Virus Corona
Negara Ini Disebut tak Siap Hadapi Corona, Tenaga Medis tak Punya APD dan Tak Bisa Pakai Ventilator
negara yang telah bertahun-tahun dilanda perang tersebut, tidak lagi dapat merawat penduduknya yang terserang penyakit,
Tidak adanya pemerintahan pusat yang bertanggung jawab membuat pandemi Virus Corona lebih sulit dikendalikan.
2. Krisis Kemanusiaan Terburuk
Hampir tiga tahun sebelum munculnya Covid-19, PBB menyatakan Yaman sebagai tempat yang paling membutuhkan di Bumi.
Sekitar 24 juta orang di sana, yaitu sekitar 80% dari populasi penduduk, bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup, dan jutaan lainnya berada di ambang kelaparan.
Diperkirakan 2 juta anak kekurangan gizi akut, dan negara itu sudah berjuang untuk mengatasi penyakit seperti demam berdarah, malaria dan kolera sebelum kasus pertama Virus Corona dilaporkan.
Sistem kekebalan yang melemah berarti mereka yang menderita penyakit kronis dapat tertular Covid-19 lebih mudah, dan merasa lebih sulit untuk bertahan hidup.
3. Sistem Kesehatan Telah Runtuh
Perang lima tahun telah menghancurkan sistem kesehatan negara itu, membuatnya tidak mampu menghadapi pandemi.
Banyak dari 3.500 fasilitas medis Yaman telah rusak atau hancur dalam serangan udara, dan hanya setengah yang dianggap berfungsi penuh.
Klinik dilaporkan penuh sesak, dan obat-obatan dan peralatan dasar masih kurang.
Di negara berpenduduk 27,5 juta orang tersebut, hanya ada beberapa ratus mesin ventilator, yang digunakan untuk membantu pasien bernafas dalam kasus di mana Covid-19 menyebabkan gagal paru-paru.
4. Jumlah Aktual Kasus Positif Tidak Diketahui
Tanpa mengetahui lebih akurat siapa yang menderita Virus Corona, lebih sulit untuk mencegah penyebarannya atau merencanakan jumlah pasien yang menambah tekanan pada sistem kesehatan yang sudah rapuh.
Sejak pasien Virus Corona pertama kali dilaporkan di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah pada bulan April, skala sebenarnya dari wabah tersebut belum dapat ditentukan.
Pemerintah telah mengumumkan lebih dari 900 kasus , sementara pemberontak yang menguasai ibukota dan daerah padat penduduk lainnya mengatakan mereka hanya mendeteksi empat kasus di wilayah mereka.