Virus Corona
Ali Ngabalin Blak-blakan Ungkap Alasan Jokowi Segera Terapkan New Normal, Tak Mau Rakyat Kelaparan
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin menyebut Jokowi memutuskan untuk segera menerapkan tatanan kehidupan baru atau new normal
TRIBUNKALTIM.CO - Ali Ngabalin blak-blakan mengungkap beragam alasan Presiden Joko Widodo segera menerapkan new normal.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin menyebut Jokowi memutuskan untuk segera menerapkan tatanan kehidupan baru atau new normal dengan banyak pertimbangan.
Presiden pun memutuskan hal ini dengan mendengar pertimbangan dari banyak sektor, di antaranya adalah rumah sakit dan Pemerintah Daerah.
Hal itu diungkapkan Ali Ngabalin saat menjadi narasumber di acara Dua Sisi tvOne pada Jumat (29/5/2020).
• Login https://sensus.bps.go.id, Ini Cara Daftar Sensus Penduduk Online, Batas Waktu Pukul 23.59 WIB
• Biodata Ruslan Buton Pecatan TNI yang Minta Jokowi Mundur, Bukan Orang Sembarangan, Begini Nasibnya
• Bukan Karena Pandemi Covid-19, Lotte Mart dan Lotte Grosir akan Tutup 8 Gerai di Tahun 2020 Ini
• Jadwal Acara TV Hari Ini 30 Mei, RCTI SCTV GTV MNCTV NET TV, Janji Suci Raffi & Gigi dan Film India
Ali Ngabalin menjelaskan bahwa Pemerintah mengambil keputusan tersebut berdasarkan dengan banyak pertimbangan, termasuk masalah kesiapan rumah sakit.
"Yang pasti begini saya pastikan bahwa tidak mungkin satu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah itu tanpa ada pertimbangan, baik dari pertimbangan penelitian, para ahli, dan lain-lain termasuk di antaranya adalah kesiapan rumah sakit," ujar Ali Ngabalin.
Selain itu, Pemerintah juga fokus mengawasi kemampuan tes spesimen.
"Kemudian tadi survaillance-nya kekuatan seberapa jauh kemampuan Pemerintah dalam melakukan tes spesimen," ungkap dia.
Ngabalin menjelaskan, satu di antara alasan new normal akan segera diberlakukan lantaran vaksin juga baru bisa digunakan dalam beberapa tahun ke depan.
"Kemudian juga ada hal yang paling terpenting itu, kan kita mendapatkan pengumuman informasi yang disampaikan oleh organisasi kesehatan dunia terhadap vaksin dan obat yang kemungkinan itu tidak dalam satu dua minggu atau tidak dalam satu dua bulan ditemukan."
"Tapi dua tahun sampai dua tahun delapan bulan begitu informasinya," katanya.
Sehingga, Jokowi ingin selama menunggu vaksin itu masyarakat tetap bisa produktif tanpa melupakan protokol kesehatan.
Ngabalin mengatakan, Jokowi juga tak ingin masyarakatnya kelaparan akibat ekonomi terhenti selama pandemi covid-19.
"Artinya apa dalam keseharian kita ini bergelut dengan virus ya kan? Itu sebabnya kenapa Bapak Presiden mengatakan harus produktif dan aman."
"Presiden itu juga tak mau rakyatnya terpapar Corona juga tak mau lapar ini, rakyatnya tidak boleh lapar," tegas Ngabalin.
Ngabalin menegaskan Pemerintah Pusat juga mengambil keputusan itu dengan pertimbangan Pemerintah Daerah (Pemda).
"Pemerintah tidak akan mungkin mengambil satu keputusan sendiri sepihak tanpa melakukan dialog dan bicara dengan Pemda itu satu," ungkap dia.
Saat ditanya bagaimana dengan daerah yang penyebaran Virus Coronanya masih tinggi, Ngabalin justru menegaskan bahwa new normal itu bukan berarti tak ada protokol kesehatan.
Dalam new normal masyarakat tetap harus menerapkan protokol kesehatan.
"Yang kedua new normal itu diberlakukan pun tidak berarti kita bebas daripada protokol kesehatan, tetap kita harus memegang teguh protokol."
"Jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lain-lain sebagainya, karena kenapa begitu, karena virus itu masih ada di sekitar kita, hari-hari bersama dengan kita," ungkapnya.
• Resmi Kemendikbud Umumkan Tahun Ajaran Baru 13 Juni, Jelaskan Perbedaan dengan Sekolah Tatap Muka
• Bukan Demam, Gejala Ini yang Paling Sering Dirasa Pasien Virus Corona di Indonesia
Ekonom Nilai new normal Justru Buat Ekonomi Memburuk
Tatanan hidup baru atau new normal disebut-sebut sebagai usaha untuk menyelamatkan ekonomi di tengah pandemi covid-19.
Namun, di sisi lain, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara tidak berpikiran demikian.
Di acara Indonesia Business Forum tvOne pada Rabu (27/5/2020), Bhima Yudhistira menilai bahwa kinerja yang dikira akan berdampak positif pada ekonomi itu bersifat semu.
"Di sisi yang lain kita tidak bisa berbangga dengan adanya kinerja yang sebenarnya positif tapi semu," ujar Bhima.
Bhima mengatakan new normal justru berdampak buruk pada segi ekspor.
Bhima menduga akan terjadi penurunan pada segi ekspor.
"Karena dari sisi ekspor, ekspor pakaian jadi, ekspor kemudian bahan-bahan olahan, ekspor motor itu sebagian besar mengalami penurunan."
"Nah sehingga kalau ini terus berlanjut maka kualitas dari neraca perdagangan secara statistik dianggap bagus padahal ini merupakan tanda-tanda yang kurang bagus," ungkap Bhima.
Bhima menduga akan ada penurunan tajam pada segi industri manufaktur beberapa bulan ke depan.
• UTBK-SBMPTN 2020 Dibuka Mulai 2 Juni, Pemilik Nomor KIP Kuliah Tidak Dipungut Biaya Pendaftaran
• Deretan Fakta di Balik Sosok Ruslan Buton, Tuding Gagal Atasi Corona Sampai Tuduh Pencurian Singkong
• Tak Ada Soal dan Jawaban, Jadwal Belajar dari Rumah TVRI Sabtu 30 Mei 2020, Tayangan Edukatif
• Berapa Biaya Perawatan Pasien covid-19? Erick Thohir Beri Bocoran Lebih Mahal Jika Ada Penyakit Lain
"Ini adalah tanda bahwa beberapa bulan ke depan akan terjadi penurunan pada sektor industri manufaktur yang cukup tajam."
"Biasanya kalau impor bahan baku itu mengalami penurunan akibat permintaan dari industri itu juga terganggu maka tiga sampai lima bulan kemudian akan tercermin dari industri manufaktur," duganya.
Lalu ia mengungkit di mana industri manufaktur saja pada kuartal 2020 sudah dianggapnya buruk.
"Yang kita sudah melihat kuartal pertama industri manufaktur sangat-sangat buruk," katanya.
Lihat videonya mulai menit ke-15:15:
IKUTI >>> Update virus Corona
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Ungkap Alasan Jokowi Segera Terapkan new normal, Ali Ngabalin: Presiden Tak Mau Rakyatnya Kelaparan, https://wow.tribunnews.com/2020/05/30/ungkap-alasan-jokowi-segera-terapkan-new-normal-ali-ngabalin-presiden-tak-mau-rakyatnya-kelaparan?page=all.
Penulis: Mariah Gipty