Eksotisme Gua Karst Mengkuris Kutai Timur, Menyibak Pesan Nenek Moyang Manusia di Tanah Kalimantan
Menelusuri Kalimatan Timur adalah menapaki riwayat manusia. Tidak hanya puluhan, ratusan atau ribuan tahun, bahkan hingga puluhan ribu tahun.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Mathias Masan Ola
Ia ditugaskan menyebarkan agama Islam kepada penduduk desa Batu Lepoq yang saat itu masih animisme. Fatimah tak sendiri menyebarkan agama islam di permukiman suku Dayak Basap.
Ia bersama suaminya, Ibnu Ali Al Mengkurisi. Suaminya jadi salah satu petinggi di kampung Batu Lepoq. Namanya jadi cikal bakal, mengapa daerah ini dinamakan Gunung Mengkuris.
Sementara Kepala Desa Batu Lepoq, Jum'ah berharap pemerintah kabupaten memberikan perhatian untuk potensi wisata. Lantaran gua ini punya nilai warisan sejarah yang tinggi, tak hanya bagi Indonesia, melainkan dunia.
Bila perlu pihaknya berharap ada kajian mendalam terkait status kawasan yang masih jadi milik perusahaan sebagai pemegang izin Hutan Tanaman Industri.
"Harapannya semua pihak bergandeng tangan bangun wisata di sini. Termasuk perusahaan, mau tak mau harus. Karena mereka ada di desa kami. Harus berkontribusi," tegasnya.
Barangkali, aalah satu bentuk perlindungan Kawasan Karst Mengkuris yakni dengan memasukkannya ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Kepala Desa perempuan ini yakin hal itu bisa menjauhkan upaya perubahan fungsi kawasan di masa yang akan datang.
Sebagai referensi, perjalanan dari Sangata menuju Karangan menghabiskan waktu 5 sampai 8 jam. Tergantung dengan kendaraan yang dipakai. Selain itu juga kondisi cuaca saat perjalanan.
Untuk diketahui, Tribunkaltim.co dalam ekspedisi Gua Karst Mengkuris didukung oleh kendaraan operasional dari Polres Kutim. Kemudian dipandu oleh rekan-rekan Sangatta Backpackers, Kutai Timur.
Baca juga; Sekprov Kaltim Sabani Jawab Kritik Ketua Fraksi PKB Terkait Transparansi Seleksi Pejabat OPD
Baca juga; Ramalan Zodiak Kamis 2 Juli 2020 Terbaru, Virgo Sebaiknya Jaga Jarak, Aries Sangat Perlu Hati-hati!
Tim menggunakan 2 unit mobil double gardan. Rombongan berjumlah 15 orang tersebut tiba di Kecamatan Karangan menempuh sekira 7 jam perjalanan.
Menembus jalan poros Bengalon, Kaliurang, Kaubun, Pengadan hingga sampai di Kecamatan Karangan.
"Kemarin kita terpaksa pakai jalur sawit. Karena di daerah Kaubun ada truk sawit gagal nanjak. (Lewat sawit) Ini tidak disarankan sebenarnya, karena lewat sana rentan tersesat. Beruntungnya kemarin kita ketemu orang lokal yang searah mau ke Karangan," kata Tio didampingi Akbar, pemandu dari Sangatta Backpackers.
Setibanya di Desa Karangan Dalam memerlukan waktu sekira 60 menit lagi untuk sampai di kaki Gunung Mangkuris, Desa Batu Lepoq. Di sana terdapat Pusat Informasi Pariwisata sekaligus Homebase Dispar Kutai Timur. Rumah kayu sebagai tempat persinggahan pengunjung Gunung dan Gua Karst Mengkuris.
Tak sampai 25 menit jalan kaki untuk tiba di mulut Gua Karst Mengkuris. Selanjutnya, hanya perlu hitungan detik melangkahkan kaki masuk ke dalam gua yang menyimpan sejuta rahasia dan tanda dari nenek moyang manusia puluhan ribu tahun lalu. (Tribunkaltim.co/Fachri)