Pengabdian Pankrasius Sebagai Guru di Perbatasan, Pesan Kapur Tulis di Samarinda Sebulan Baru Tiba
Pengabdian Pankrasius Sebagai Guru di Perbatasan, Pesan Kapur Tulis di Samarinda Sebulan Baru Tiba
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Samir Paturusi
serta tiket kapal sekitar Rp 450 Ribu (Pelabuhan Semayang, Balikpapan - Pelabuhan Maumere, Flores) di kalikan dua orang,
hal itu belum ditambah dengan oleh-oleh, serta pegangan selama diperjalanan dan di kampung halaman.
"Memang segitu biayanya. Sekarang belum ada rencana pulang kampung lagi, terakhir saya pulang ke Flores tahun 2015," jelasnya.
Dengan kondisi yang serba mencekik, dirinya tetap teguh untuk terus mengajar di Mahulu, kendati ajakan untuk pindah daerah beberapa kali ditawarkan kepadanya.
Bahkan, niat dan berkas pindah telah disiapkannya agar bisa keluar dari Mahulu. Namun, niat itu diurungkannya ketika melihat murid-muridnya.
"Saya pikir, siapa lagi yang akan bina mereka di sini, walaupun ada guru lainnya. Inilah bentuk pengabdian,
dengan segala kekurangan yang kami hadapi di sini, ini hanya sebagian kecil tantangan menjadi pengajar di pedalaman, daerah perbatasan," urainya.
"Untuk seluruh guru, termasuk para calon guru. Rasa pengabdian kita harus ditingkatkan, sebagai guru harus memiliki rasa pengabdian, karena semua orang bisa mengajar," pungkasnya. (*)
Langganan berita pilihan tribunkaltim.co di WhatsApp klik di sini >> https://bit.ly/2OrEkMy
