Kabar Buruk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Anak Palembang yang Pernah Tangkap Tommy Soeharto

Kabar Buruk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Anak Palembang yang Pernah Tangkap Tommy Soeharto.

TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Kabar Buruk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Anak Palembang yang Pernah Tangkap Tommy Soeharto 

TRIBUNKALTIM.CO - Kabar Buruk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Anak Palembang yang Pernah Tangkap Tommy Soeharto.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mendapatkan kabar buruk dari Palembang.

Pria yang pernah menangkap Tommy Soeharto ini mendapatkan kabar rumah ayah tiri di Palembang terbakar.

Rumah Orangtua Kapolri Jenderal Tito Karnavian Ludes, Alami Kebakaran, Begini Nasib Si Pemilik Rumah

6 Fakta Kabar Buruk Musibah Kapolri Tito Karnavian di Palembang, Puluhan Orang Juga Bernasib Sama

Kabar Buruk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Orang Nomor 1 di Polisi Ditimpa Musibah, di Palembang

Rumah Orangtua Tito Karnavian di Palembang Terbakar, Ternyata Simpan Kenangan Masa Kecil Kapolri

Rumah milik ayah tiri Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Andi Suandi, di Jalan Pangeran Sido Ing Kenayan, Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia, terbakar, Selasa (15/10/2019).

Asisten pribadi orangtua Tito Karnavian , Rizal, mengatakan, saat kejadian Andi tidak berada di rumah tersebut.

Diketahui rumah itu disewakan oleh Andi.

"Waktu kebakaran, beliau (Andi) sedang berada di rumah lain yang tidak jauh dari lokasi kebakaran,"

"Tapi beliau sempat melihat saat api masih menyala-nyala," ujar Rizal, seperti dikutip dari Antaranews, Rabu (16/10/2019).

Warga yang menyewa rumah milik ayah tiri Kapolri Jenderal Tito Karnavian itu juga selamat.

Rumah Andi ikut terbakar bersama 61 rumah lain di RT 06 dan RT 08 Jalan Pangeran Sido Ing Kenayan.

Rizal mengatakan, Andi ikut membantu warga korban terdampak dengan mendirikan posko bantuan sebab Andi juga menjadi Ketua RT 08 yang habis terbakar.

"Beliau lebih khawatir dengan kondisi warga karena rata-rata kerja jadi nelayan di Sungai Musi yang pendapatannya tidak seberapa," ujar Rizal.

Ia juga menyebut bahwa peristiwa kebakaran tersebut sudah disampaikan langsung oleh Andi kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian

Sekitar lokasi kejadian merupakan perkampungan lama orang-orang Palembang.

Yang juga diketahui menjadi tempat Kapolri Jenderal Tito Karnavian menghabiskan masa kecil hingga tamat SMA.

Mengutip Antaranews, rumah tersebut merupakan aset milik ayah tiri Tito, Andi Suandi.

 Sosok Purnawirawan TNI Ini Bayar Rp 25 Juta untuk Memata-matai Wiranto, Tapi Berdamai di RSPAD

 BREAKING NEWS Situasi Penajam Terkini Menegangkan, Sekelompok Orang Bawa Sajam Kumpul di Pelabuhan

 Copot Dandim Kendari, Istri KSAD Andika Perkasa, Diah Erwiany Ternyata Putri Tokoh Penting Indonesia

 Jelang Kedatangan Presiden Jokowi, Situasi Penajam Paser Utara Terkini Menegangkan, Begini Faktanya

Rumah Andi ikut terbakar bersama 61 rumah lain di RT 06 dan RT 08 Jalan Pangeran Sido Ing Kenayan.

Asisten pribadi orangtua Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Rizal, mengatakan, rumah yang terbakar bukan rumah utama.

Rumah tradisional panggung berukuran 8 x 25 meter dengan lantai dasar itu dibuat bedeng

Dan lantai dua sebagai rumah utuh.

80 KK Kehilangan Tempat Tinggal

Camat Gandus, Ricky Fernandi mengatakan, berdasarkan data awal yang diterimanya.

Ada sekitar 80 kepala keluarga (KK) yang harus kehilangan tempat tinggalnya.

Akibat kebakaran tersebut.

Terdiri dari 52 KK dari RT 06 dan 28 KK dari RT 08 kelurahan karang Anyar kecamatan Gandus.

"Tapi itu baru data sementara yang saat ini saya terima"

Terkait soal berapa rumah yang terbakar

Dan jumlah jiwa yang tinggal disana, belum diketahui.

Sebab Proses pendinginan api masih dilakukan

"Dan kami masih fokus pada hal tersebut," ujarnya.

Atas kebakaran yang menghanguskan banyak rumah warga itu.

Sudah dibangun satu posko terpadu di halaman MTs Satu Atap Al Hilaliyah

Di Kelurahan karang Anyar kecamatan Gandus yang berada tak jauh dari lokasi kebakaran.

Akan pula dibangun tenda sementara dan dapur umum yang diperuntukkan bagi para korban.

 3 Nama Junior Tito Karnavian, Inilah Kandidat Calon Kapolri yang Mengemuka Versi IPW

 Bakal Bermalam di Papua, Jenderal Polisi Tito Karnavian: Paling Tidak Mungkin 4-5 Hari

 Bantah Jokowi Feodal dan Boneka, Politisi PDIP Ini Singgung soal Subsidi BBM hingga Tito Karnavian

 Imbas Kerusuhan di Papua, Tito Karnavian Keluarkan Instruksi untuk Seluruh Kapolda

Kelahiran Kapolri Jenderal Tito Karnavian 

Informasinya Kapolri Jenderal Tito Karnavian lahir di Palembang pada 26 Oktober 1964 di Palembang.

