Gaji Staf Khusus Jokowi Rp 51 Juta per Bulan, Angkie Yudistia:Tujuan Kami Bersedia Bukan Karena Gaji
Staf khusus milenial Jokowi bergaji Rp 51 juta per bulan, Angki Yudistia anggap besaran gaji relatif, apalagi sudah ada aturan negara
“Awalnya aku enggak tahu (ada gangguan pendengaran), sampai lingkungan sekitar bilang sudah manggil-manggil, tetapi aku enggak dengar, enggak nengok,” cerita Angkie Yudistia saat ditemui Kompas.com di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, 1 Maret 2017.
Mengidap keterbatasan pendengaran saat remaja bukanlah hal yang mudah untuk Angkie Yudistia.
Ia kerap merasa tertekan dan kurang percaya diri.
Setidaknya, butuh waktu 10 tahun bagi penulis buku Perempuan Tunarungu, Menembus Batas itu untuk bangkit.
Lulus dari SMAN 2 Bogor, Angkie Yudistia kemudian melanjutkan kuliah Jurusan Ilmu Komunikasi di London School of Public Relations Jakarta.
Kehidupan di kampus itulah yang kemudian sedikit demi sedikit mengubah pola pikirannya.
Ia mulai sadar, bila ia tidak pernah menerima kekurangannya, sampai kapan pun ia tak akan pernah menikmati hidupnya.
"Dosenku bilang, kamu jujur sama diri kamu sendiri. Kalau kamu sudah jujur sama diri sendiri dan jujur sama orang lain, orang lain akan mengapresiasi kejujuran kita.
Jadi benar, ketika aku jujur, mereka jadi sangat bantu," ucap Angkie Yudistia.
Pada 2008, ia didapuk menjadi salah satu finalis Abang None Jakarta. Masih pada tahun yang sama, ia didapuk sebagai "The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008".
Setelah itu, Angkie Yudistia mendirikan Thisable Enterprise bersama rekan-rekannya untuk membantu memberdayakan mereka yang memiliki keterbatasan.
Sulitnya memperoleh pekerjaan menjadi alasan ia mendirikan Thisable Enterprise.
Ia kemudian bekerja sama dengan Gojek Indonesia untuk mempekerjakan orang-orang dengan disabilitas di Go-Auto dan Go-Glam.
Selain itu, para penyandang disabilitas didukung untuk mengembangkan ide kreatif untuk membuat suatu produk, salah satunya yang sudah ada saat ini adalah membuat produk kecantikan.
"Aku percaya, tuli itu juga SDM milik negara, aset negara, jadi kita juga memiliki hak," kata Angkie Yudistia.
5. Gracia Billy Yosaphat Membrasar - (Pemuda asal Papua, peraih beasiswa kuliah di Oxford)
"Billy adalah putra tanah Papua, lulusan ANU (Australian National University) dan sekarang, sebentar lagi, selesai di Oxford. Oktober akan masuk ke Harvard untuk S3-nya," ujar Presiden di beranda Istana Negara, Jakarta.
"Billy adalah talenta hebat tanah Papua yang kita harapkan ke depan berkontribusi dengan gagasan positif," lanjut dia.
Ia lahir dari keluarga kurang mampu. Sang ayah berprofesi sebagai guru, sedangkan sang ibu membantu ekonomi keluarga dengan menjual kue.
Tak jarang, Gracia Billy kecil ikut membantu sang ibu.
"Subuh ibu bikin kue, paginya ibu pergi ke pasar jualan. Kami ke sekolah sambil bawa kue untuk dijual," kenang Gracia Billy, sebagaimana dilansir dari Antara.
Rumah Gracia Billy kecil tak dialiri listrik. Pelita pun jadi teman ketekunan Gracia Billy melahap buku-buku pelajaran.
Meski begitu, keterbatasan tidak membuat Gracia Billy jatuh.
Ia tetap belajar dengan tekun dan buahnya mulai terlihat ketika ia lulus SMP.
Gracia Billy mendapatkan beasiswa menempuh pendidikan SMA di Jayapura dari Pemerintah Provinsi Papua.
Saat itu, hanya lulusan terbaik dari sembilan kabupaten yang mendapat beasiswa favorit di kota. Gracia Billy adalah salah satunya.
Otak cemerlang, ketekunan, serta doa dan usaha orangtua membawa Gracia Billy kembali mendapat beasiswa afirmasi dari pemerintah.
Gracia Billy diterima di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB.
Hobi menyanyi Gracia Billy semasa kecil dilakoninya kembali demi menutup biaya hidup.
Gracia Billy benyanyi di mana saja. Di acara pernikahan, di kafe, bahkan mengamen di jalan-jalan.
Gracia Billy pernah diundang untuk magang oleh Pemerintah Amerika Serikat dan berbicara di depan State Department AS.
Dalam kunjungannya ke Gedung Putih, pemuda penggemar Ir Soekarno ini bertemu dan berjabat tangan dengan Barrack Obama.
