Derawan dan Maratua Kekurangan Air Bersih, Pemkab Berau Batasi Pengunjung, Ini Komentar Wisatawan
Pemkab Berau akan Batasi Wisatawan ke Pulau Maratua dan Pulau Derawan, Ini Alasannya. Kebijakan ini perlu dievaluasi agar tak mengurangi wisatawan
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Air bersih dan listrik menjadi kebutuhan yang sangat urgen bagi pengunjung atau wisatawan di Pulau Maratua dan Derawan.
Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Berau.
Bagaimana upaya memenuhi berbagai kekurangan itu tanpa mengurangi jumlah kunjungan ke dua pulau
yang sudah terkenal hingga luar negeri itu.
Kekurangan itu harus segera dibenahi agar wisatawan tak mengalihkan kunjungannya ke objek wisata lainnya.
Sangat disayangkan jika Pemkab Berau tidak segera bergerak mendatangkan atau membangun sumber air
bersih yang permanen di dua pulau dengan keindahan pantai dan bawah laut yang mengagumkan itu.
Sesungguhnya Pemkab Berau sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kekurangan listrik dan air bersih itu.
Jika pengadaan air bersih dan listrik sudah dilakukan maka kunjungan ke pulau-pulau itu kembali ramai,
dan pundi-pundi rupiah kembali mengalir ke kas daerah dan pelaku ekonomi ril seperti UKM atau
pedagang kaki lima ( PKL ).
Pemkab Berau akan Batasi Wisatawan ke Pulau Maratua dan Pulau Derawan, Ini Alasannya
Pemkab Berau berencana menjadikan objek wisata Pulau Derawan dan Pulau Maratua, sebagai objek
wisata eksklusif, layaknya Pulau Sangalaki, yang membatasi jumlah pengunjung.
Pembatasan ini bukan tanpa alasan.
Pulau Sangalaki misalnya, meski terdapat resort di sana, namun jumlah wisatawan yang bisa berkunjung di sana, sangat terbatas.
Karena Pulau Sangalaki merupakan pulau konservasi penyu.
Selain itu, pembatasan ini juga perlu dilakukan, mengingat di Pulau Sangalaki sumber air tawar dan listrik sangat terbatas.
Keterbatasan sumber air tawar dan listrik juga terjadi di Pulau Maratua dan Pulau Derawan.
Karena keterbatasan itu, Pemkab Berau berencana menjadikan dua pulau tersebut sebagai tempat wisata eksklusif.
Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Bupati Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam, Saipul Rahman, kepada Tribunkaltim.Co.
“Kebetulan saya juga mengikuti diskusi bersama Duta Besar Sychelles, membahas tentang rencana
pengembangan wisata di Pulau Maratua,” ungkapnya.
Republic Sychelles saat ini memang tengah membantu Pemkab Berau untuk mengembangkan pariwisata
di Pulau Maratua, menjadi objek wisata kelas dunia.
“Wisatawan yang masuk harus disesuaikan kebutuhan air bersih dan produksi listrik.
Karena dua sumber daya itu sangat terbatas,” jelasnya.
Menurut Saipul Rahman, jika dipaksakan dengan sumber daya yang terbatas sementara jumlah wisatawan
yang berkunjung tidak dibatasi,
justru akan memberikan kesan buruk bagi citra pariwisata Kabupaten Berau.

Wisatawan yang kesulitan mendapat air bersih dan fasilitas listrik, dikhawatirkan akan mengeluh.
Demikian pula sebaliknya, masyarakat yang menghuni kedua pulau ini juga akan mengeluh,
jika sumber daya yang terbatas itu habis digunakan untuk mengakomodir keperluan wisatawan yang datang.
“Pulau Maratua jangan dijadikan wisata masif, harus jadi wisata eksklusif. Sama halnya dengan Pulau Derawan ,” imbuhnya.
Menurutnya, Pulau Derawan dan Pulau Maratua bisa menjadi objek wisata eksklusif dengan sendirinya.
Karena biaya untuk menuju kedua pulau wisata itu memang lumayan mahal, jika digabungkan biaya transportasi dan akomodasinya.
Apalagi jika wisatawan dari luar daerah Berau.
Meski begitu, Saipul mengatakan, masyarakat lokal masih tetap bisa berkunjung ke Pulau Derawan dan
Maratua, namun menginap di tempat lain.
Atau bisa menginap di kedua pulau tersebut, saat wisatawan tengah sepi.
“Wisatawan kelas menengah ke bawah bisa berkunjung ke Tanjung Batu, Semanting, Ulingan, Kasai atau ke Bidukbiduk.
Tapi di Bidukbiduk juga harus dibatasi jumlah pengunjung ke Labuan Cermin,” kata Saipul Rahman.

Labuan Cermin adalah objek wisata unik yang hanya ada dua di dunia.
Danau Labuan Cermin memiliki keunikan, dimana air laut dan air tawar bertemu dalam satu danau, namun keduanya tidak bercampur.
Saipul Rahman meyakini, kelak jika wacana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) benar-benar terealisasi,
Pulau Maratua dan Pulau Derawan akan dibanjiri pengunjung.
Karena itu perlu diantisipasi dengan mulai membatasi jumlah pengunjung.
Perlu Dievaluasi
Seorang pengunjung pengunjung objek wisata ternama itu, Kristo mengaku kebijakan Pemkab Berau
membatasi jumlah kunjungan ke Pulau Derawan dan Maratua patut untuk dievaluasi.
Kebijakan ini terkesan pemkab hanya berdiam diri, tanpa mengupayakan jalan keluar.
Belum kelihatan aksinya.
Belum terlihat upaya membuat sumber air dan memenuhi kebutuhan listrik secara maksimal.
Harusnya pemkab bergerak cepat mengatasi masalah ini. Pemkab punya uang, punya sumber daya
manusia dan punya kemampuan teknologi.
Ini harus diberdayakan.
Menurut Kristo, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini.
"Kita menyesuaikan diri dengan kondisi di sana, atau kita mengkondisikan objek wisata itu dengan keinginan kita," ungkapnya.
Tinggal memilih mana yang lebih mungkin, yang menguntungkan dan menimbulkan kenyamanan.
Kristo yang mengaku mengagumi keindahan Derawan itu menyarankan agar pilihan itu berpihak kepada kepentingan wisatawan. "Kita harus memuaskan
mereka, harus dimanja, agar mereka mau berlama-lama dan mau kembali lagi," katanya.
Baca Juga;
• BREAKING NEWS – Tiga Warga Kecamatan Pulau Derawan Pingsan Tersambar Petir di Dalam Rumah
• Pemuda di Pulau Derawan Ini Ditemukan Tewas Gantung Diri, Polisi Temukan Banyak Plastik Berisi Lem
• Ada Alat Pemadam Api Canggih Tapi tak Ada Sumber Air, Pulau Derawan Masih Berpotensi Karhutla
• Pulau Maratua Masih Krisis Air Bersih, Ini Tiga Pilihan Solusi yang Dipertimbangkan PDAM Berau
• Dishub Berau Kalimantan Timur Dorong Operator Speedboat, Buka Rute Reguler Pulau Derawan dan Maratua