Pengabdian Pankrasius Sebagai Guru di Perbatasan, Pesan Kapur Tulis di Samarinda Sebulan Baru Tiba

Pengabdian Pankrasius Sebagai Guru di Perbatasan, Pesan Kapur Tulis di Samarinda Sebulan Baru Tiba

TribunKaltim.Co/Christoper Desmawangga
PENDIDIKAN DI TAPAL BATAS - Wakil Kepala SDN 005 Desa Batu Majang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu memperlihatkan ruangan yang dipenuhi tumpukan buku, serta kondisi belajar mengajar di kelas, Senin (25/11/2019). 

"Dan, gaji itu ya habis di jalan saja. Karena ngambilnya di Kubar, biaya sewa ketinting, penginapan, makan. Kalau ditanya cukup atau tidak, tentu tidak," ujarnya.

2003 dirinya diangkat sebagai PNS, dengan gaji pokok Rp 450 Ribu dan insentif Rp 750 Ribu. Hingga akhirnya dirinya mencapai golongan II, dan menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah.

Kendati telah menjadi PNS dan memiliki jabatan, namun menurutnya gaji yang diterima tidak sebanding dengan pengabdian yang dilakukan oleh para guru di perbatasan.

Bahkan, kala itu guru harus mengeluarkan dana pribadi untuk membeli kapur tulis yang didatangkan dari Samarinda. Ketika kapur tulis dipesan, datangnya bisa sebulan kemudian.

"Kalau gaji tetap tidak cukup, di sini harga kebutuhan pokok mahal, harga juga tidak stabil tergantung dengan kondisi sungai, kalau lagi surut bisa sangat mahal harga di sini," jelasnya.

"Kalau semua guru disamakan, tidak bisa. Kondisi kota, atau di pulau Jawa tidak bisa disamakan dengan guru yang terdapat di daerah pedalaman, apalagi di sini wilayah perbatasan," sambungnya.

Ditanya mengenai fasilitas yang diberikan selama menjadi PNS, dirinya mengaku sama sekali tidak ada fasilitas yang diberikan,

bahkan hingga saat ini dirinya masih menumpang tinggal dengan sanak keluarganya, sedangkan istrinya tinggal di Loa Duri, Kutai Kartanegara.

Rindu dengan istri tidak bisa dipenuhinya setiap akhir pekan, karena tingginya biaya transportasi dari Mahulu-Kutai Barat-Samarinda,

untuk dapat sampai ke rumahnya di Loa Duri dan kembali lagi ke Mahulu, dirinya harus menyediakan dana paling minim Rp 2 juta, biaya tersebut meliputi ongkos speed boat Rp 300 ribu (Mahulu-Tering, Kubar),

travel Rp 300 ribu (Tering-Samarinda), ditambah dengan pengiriman motor menggunakan perahu (Mahulu-Samarinda) Rp 400 ribu, serta makan diperjalanan dan keperluan lainnya.

"Biayanya sudah kurang lebih tiket pesawat. Jadi, kalau saya ke Loa Duri, memang lewat Samarinda, saya selalu kirim motor juga, karena saya di sana tidak memiliki kendaraan.

Makanya tidak bisa sering-sering pulang, saya pulang paling saat liburan semester, per enam bulan sekali," urainya.

Biaya tersebut belum ditambah dengan biaya menuju kampung halamannya di Flores.

Rincian ongkos transport Mahulu-Samarinda ditambah dengan travel Rp 150 Ribu (Samarinda-Balikpapan),

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved