mahasiswa kedua yang menjadi korban tewas dalam demo mahasiswa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019).
Mahasiswa angkatan 2018 tersebut sebelumnya dalam kondisi kritis saat dirawat di rumah sakit.
Yusuf mengalami perdarahan hebat di bagian kepala, sehingga harus menjalani operasi.
Rahmat, salah seorang kerabat yang selalu mendampingi Yusuf di RS Bahteramas mengatakan, operasi berlangsung selama 6 jam.
"Operasi dimulai pada pukul 18.45 dan membutuhkan 16 kantong darah dan ditangani oleh banyak dokter," kata Rahmat saat ditemui pada Jumat pagi.
Rahmat mengatakan, menurut keterangan dokter, terjadi perdarahan yang sulit dibendung di bagian belakang kepala Yusuf.
"Karena tengkoraknya lebih kurang 70 persen rusak total. Saya sampai tidak tega melihat, ada luka besar di bagian dahi sebelah kiri," kata Rahmat.
Sebelumnya, Direktur Utama RS Bahteramas Sjarif Subijakto mengatakan, Yusuf mengalami benturan benda tumpul di kepala dan terdapat banyak luka yang tidak beraturan.
Luka paling panjang sekitar 4 sampai 5 sentimeter di batok kepala.
Menurut Sjarif, kepala mahasiswa jurusan teknik itu retak dan mengalami gegar otak.
Pihak keluarga kemudian membawa jenazah Yusuf pada Jumat, pukul 06.00 Wita, ke kampungnya di Kelurahan Laimpi, Kecamatan Kabawo dengan menggunakan mobil ambulans menempuh jalur laut penyeberangan Torobulu- Tampo.
Yusuf sempat dilarikan di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) dr R Ismoyo Korem 143/Haluoleo.
Namun korban mengalami perdarahan hebat, sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Bahteramas.
Muhammad Yusuf Kardawi adalah salah satu dari ribuan mahasiswa yang ikut dalam aksi demo di Gedung DPRD Sultra.
Mahasiswa di Kendari menuntut agar DPR RI mencabut Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan menolak UU KPK yang baru saja disahkan.
Selain Yusuf, mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo, Immawan Randy (21) juga menjadi korban tewas dalam demo tersebut.
Nah, Kepolisian akhirnya akui mahasiswa yang tewas saat demo di Kendari akibat tertembak peluru tajam.
Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigjen Pol Iriyanto mengakui bahwa Randi (21), mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Halu Oleo (UHO), tewas akibat tertembak peluru tajam pada demonstrasi ribuan mahasiswa di Kendari pada Kamis (26/9/2019).
"Iya. Hasil otopsi luka tembak dari peluru tajam," kata Iriyanto didampingi Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt dan Direktur Reskrim Umum Kombes Asep Taufik saat konferensi pers di Aula Dhachara Mapolda Sultra, Jumat (27/9/2019).
• Ayah Randi, Mahasiswa Universitas Halu Oleo yang Tewas Tertembak Sebut Anaknya Ujung Tombak Keluarga
• Bantahan Polisi Terkait Pernyataan Ananda Badudu, Sebut Mahasiswa Diperlakukan Tidak Etis
• Awkarin, Ananda Badudu, dan Dandhy Laksono di Tengah Kisruh Demo, Pengamat Beda Suara
• Proyektil di Tubuh Mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari yang Tewas Tertembak Tidak Ditemukan
Namun demikian, untuk mengetahui jenis peluru yang menembus dada korban, kata Iriyanto, pihaknya telah membentuk tim gabungan investigasi.
Karena tidak ditemukan proyektil di tubuh korban, pihaknya akan melakukan uji scientific untuk mengetahui jenis peluru yang menembus dada Randi.
"Kami sudah bentuk tim gabungan dari Mabes Polri, Puslabor, Irwas, dan Propam. Semoga tim ini bisa mengungkap penyebab kematian korban," terangnya.
Kapolda Sultra juga menegaskan, dalam pengamanan unjuk rasa tidak boleh menggunakan peluru karet, apalagi peluru tajam dan sudah ada Standar Operasional (SOP).
"Sebelum pengamanan dilakukan, kami menyampaikan SOP, kita cek, cek, cek. Jangan sampai pengamanan anggota ini tidak sesuai standar operasional prosedur (SOP)," tegasnya.
Kapolda Sultra menegaskan, pihaknya tetap bertanggung jawab dalam proses pengamanan penyampaian aspirasi yang mengakibatkan Randi dan Yusuf meninggal dunia.
Oleh karena itu, ia meminta waktu untuk mengusut kasus ini.
"Percayalah dan memberikan waktu kepada kami untuk menyelidiki, mengungkap siapa pelaku yang menyebabkan dua mahasiswa meninggalkan dunia. Dan jika ada anggota kami yang terbukti melakukannya akan diproses hukum melalui peradilan umum," ungkap Iriyanto.
Diberitakan sebelumnya, aksi demo mahasiswa di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019), berakhir ricuh.
Akibatnya, dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) meninggal dunia.
Dua mahasiswa tersebut ialah Randy (21) dari Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Yusuf Kardawi dari Teknik Sipil.
Immawan Randy meninggal akibat luka tembak di dada sebelah kanan selebar 5 sentimeter dengan kedalaman 10 sentimeter.
Yusuf meninggal setelah sebelumnya sempat dirawat di RSU Bahteramas.
Yusuf mengalami benturan di kepala dan terdapat sekitar lima luka dengan panjang sekitar empat sampai lima sentimeter.
Sementara itu, keluarga besar Randy meminta pertanggungjawaban petinggi Polri yang menyebabkan mahasiswa tewas karena diduga luka tembak.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Tengkorak 70% Rusak Total hingga Habiskan 16 Kantong Darah Akhir Perjuangan Yusuf Kardawi.