Dia Kapolri Jenderal Tito Karnavian besar di Tangga Buntung sebelum pindah ke Jalan Sambu Palembang.

Sosok Kapolri Jenderal Tito Karnavian kecil tinggal di rumah panggung, terbuat dari kayu di tepian Sungai Musi.

Nah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama teman-temannya jago berenang menyeberangi Sungai Musi.

"Kami biasanya PP (pulang pergi) menyeberangi sungai musi."

Dia badannya tidak terlalu tinggi, tetapi kekar," kata Eliyanto, sahabatnya dijumpai Tribun Sumsel, Rabu (15/6/2016).

Kisah Tito Karnavian saat Mencari Tommy Soeharto

Tito Karnavian  memang memiliki pengalaman matang selama mengabdi di Korps Bhayangkara.

Salah satu kasus yang membuat namanya dikenal publik adalah saat memburu putra bungsu presiden RI kedua Soeharto, Hutomo Mandala Putra. atau Tommy Soeharto.

Saat itu Tito Karnavian masih menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya dengan pangkat Komisaris Polisi.

Dilansir dari arsip Harian Kompas pada 4 Desember 2001, Tito Karnavian memimpin Tim Kobra dengan mengandalkan sejumlah penyidik spesialis, terutama dari unit Harta Benda.

Para penyidik yang menjadi anak buah Tito Karnavian merupakan para profesional yang telah menempuh pendidikan kejuruan reserse.

Setelah itu, mereka pun mendapat pendidikan bintara lanjutan hingga pendidikan perwira lanjutan yang mengarah pada spesialisasi khusus.

Meski memiliki penyidik spesialis, namun perburuan Tommy Soeharto tidak berlangsung mudah.

Apalagi, obyek yang dikejar merupakan anak mantan orang nomor satu di Tanah Air.

Penemuan bunker Dengan menghilangkan rasa sungkan terhadap keluarga besar Soeharto, para penyidik menelusuri sejumlah lokasi yang diduga menjadi lokasi persembunyian Tommy Soeharto.

Fokus pencarian dilakukan di sekitar Jakarta. Dikutip dari arsip Harian Kompas pada 15 November 2000, polisi pun mengirim 18 tim untuk melakukan penggerebekan di 18 lokasi pada 14 November 2000.

Sebanyak 206 anggota polisi diturunkan untuk melakukan penggerebakan secara serentak, termasuk di kediaman keluarga besar Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta.

Salah satu target penggerebekan adalah menemukan bunker yang diduga menjadi tempat persembunyian Tommy Soeharto.

Awalnya, pencarian tidak berlangsung dengan mudah.

"Kami sudah cari dengan berbagai cara, termasuk mengangkat karpet- karpet, mengetuk-ngetuk dinding, dan membuka semua lemari, tetapi kami tidak menemukan pintu masuk ke bunker atau ruang bawah tanah," kata Tito Karnavian.

Pencarian bunker itu pun kemudian membuahkan hasil setelah beberapa bulan pencarian. Pada 16 Januari 2001, polisi membongkar lantai rumah Tommy Soehartodi Jalan Cendana Nomor 12, Jakarta.

Menurut Tito Karnavian, pembongkaran lantai dilakukan bukan untuk mencari Tommy Soeharto, namun untuk memastikan ada ruang persembunyian khusus.

Dengan demikian, jika ada pemeriksaan lagi maka pencarian ruang bawah tanah yang diduga jadi tempat persembunyian terpidana tukar guling PT Goro-Bulog itu tidak akan luput dilakukan.

Ruang itu diketahui berukuran 4x4 meter di kedalaman 3 meter. Saat ditemukan polisi, ruangan tampak rapi dan tidak penuh debu.

Ada lemari dan kitchen set dalam formasi U di dalamnya. Periksa pola komunikasi Bunker ditemukan, namun Tommy belum juga ditemukan.

Tim Kobra pun terus melakukan pencarian dan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah orang yang diduga tahu keberadaan TommySoeharto.

Dilansir dari Harian Kompas pada 29 November 2001, titik terang baru didapat saat polisi menahan salah satu teman Tommy Soeharto, Hetty Siti Hartika di Apartemen Cemara, Menteng, Jakarta Pusat pada 6 Agustus 2000.

Keterangan tambahan juga didapat saat polisi menangkap tersangka pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita pada 7 Agustus 2000, yang ketika itu diketahui melibatkan Tommy Soeharto. P

enyidik berjumlah 25 orang yang dipimpin Tito Karnavian itu kemudian menemukan jaringan komunikasi orang-orang dekat Tommy Soeharto.

Diketahui, pola komunikasi kerap dilakukan di empat tempat, yakni Menteng, Pondok Indah, Bintaro, dan Pejaten.

Tim Kobra itu kemudian memantau sinyal telepon dan merekam pembicaraan telepon untuk mencari Tommy. Hingga kemudian penelusuran itu membawa polisi ke rumah di Jalan Maleo II Nomor 9, Bintaro Jaya, Tangerang.

Kemudian pada Rabu, 28 November 2001, penggerebekan pun dilakukan untuk menangkap Tommy. Tommy sedang tidur saat ditangkap. "Tampangnya sangat memelas," kata penyidik.

Penangkapan Tommy dinilai Kapolri saat itu, Jenderal S Bimantoro, sebagai salah satu prestasi Polri. Karena itu 25 anggota Tim Kobra pun mendapat kenaikan satu tingkat. Tito Karnavian yang saat itu berpangkat Komisaris Polisi pun dinaikkan setingkat menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi.

Tidak hanya kenaikan pangkat, penangkapan Tommy Soeharto pun menjadi salah satu momentum dalam karier Tito Karnavian, hingga akhirnya saat ini ditunjuk menjadi calon tunggal Kapolri.

(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved