Virus Corona
Terkuak, Bima Arya Ternyata Sudah Rasakan Gejala Ringan Ini Sebelum Kena Corona, Optimistis Sembuh
Wali Kota Bogor Bima Arya dinyatakan positif covid-19 usai kunjungan kerja dari Turki beberapa waktu lalu.
TRIBUNKALTIM.CO - Curhat Bima Arya Usai Positif Corona: Ternyata Sudah Rasakan Sebuah Gejala, Tetap Yakin Bisa Sembuh.
Sebelumnya, wali kota Bogor Bima Arya dinyatakan positif covid-19 usai kunjungan kerja dari Turki beberapa waktu lalu.
Meski tak ada gejala signifikan, dia tetap menjalani isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor.
Bima Arya optimistis dirinya bisa sembuh dari covid-19.
• Berlaku Mulai Hari Ini, Jumat (20/3) Pukul 00.00 WIB, Pemerintah Batasi Masuk dan Keluar Indonesia
• Masa Darurat Diperpanjang 91 Hari, Masyarakat Rayakan Idul Fitri Dalam Kondisi Darurat Virus Corona
• BREAKING NEWS Ada Lagi, Pasien Positif Virus Corona di Kota Balikpapan Bertambah 5 Orang
• Balikpapan Kota Paling Rentan di Kalimantan Timur dalam Penyebaran Virus Corona, Ini Alasannya
"Tentu walau tidak ada gejala yang signifikan hanya batuk-batuk kecil, tetapi saya memutuskan untuk mengikuti semua protokol dan prosedur menjalani isolasi diri, percaya sepenuhnya pada RSUD Kota Bogor untuk menangani ini," ucap Bima di akun media sosial Instagram-nya, Jumat (20/3/2020).
Bima optimistis dirinya bisa sembuh dari covid-19.
Dia pun menyerahkan seluruh penanganan kasus covid-19 itu ke RSUD Kota Bogor.
Sebab, dia melihat sudah banyak pasien positif covid-19 yang sembuh.
"Warga Bogor covid-19 bisa menyerang siapa saja, sudah banyak juga yang sembuh, tetep optimistis namun juga berhati-hati, jaga jarak (social distance)," kata dia.
Ia juga memohon doa masyarakat untuk dikuatkan selama menjalani perawatan dan bisa sembuh dari covid-19.
"Ini cobaan bagi saya dan keluarga. Insya Allah dikuatkan. Mohon doanya untuk saya diberi kekuatan, terima kasih," tutup Bima.
Sebelumnya diberitakan, kabar mengejutkan datang dari wali kota Bogor Bima Arya Sugiarto usai kunjungan kerja dari Turki beberapa waktu lalu.
Bima Arya kini dinyatakan positif terinfeksi covid-19. Wakil wali kota Bogor Dedie A Rachim membenarkan hal tersebut.
• Dampak Corona Meluas, Kemenpan-RB Izinkan PNS Bekerja dari Rumah, SE Dijadwalkan Terbit Senin (16/3)
• PDIP: Ada Pihak Sengaja Membesar-besarkan Corona, Penyakit yang Renggut 139 Nyawa di NTT Tak Disorot
Menurut Dedie, hasil tes covid-19 sudah diterima pada Kamis (19/3/2020) sore.
18 Hari Pandemi Corona di Indonesia: Angka Positif Terus Naik dan Kematian Tertinggi di Asia Tenggara
Pemerintah merilis data terbaru jumlah pasien positif Covid-19 pada Kamis (19/3/2020).
Dalam data tersebut dipaparkan pula grafik perkembangan penularan Covid-19.
Berdasarkan data yang diterima Kompas.com, grafik tercatat sejak 2 Maret 2020 atau saat Presiden Joko Widodo pertama kali mengungkapkan adanya dua pasien yang terkonfirmasi positif terjangkit Covid-19.
Sejak saat itu, pemerintah setiap hari merilis perkembangan data kasus penularan Covid-19.
Hingga saat ini, sudah 18 hari atau lebih dari dua pekan pemerintah menyampaikan perkembangan data penularan Covid-19.
Berdasarkan grafik yang ada, perkembangan kasus penularan terpantau terus naik dari hari ke hari.
Pada 2 Maret-8 Maret, jumlah kasus penularan Covid-19 masih berada di bawah 50 kasus.
Kemudian, pada 9 Maret-13 Maret, jumlah kasus penularan Covid-19 mulai naik hingga maksimal 50 kasus.
Terakhir, pada 14 Maret-19 Maret, jumlah kasus penularan Covid-19 mengalami kenaikan drastis dari hari ke hari, yakni 100 kasus hingga lebih dari 300 kasus.
• Update Info CPNS: Pelaksanaan SKB Berpeluang Ditunda Karena Penyebaran Corona Meluas, Hasil SKD?
• Laga Persib vs PSS Sleman Saat Corona Meluas Buat Ridwan Kamil Khawatir, Ini Kata Pelatih dan Kapten
Hingga saat ini, jumlah total pasien positif Covid-19 tercatat sebanyak 308 orang.
Kemudian, dari jumlah tersebut ada 25 pasien meninggal dunia.
Selain itu, ada 15 pasien yang sembuh.
Adapun seluruh data tercatat dari sebaran di 16 provinsi. Angka kematian Kemudian, data juga mencatat Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian akibat penyakit sebesar 8,09 persen.
Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah, angka kematian ini merupakan yang tertinggi kedua setelah angka kematian di Italia sebesar 8,34 persen.
Sebagai perbandingan, jumlah kasus positif Covid-19 di Italia sebanyak 35.713 dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 2.978 orang.
Sementara itu, China yang dianggap sebagai negara asal penularan Covid-19, angka kematian di sana hanya sebesar 4 persen.
Adapun kasus positif Covid-19 di China sebanyak 81.139 dengan kasus pasien meninggal dunia sebanyak 3.249 kasus.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan, persentase angka kematian tersebut sekitar 8 persen dari total kasus pasien Covid-19 yang dirawat.
"Kurang lebih adalah sekitar 8 persen dari total kasus yang kita rawat. Angka ini memang masih tinggi, tetapi ini adalah angka yang dinamis yang setiap saat jumlah kasus baru akan bisa meningkat dengan cepat," kata Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Menurut Yuri, kebanyakan pasien yang meninggal berkisar umur 45 hingga 65 tahun dan hanya ada satu kasus yang meninggal berusia 37 tahun.
Pasien yang meninggal juga rata-rata sudah memiliki penyakit awal, seperti diabetes dan hipertensi.
"Sebagian besar adalah diabet, hipertensi, dan kemudian penyakit jantung kronis. Beberapa di antaranya adalah penyakit paru menahun," ungkap Yuri.
Yuri mengatakan, angka kematian ini bersifat dinamis. Ia berharap tidak ada lagi pasien yang meninggal karena Covid-19.
Sebelumnya, Yuri mengungkapkan, jumlah pasien penderita virus corona atau Covid-19 yang sembuh terus bertambah.
Sampai dengan Kamis (19/3/2020), sudah ada 15 orang yang telah dinyatakan sembuh.
"Total keseluruhan kasus yang sudah sembuh adalah 15 orang," kata Yuri.
Melihat presentase kematian seperti itu, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH, merasa tidak terkejut.
Menurut dia, permasalahan utamanya adalah besar kemungkinan Indonesia mengalami under-diagnosis.
Bila lebih banyak kasus bergejala ringan ditemukan, tentu persentase kematian akan menurun.
"Jadi, ada kasus infeksi Covid-19 yang tidak terdeteksi atau terdiagnosis. Mungkin karena sakitnya ringan, mungkin karena RS atau dokternya belum aware kalau itu kemungkinan Covid-19, dan sebab lain. Sebagian di antara yang tidak terdiagnosis ini juga mungkin meninggal," kata Panji saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/3/2020).
Oleh sebab itu, menjadi besar kemungkinan angka di penyebut atau jumlah kasus terlalu kecil, sehingga persentase kematian dengan jumlah kasus menjadi tinggi angkanya.
"Jadi proporsi yang meninggal saya rasa enggak setinggi itu. Dengan kata lain, angka kematian tinggi mungkin bukan karena virusnya lebih ganas, tapi kitanya yang kurang 'ganas' mencari orang-orang yang sakit Covid-19," ujarnya.
Panji pun menambahkan bahwa pada saat ini kita tidak mengetahui secara pasti dan terperinci tentang hal-hal atau indikator yang berkaitan, dan tidak ada angka yang benar bisa diandalkan.
IKUTI >> Update virus Corona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Positif covid-19, Bima Arya: Tak Ada Gejala Signifikan, Hanya Batuk Kecil" dan "18 Hari Pandemi Corona di Indonesia: Angka Positif Terus Naik dan Kematian Tertinggi di Asia "