Virus Corona
Mal di Surabaya Masih Buka, Beda dengan Malang, Khofifah: Kewenangan Pemkot, Ini Penjelasan Risma
Mal di Surabaya kok masih buka, beda dengan Malang, Gubernur Jatim, Khofifah: kewenangan Pemkot, Risma ungkap sebab covid-19 tinggi.
TRIBUNKALTIM.CO - Diketahui, Mal di Surabaya masih buka, berbeda dengan Malang, Gubernur Jatim, Khofifah: kewenangan Pemkot, sementara Walikota Surabaya, Risma jelaskan sebab covid-19 tinggi di wilayahnya.
Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) Surabaya, Mal-Mal di kota yang dipimpin Risma ini masih tetap buka.
Terkait hal ini, Gubernur Jawa Timur ( Jatim ) Khofifah Indar Parawansa menyebutkan buka atau tutup Mal selama masa PSBB adalah kewenangan Pemkot.
Sementara itu, Walikota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma mengungkapkan penyebab kenapa kasus Corona atau covid-19 di Kota Surabaya masih tinggi bahkan tertinggi di Jatim.
• Mengapa Surabaya Jadi Zona Hitam Covid-19, Penjelasan Khofifah dan Risma soal Sebaran Virus Corona
• Surabaya Disebut Bisa Jadi Wuhan Kedua Risma Angkat Bicara & Ungkap Fakta Baru Ini, Ada Kabar Baik
• Sempat Jadi Polemik Risma dan Khofifah di Surabaya, Tim Mobil PCR Lelah Lakukan Swab Test
• Risma Pamit pada Warga Surabaya, Setelah Jabat Walikota 2 Periode, Apa Rencana Selanjutnya?
Meski demikian, Mal di Surabaya masih dibuka di tengah kebijakan PSBB Surabaya.
Dilansir TribunWow.com (jaringan Surya.co.id) dari channel YouTube Apa Kabar Indonesia TVOne pada Senin (1/6/2020), Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa pembukaan Mal itu kewenangan Pemerintah Kota Surabaya.
"Setahu saya memang di Surabaya tidak pernah tutup malnya bahwa itu kewenangan Kota bukan kewenangan Provinsi," ujar Khofifah.
Lalu, Khofifah membandingkan PSBB di Surabaya dan Malang.
Berbeda dengan Surabaya, Malang justru telah menutup Mal kecuali toko-toko penting.
"Saya ingin membedakan PSBB Surabaya Raya dan PSBB Malang Raya."
"PSBB Malang Raya awal ditetapkan 17 Mei memang mereka bersepakat Mal tutup kecuali apotek dan jualan sembako," ungkapnya.
Lantaran sukses melakukan kebijakan PSBB, Malang cukup melaksanakan pembatasan tersebut selama satu periode.
"Tapi sudah selesai masa transisi pada tanggal 31 Mei kemarin karena PSBB Malang Raya hanya untuk sekali masa tahapan 14 hari," katanya.
Sekali lagi, soal kebijakan PSBB kota itu juga tergantung dari pemerintah kotanya.
"Jadi kewenangan itu dalam Perwali, jadi masing-masing Bupati, Wali Kota di daerah PSBB, mereka lah yang sebetulnya menentukan regulasi internal kabupaten kotanya," sambung dia.
Mantan Menteri Sosial ini mengatakan bahwa kebijakan spesifik PSBB kota dilakukan juga oleh Pemerintah Kota.
"Kita punya Pergub, nah Pergub ini akan menjadi payung dari seluruh kabupaten, kota yang akan melaksanakan PSBB."
"Kebetulan hanya dua Surabaya dan Malang Raya sehingga kewenangan-kewenangan untuk membuat regulasi secara lebih spesifik itu di bupati-wali kota," ungkap Khofifah.
Lihat videonya mulai menit ke-4:34:
Saat di acara Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Senin (1/6/2020), Walikota Surabaya, Tri Rismaharini atau Risma menanggapi penyebab virus Corona di daerahnya begitu banyak.
Risma mengatakan bahwa Surabaya banyak kasus virus Corona karena banyaknya tes yang dilakukan.
Ia menjelaskan bahwa semua orang yang kemungkinan memiliki potensi terjangkit virus Corona langsung dites.
"Jadi tadi saya sampaikan begitu kami punya alat maka pasien yang masuk ODR ( Orang Dalam Risiko ), OTG ( Orang Tanpa Gejala ), ODP ( Orang Dalam Pemantauan ), PDP ( Pasien Dalam Pengawasan ) langsung kita tes semua."
"Kalau kita delay satu minggu, maka dia bisa menular meskipun sudah dikarantina, menular di keluarganya," jelas Risma.
"Mungkin dulu hanya satu di keluarga itu, tapi kemudian karena dia satu rumah tidak dipisahkan, karena kita tidak punya alatnya bahwa dia memang positif, dia kita isolasi karena masuk di kelompok tadi."
