Virus Corona
Pertengahan April, Puncak Penyebaran Wabah Virus Corona di Indonesia, Diprediksi Berakhir Awal Juni
Peneliti dari Institut Teknologi Bandung ( ITB ) memprediksi puncak penyebaran Virus Corona di Indonesia akan terjadi pada pertengahan April 2020.
Penulis: Rita Noor Shobah | Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO - Pertengahan April puncak penyebaran Virus Corona di Indonesia, diprediksi berakhir awal Juni.
Peneliti dari Institut Teknologi Bandung ( ITB ) memprediksi puncak penyebaran Virus Corona di Indonesia akan terjadi pada pertengahan April 2020.
Puncak penyebaran Virus Corona di Indonesia diprediksi terjadi pada pertengahan April, kapan berakhir?
Kekhawatiran masyarakat Indonesia akan pandemi Virus Corona sepertinya akan terus berlangsung.
Dari hasil penelitian, puncak penyebaran Virus Corona di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada pertengahan April 2020.
Lalu kapankan wabah penyakit ini diperkirakan akan berakhir?
• Cegah Virus Corona di Berau, Disinfektan Disemprotkan Menggunakan Water Canon dan Mobil Damkar
• Tingkat Hunian Hotel di Balikpapan Turun Drastis Akibat Virus Corona, PHRI Sebut Ada Hunian 0 Persen
• 6 Dokter Meninggal Dunia Akibat Virus Corona, Prabowo Beri Hormat ke Tenaga Medis Pahlawan Bangsa
• Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Disdukcapil Balikpapan Batasi Layanan Tatap Muka
Peneliti Institut Teknologi Bandung ( ITB ) memprediksi, penyebaran covid-19 di Indonesia akan mencapai puncak pada minggu kedua atau ketiga April dan berakhir akhir Mei atau awal Juni.
Prediksi itu berdasar hasil simulasi dan pemodelan sederhana prediksi penyebaran covid-19 yang dilakukan Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB.
Menurut Dr. Nuning Nuraini, S.Si, M.Si, salah satu tim peneliti yang melakukan simulasi tersebut, terjadi pergeseran hasil dari yang ramai dibicarakan sebelumnya.
Dalam salah satu artikel yang dimuat di situs resmi ITB pada Rabu (18/3/2020) lalu, Nuning berkata bahwa hasil kajian menunjukkan penyebaran covid-19 mengalami puncaknya pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada pertengahan April 2020 dengan kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600.
Nuning dan timnya menggunakan model Richard's Curve Korea Selatan karena sesuai dengan kajian Kelompok Pemodelan Tahun 2009 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Kuntjoro A. Sidarto.
Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong tahun 2003.

Model Richard’s Curve terpilih ini lalu mereka uji pada berbagai data kasus covid-19 terlapor dari berbagai macam negara, seperti RRT, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia.
Ternyata, secara matematik, ditemukan bahwa model Richard’s Curve Korea Selatan adalah yang paling cocok (kesalahannya kecil) untuk disandingkan dengan data kasus terlapor covid-19 di Indonesia jika dibandingkan dengan model yang dibangun dari data negara lain (kesesuaian ini terjadi saat Indonesia masih memiliki 96 kasus).
• Wabah Corona Kian Meluas di Indonesia, SBY : Tak Perlu Dilakukan Lockdown
• Hasil Uji Spesimen di Balitbankes Nyatakan 2 PDP Kota Tarakan Negatif Virus Corona
"Jadi begini, saat saya menuliskan hal tersebut saya melihat data update per tanggal 14 Maret 2020.
Indonesia masih berada di titik 96, lalu difitting data dari beberapa negara yang saat itu sudah terlebih dahulu memiliki data, dan pelakukan penanganan pencegahan," kata Nuning kepada Kompas.com, Senin (23/3/2020).
"Dari negara-negara tersebut, saat itu Korsel memiliki selisih data terbaik dibanding yang lain. Sehingga dipilih model data Korsel. Jadi kecocokannya dilihat dari selisih error perhitungan. Itu saja.
Padahal Korea telah melakukan penanganan yang cukup massive," imbuhnya.
Hasil simulasi lewat model Richard's Curve dengan memasukkan data 14 Maret 2020 (dengan 96 kasus), tampak bahwa puncak penyebaran covid-19 di Indonesia adalah akhir Maret 2020, kemudian diprediksi berakhir pada pertengahan April 2020.
Perhitungan simulasi berubah Namun karena kasus covid-19 di Indonesia terus merangkak naik, perhitungan simulasi itu pun bergerak dan telah berubah.
"Namun data saat ini juga bertambah dan terus naik, akibatnya dinamika dari data akan memengaruhi perhitungan parameter model kurva Richard yang berakibat juga pada perubahan proyeksi, baik dari sisi akumulasi dan juga puncak kasus," kata Nuning.
Karena model proyeksi ini "hanya" berdasarkan informasi data akumulasi kasus saja, akibatnya kenaikan kasus akan menyebabkan perubahan proyeksi.
"Puncak akan bergeser di sekitar minggu kedua atau ketiga April dan berakhir di akhir Mei atau awal Juni," ungkapnya.
Namun perlu dicatat, Nuning mengatakan, hal ini bisa terwujud asal penanganan pencegahan dilakukan secara serius, sigap, dan disiplin oleh semua pihak mulai dari elemen individu, masyarakat sampai pada pemerintah dan berbagai instansi terkait.
Apakah satu bulan setelah puncak, wabah berakhir?
• Ashanty Anggap Semua Orang Sudah Positif Corona, Istri Anang Hermansyah Lakukan Ini Pada Karyawannya
• Antisipasi Virus Corona di PPU, ASN dan THL di Kantor Bupati Jalani Pengecekan Suhu Tubuh
• Tiru Langkah Indonesia Lawan Virus Corona, Brasil Gunakan Stadion Utama Tampung Pasien Covid-19
• Kisah Penderita Virus Corona, Tak Bisa Mendengar Hingga Kehilangan Kemampuan Mencium Bau
Nuning berkata, pemodelan matematika tidak bisa menjawab dan memastikan apakah satu bulan setelah puncak maka penyebaran berakhir.
Dia berkata, puncak dan berakhirnya penyebaran sepenuhnya berkaitan dengan banyak aspek.
"Tentu saja selesai secepatnya itu harapan kita semua. Dan model tidak bisa menjamin hal itu," ungkapnya.
Laporan tentang simulasi pemodelan penyebaran covid-19 di Indonesia akan dimuat di jurnal asosiasi biomath Indonesia, Journal of Communication in Biomathematical Science (CBMS).
IKUTI >> Update Virus Corona
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prediksi Penyebaran Corona di Indonesia Berubah, Berakhir Awal Juni", https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/23/115440523/prediksi-penyebaran-corona-di-indonesia-berubah-berakhir-awal-juni?page=all.