Di Mata Najwa Menguji Ujian Nasional, Sophia Latjuba Sebut UN Seperti Global Warming, Harus Dihapus
Di Mata Najwa Menguji Ujian Nasional, Sophia Latjuba sebut UN seperti Global Warming, harus dihapus.
TRIBUNKALTIM.CO - Di Mata Najwa Menguji Ujian Nasional, Sophia Latjuba sebut UN seperti global warming, harus dihapus.
Diskusi soal Ujian Nasional di Mata Najwa Rabu (18/12/2019) malam berlangsung seru.
Peduli dengan pendidikan, selebriti Sophia Latjuba turut serta dalam diskusi di Mata Najwa bertajuk Menguji Ujian Nasional.
Menurut pendapat Sophia Latjuba, Ujian Nasional ( UN ) dianalogikan seperti global warming.
Dalam diskusi di Mata Najwa, Sophia Latjuba menyinggung soal pihak-pihak yang meminta waktu untuk melakukan perubahan, dengan tetap memakai UN sebagai standarisasi.
• Polemik UN, Mata Najwa Menguji Ujian Nasional, Sophia Latjuba: Itu Korban Berjatuhan Tiap Hari Loh
• Di Mata Najwa, Sophia Latjuba : Ujian Nasional Dibuat karena Kemalasan Pemerintah, Ini Lengkapnya
• Sosok Febiola Tassignon, Wanita Berparas Bule Pacar Baru Ariel Noah? Masih Kerabat Sophia Latjuba
• Sophia Latjuba Dianggap Kalah Cantik dari Wanita Ini Setelah Foto Mesra Bareng Anak Gading Marten
"Kalau bicara soal standarisasi saya mengerti apa kekhawatirannya," katanya.
"Ada yang bilang 'Kasih waktu dulu lah, kita benahi dulu, Ujian Nasional tetap sebagai standarisas, kita perlakukan Ujian Nasional sebagai standarisasi'."
Sophia Latjuba lantas menyoroti soal anak-anak, yang bisa menjadi korban dari sistem seperti itu.
"Tapi jangan lupa, kita berhadapan dengan anak-anak," ujarnya.
"Yang otaknya setiap hari itu masih bisa diubah seperti jelly."
"Kalau kita tidak bisa bikin perubahan secara secepatnya, itu korban berjatuhan tiap hari loh."
"Bukan hanya pada Ujian Nasional, prosesnya juga akan mengeliminasi cognitive bring connection yang sangat-sangat krusial untuk nantinya," imbuh Sophia Latjuba.
Ia pun menyebut bahwa saat ini sudah tidak ada waktu lagi, sehingga harus segera berubah.
"Jadi kalau dibilang kita butuh waktu, kita sudah tidak ada waktu lagi sebenarnya."
"Ini seperti global warming, sudah tidak ada waktu," sambungnya disambut tepuk tangan riuh dari hadirin di Mata Najwa.
Sebelumnya Sophia Latjuba juga menyatakan bahwa, banyak anak-anak yang kemudian menjadi stres karena merasa tertekan menghadapi UN.
"Hampir tiap hari ada anak yang dateng SMP, SMA bahkan ada anak Internasional Sains Champion yang tidak lulus, karena matematikanya tidak sampai 4," ungkap Sophia Latjuba.
"Jadi kalau kita ngomong soal UN, ini bisa berjam-jam sih," kata Sophia Latjuba.
Namun, menurut Sophia Latjuba, pembahasan soal pendidikan adalah sebuah proses pembentukan pribadi manusia dan banyak unsur yang harus dilihat.
"Ada intelektualitas, ada sosial, ada moral, ada fisik, ada spiritual dan ini adalah sebuah proses holistik, integral," paparnya.
Sophia Latjuba berujar, UN hanya soal pilihan ganda yang dibuat oleh sekelompok orang yang menilai anak-anak dari Sabang sampai Merauke.
Dengan latar belakang dan guru yang berbeda-beda.
"Orang-orang yang memberikan UN ini bukan guru juga mungkin, yang tidak tahu bagaimana menghandle anak, betapa stres itu menghandle anak di kelas," paparnya.
"Jadi menurut saya asessment itu is classroom job, is a teacher job, gitu."