"Nah begitu kita tes, maka kemudian yang kita isolasi menjadi confirm, menjadi positif."
"Nah itulah yang tadi saya sampaikan kenapa menjadi besar," jelasnya.
Risma mengatakan Pemkot Surabaya juga telah banyak melakukan rapid test massal.
Jika ada warga yang reaktif covid-19, maka orang itu akan ditempatkan di sebuah hotel.
"Maka kemudian kita lakukan semua dengan rapid test nah sekarang kita sudah punya alatnya, kemudian kita pisah begitu dia reaktif."
"Setelah dia kita pisah kita lakukan swab," katanya.
Jika hasil swab positif tanpa gejala maka para pasien akan ditempatkan di asrama haji.
Sedangkan bagi yang sakit harus segera dirawat di rumah sakit.
Lihat videonya mulai menit ke-10:40:
Jawa Timur kini dikhawatirkan menjadi pusat penyebaran baru virus Corona di Indonesia.
Kasus virus Corona di Jawa Timur berada di bawah DKI Jakarta yang masih menjadi provinsi dengan jumlah terbanyak covid-19.
Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin PNF, Professor Choirul Anwar Nidom angkat bicara melalui acara Metro Pagi Prime Time pada Jumat (29/5/2020).
Profesor Nidom mengatakan, hal itu terjadi karena berbagai faktor.

Bisa saja kasus virus Corona di Jatim memang benar-benar tinggi.
"Jadi melihat data dari keadaan Surabaya khususnya atau Jawa Timur secara umum itu harus komprehensif meilihatnya tidak hanya melihat peningkatan jumlah kasus itu saja."
"Jadi memang bisa bahwa data itu menunjukkan bahwa masih tingginya kasus di Jawa Timur dan Surabaya," ujar Prof Nidom.
Selain itu, bisa jadi kasus virus Corona di Jawa Timur ini tinggi karena memang jumlah pengecekan lebih tinggi dari daerah lain.
Apalagi selama ini belum ada perbandingan jumlah orang yang dites antara daerah satu dengan lainnya.
"Tapi bisa juga karena aktifnya pengujian sehingga jumlah diuji itu besar, otomatis prosentase jumlah yang positif itu akan meningkat."
"Selama ini belum ada perbandingan dari sekian itu berapa jumlah yang disampling," jelas Nidom.
Sehingga, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa daerah lain bisa jadi juga sama banyaknya dengan Jatim.
"Apakah sama yang disampling dengan daerah-daerah lain sehingga Surabaya tampak sebagai episentrum."
"Mungkin saja daerah-daerah lain melakukan hal yang sama dengan Surabaya dan Jawa Timur mungkin memberikan kasus yang sama, memberikan fonemena gambaran yang sama," katanya.
Lalu, Prof Nidom mengaku khawatir nantinya akan terjadi fenomena gunung es.
"Seperti yang Pak Wagub (Emil Dardak) bilang bahwa sebetulnya covid-19 ini kan masih kita khawatirkan terjadi gunung es."
"Sehingga semakin besar pengujian kita, kemudian semakin nampak berapa banyak jumlah yang positif di lapangan," ungkap Nidom.
Gunung es bisa terjadi karena ada penumpukan pengujian.
"Yang ketiga validitas pengujian. Jadi dikatakan oleh Pak Wagub terjadi penumpukan pengujian, sementara itu membutuhkan kecepatan di dalam hasil diagnosis," ujar dia.
Selain itu, adanya kemungkinan tenaga lab terkena virus Corona sehingga memengaruhi hasil data.
"Apalagi lab ini di-suspend karena diduga ada tenaga lab yang terinfeksi. Nah ini kan juga memengaruhi hasil apakah terjadi kontaminasi dalam pengujian-pengujiannya. Karena yang menguji positif terinfeksi, nah ini kita perlu komprehensif melihat data," ujar dia.
Sehingga, terkait tingginya virus Corona di Jatim itu, menurut Nidom, memang karena banyak faktor.
"Bukan sekedar tingginya data positif di Surabaya maupun Jawa Timur," sambungnya.
Ikuti >>> Update Virus Corona
(TribunWow.com/Mariah Gipty)
Artikel ini sebelumnya tayang di Tribun Wow berjudul: Mal Masih Buka Meski Surabaya Jadi Daerah Corona Terbanyak di Jatim, Khofifah: Itu Kewenangan Kota
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Khofifah Soal Mal di Surabaya Tetap Buka: Itu Wewenang Kota, Risma Ungkap Kenapa Corona Tinggi, https://surabaya.tribunnews.com/2020/06/02/khofifah-soal-Mal-di-surabaya-tetap-buka-itu-wewenang-kota-risma-ungkap-kenapa-corona-tinggi?page=all.
Editor: Tri Mulyono