Virus Corona
Pernyataan Anies Baswedan pada Media Asing, Ingin Data Covid-19 Transparan, tapi Kemenkes Tak Mau
Pernyataan Anies Baswedan pada media asing dari Australia, ingin agar data covid-19 lebih transparan tapi Kemenkes tak mau, demikian lengkapnya.
"Jumlahnya terus meningkat pada bulan Januari dan Februari. Kemudian kami segera memutuskan, untuk semua orang di kantor kami, jajaran Pemprov DKI Jakarta, mereka semua diberi kewenangan untuk menangani covid-19 ini," kata Anies Baswedan dalam artikel The Sydney Morning Herald yang terbit pada 7 Mei lalu.
Walaupun telah memiliki laporan data kasus covid-19 di Jakarta, kata Anies Baswedan, Pemerintah Pusat tidak mengizinkan Pemprov DKI untuk melakukan pengujian laboratorium terkait covid-19.
Pemprov DKI hanya diizinkan untuk mengirimkan sampel kasus covid-19 ke Kemenkes RI untuk diuji di laboratorium nasional.
"Ketika jumlahnya mulai naik terus, pada waktu itu kami tidak diizinkan melakukan pengujian. Jadi, setiap kali kami memiliki kasus, kami mengirimkan sampel ke laboratorium nasional," kata Anies Baswedan.
Namun, hasil yang disampaikan Kemenkes RI berbanding terbalik dengan laporan pemantauan Pemprov DKI. Pasalnya, kala itu, Kemenkes RI mengumumkan belum ditemukan adanya kasus covid-19 di Jakarta.
"Kemudian laboratorium nasional akan menginformasikan hasilnya positif atau negatif. Pada akhir Februari, kami bertanya-tanya mengapa (hasilnya) negatif semua," ungkap Anies Baswedan.
Tak setuju dengan hasil covid-19 yang diumumkan pemerintah Pusat, Anies akhirnya memutuskan untuk mengumumkan sendiri hasil pemantauan Pemprov DKI kepada publik.
"Pada saat itu saya memutuskan untuk bicara kepada publik dan saya katakan kami telah memantau, ini adalah angkanya," ungkap Anies Baswedan.
Pernyataan Anies Baswedan kembali direspons Kemenkes RI. Pemerintah Pusat tetap menyatakan tidak ada kasus covid-19 di Jakarta.
"Kementerian ( Kesehatan ) semacam langsung merespons bahwa kami tidak memiliki kasus positif ( covid-19 )," ucap Anies.
Angka Kematian lebih tinggi
Anies Baswedan juga mengatakan angka kematian covid-19 di Jakarta lebih tinggi dibandingkan angka kematian nasional akibat covid-19 yang dirilis Pemerintah Pusat selama ini.
Hal ini mengacu pada data pemakaman jenazah dengan protokol pemulasaran jasad pasien covid-19 yang dimiliki Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.
Tercatat 4.300 pemakaman jenazah pada paruh kedua Maret 2020 dan 4.590 pemakaman jenazah pada April 2020.
Jumlah tersebut menunjukkan adanya kenaikan 1.500 kasus pemakaman jenazah dibanding bulan-bulan sebelum pandemi covid-19 yang rata-rata pemakaman jenazahnya hanya sekitar 3.000 setiap bulan.
"Angka kematian itu menunjukkan dugaan tingginya kasus covid-19. Jika kita sebut tingkat kematian akibat covid-19 sebesar 5 sampai 10 persen, maka kemungkinan, ada 15.000 sampai 30.000 kasus positif covid-19 di Jakarta.