"Jadi ya menurut saya, Ujian Nasional itu hanya dibuat karena kemalasan pemerintah aja," ujar Sophia Latjuba.
Pengamat Pendidikan Sebut Penghapusan UN Langkah Baik
Pengamat Pendidikan, Budi Trikorayanto menilai penghapusan Ujian Nasional (UN) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Makarim adalah langkah yang lebih baik.
Menurut Budi Trikorayanto, perubahan yang dilakukan sudah melalui kajian-kajian dan pasti akan lebih baik.
"Karena ini dalam rangka memerdekakan guru, memerdekakan pendidikan," ujar Budi Trikorayanto.
Pernyataan tersebut disampaikan Budi Trikorayanto dalam acara Sapa Indonesia Malam yang kemudian diunggah oleh kanal YouTube KompasTV, Rabu (11/12/2019).
Budi Trikorayanto mengungkapkan UN selama ini telah membuat disorientasi pendidikan di Indonesia, guru hanya fokus pada UN.
"Apalagi ketika UN menjadi tolak ukur kelulusan dan itu menjadi politik pendidikan daerah ya, target 90 persen harus lulus," jelas Budi Trikorayanto.
Budi Trikorayanto mengatakan penghapusan UN adalah kebijakan pendidikan yang tambal sulam.
"Harusnya melihat UN itu sebagai standar penilaian, kalau mau membebaskan guru itu bukan hanya masalah UN,
standar-standar pendidikan nasional itu sangat membelenggu sebenarnya," ungkapnya.
Meski demikian, Budi Trikorayanto menilai langkah penghapusan UN merupakan langkah yang sangat baik untuk membenahi pendidikan di Indoensia.
Penjelasan Nadiem Makarim
Sementara itu, Mendikbud Nadiem Makarim menjalani rapat dengar pendapat (RDP) dengan DPR RI Komisi X, Kamis (12/12/2019).
Dalam rapat tersebut, pria yang akrab disapa mas menteri ini menjelaskan secara rinci tentang program assessment pengganti UN.

Dikutip dari laman Kompas.com, Nadiem mengatakan dalam assessment tersebut akan merujuk pada penilaian PISA, yaitu literasi dan numerasi.
"Kita telah menarik inspirasi dari berbagai asesmen di seluruh dunia, tidak hanya Indonesia. Kita bekerja sama dengan organisasi yang membuat PISA, yaitu OECD yang semuanya mengasesmen murni kompetensi bernalar," ujarnya.
"Artinya konten dari asesmen kompetensi sangat sulit dibimbelkan," lanjut Nadiem.
Nadiem menilai, kedua hal tersebut sangat penting dimiliki oleh tiap individu.
"Topiknya cuma dua. Satu, literasi, yaitu kemampuan memahami konsep bacaan. Bukan membaca. Yang kedua adalah numerasi, yaitu bukan kemampuan menghitung, tapi kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu konteks yang abstrak atau yang nyata," kata Nadiem.
Tak hanya soal pengukuran literasi dan numerasi, Nadiem lalu menjelaskan soal survey karakter.
Hal ini dilakukan untuk menilai penanaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekolah.
Nadiem berujar, pengajaran soal Pancasila ini bukan hanya sekadar menghafalkan sila-sila tersebut, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan.
"Caranya bukan dengan nanya sila apa atau lambang Indonesia. Asas-asas seperti gotong royong, keadilan, kebinekaan, toleransi. Hal-hal seperti ini akan kita ubah jadi format simple dalam survei," tutur Nadiem.
"Apakah misal ia dikondisikan dengan aman, apakah ia di-bully di kelas, apakah mendapatkan tekanan dari orang tua, guru, dan teman di lingkungan, apakah diberikan ajaran yang tidak toleran, apakah ia diberikan kesempatan beropini. Seperti itu," jelasnya.
• Ujian Nasional akan Dihapus 2021, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan Benahi Gaji Guru
• Kepala Dinas Pendidikan Balikpapan Sambut Baik Wacana Penghapusan Ujian Nasional, Ini Harapannya
• Masa Lalu Terulang & Siswa jadi Lembek, Kekhawatiran JK Bila Ujian Nasional Dihapus, Nadiem Bereaksi
• Soal Rencana Penghapusan Ujian Nasional, Kadisdikbud Anwar Sanusi: Baru Wacana Loh Ya
(*)