Setelah lulus kuliah, Gracia Billy mendapatkan pekerjaan bergengsi di salah satu perusahaan minyak dan gas asal Inggris.
Namun, hatinya gelisah. Gajinya yang fantastis tidak membuat Gracia Billy bahagia.
Setelah berpikir panjang, ia meninggalkan segala gengsi yang diraih.
Ia melepaskan jabatannya di perusahaan itu dan fokus mengurus "Kitong Bisa", yayasan yang memfokuskan diri pada persoalan pendidikan anak-anak Papua.
Kitong Bisa saat ini mengoperasikan sembilan pusat pendidikan di Papua dan Papua Barat.
Jumlah relawannya sebanyak 158 yang mengajar sekitar 1.100 anak.
Hebatnya, dana yayasan ini sebagian besar bersumber dari dua anak perusahaan, yakni Kitong Bisa Consulting dan Kitong Bisa Enterprise.
Gracia Billy mengakui, pembangunan sumber daya manusia di Papua tidak selesai dalam waktu dua atau tiga tahun saja.
Namun, ia yakin apa yang dikerjakannya saat ini adalah salah satu persiapan loncatan peningkatan kualitas SDM Papua untuk masa depan.
Aktivitasnya di Yayasan Kitong Bisa ini pula membawa Gracia Billy menempuh pendidikan lanjutan dengan beasiswa, yakni di Australian National University (ANU) dan Oxford University di Inggris.
6. Aminuddin Maruf - (Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII)
Aminuddin Maruf adalah mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ia menjabat untuk periode 2014-2016.
Aminuddin Maruf yang diusung kader PMII cabang Jakarta Timur terpilih memimpin PMII dalam Kongres di Jambi yang berlangsung 30 Mei sampai 10 Juni 2014.
Aminuddin Maruf juga sempat menjabat sebagai sekretaris jenderal solidaritas ulama muda Jokowi (Samawi).
Aminuddin Maruf menyelesaikan S1 di Universitas Negeri Jakarta.
Laki-laki kelahiran Karawang, Jawa Barat ini kemudian melanjutkan S2 di Universitas Trisakti.
7. Andi Taufan Garuda (Pendiri Lembaga Keuangan Amartha)
"Umur 32 tahun. Banyak meraih penghargaan atas inovasinya. Termasuk atas kepeduliannya terhadap sektor UMKM," ujar Jokowi.
Ia juga mengaku, kenal dengan Andi Taufan ketika menyentuh kebijakan mengenei fintech. Selama ini, publik mengenalnya sebagai founder sekaligus CEO Amartha Mikro Fintek.
Amartha Mikro Fintek merupakan start up yang bergerak di bidang keuangan mikro.
Andi Taufan merupakan pionir teknologi finansial peer to peer (p2p) lending yang menyalurkan pendanaan modal usaha mikro kepada kaum perempuan wirausaha di pedesaan.
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 17 Desember 2018, latar belakang Andi Taufan mendirikan Amartha berawal dari masih adanya kesenjangan sosial di masyarakat Indonesia.
Lembaga ini resmi didirikan pada 2010.
Saat itu, Amartha mempunyai misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di pedesaan.
Amartha ingin menghubungkan pelaku usaha di pedesaan yang kesulitan mendapatkan modal usaha.
Perusahaanya ini tercatat telah menyalurkan pinjaman mencapai Rp 970 miliar kepada perempuan pelaku usaha mikro di wilayah pedesaan.
Jumlah ini merupakan akumulasi penyaluran sejak 2016 hingga 2019.
Sementara itu, dikutip dari laman Linkedin milik Andi Taufan, tercantum informasi latar belakang pendidikannya di bidang bisnis dan manajemen keuangan.
Andi Taufan merupakan alumni Manajemen Bisnis Administrasi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2007.
Selain itu, dia pernah menempuh pendidikan keuangan di Frankfurt School of Finance and Management pada 2013.
Terakhir, Andi Taufan menempuh pendidikan di master bidang administrasi publik di Harvard Kennedy School pada 2015-2016.
Andi Taufan juga sempat menjadi konsultan bisnis di IBM Indonesia pada Januari 2008-Juli 2009.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Andi Taufan, Milenial Peduli UMKM di Desa yang jadi Stafsus Jokowi, Putri Tanjung, Anak Chairul Tanjung yang Ditunjuk Jadi Staf Khusus Presiden, Belva Syah Devara, CEO Ruangguru yang Ditunjuk Jadi Stafsus Presiden, Angkie Yudistia, Penyandang Tunarungu Berprestasi yang Jadi Staf Khusus Presiden, Billy Papua, Mahasiswa Oxford Anak Penjual Kue yang Jadi Stafsus Jokowi, Jadi Stafsus Jokowi, Siapa Aminuddin Ma'ruf?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/presiden-joko-widodo-memperkenalkan-7-orang-yang-menjadi-staf-khususnya.jpg)