Nadiem Makarim Diserang Kritik, Belajar dari Rumah Dianggap Tak Efektif, Ini Pembelaan Mendikbud
Kebijakan Nadiem Makarim dikritik, Belajar dari Rumah atau Pembelajaran Jarak Jauh dianggap tak efektif, ini pembelaan Mendikbud
TRIBUNKALTIM.CO - Kebijakan Nadiem Makarim dikritik, Belajar dari Rumah atau Pembelajaran Jarak Jauh dianggap tak efektif, ini pembelaan Mendikbud.
Di tengah upaya mengaktifkan kembali belajar tatap muka di Zona Hijau, Mendikbud Nadiem Makarim mendapat kritik tajam.
Bukan soal belajar tatap muka, melainkan Pembelajaran Jarak Jauh atau Belajar dari Rumah, yang dianggap tak efektif bagi siswa.
Terkait hal tersebut, Nadiem Makarim memberikan pembelaannya menerapkan kebijakan Belajar dari Rumah saat pandemi covid-19.
Mendikbud Nadiem Makarim tak menampik kritik dari banyak pihak terkait efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh.
• Daftar Lengkap Jadwal Masuk Sekolah Senin 13 Juli, Nadiem Makarim Izinkan Belajar Tatap Muka
• Senin 13 Juli 2020 Masuk Sekolah, Nadiem Izinkan Belajar Tatap Muka di 104 Daerah, Ini Tata Caranya
• Tahun Ajaran Baru, Daftar 104 Daerah yang Diizinkan Nadiem Makarim untuk Mulai Belajar Tatap Muka
Menurutnya saat ini tidak ada opsi lain yang bisa dilakukan.
"Itu saya 100 persen setuju dengan semua kritikan itu. Tetapi kita tidak punya opsi yang lain pada saat ini," kata Nadiem dalam keterangan tertulis, Minggu (12/7/2020).
Menurutnya, pada akhirnya pihak sekolah harus mencari jalan masing-masing untuk mengelola aktivitas belajar mengajarnya.
"Karena tidak ada satu platform yang cocok untuk satu sekolah,” terangnya.
Namun dari evaluasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud ) terkait Pembelajaran Jarak Jauh, peran orang tua yang ikut berpartisipasi dalam sistem Pembelajaran Jarak Jauh ternyata lebih efektif.
Nadiem Makarim mengapresiasi kinerja dan dedikasi guru-guru yang berinisiatif mencari jalan agar para siswanya tetap mendapatkan pengajaran meski dalam kondisi darurat.
Apalagi para siswa yang tidak menjangkau atau mengakses teknologi untuk Pembelajaran Jarak Jauh.
"Kami ada cerita hebat di lapangan, di mana guru-guru ini berkunjung satu per satu ke rumah siswa. Ini merupakan hal yang yang luar biasa, dan ini terjadi di berbagai daerah,” ungkap Mendikbud.
Survei Belajar Jarak Jauh
Kementerian pendidikan dan kebudayaan mengumumkan tahun ajaran baru 2020-2021 dimulai pada 13 Juli 2020.
Wilayah yang masuk di Zona Hijau sudah dapat kembali melakukan pembelajaran tatap muka.
Mendikbud, Nadiem Makarim menyebut, sudah ada 104 kabupaten yang masuk Zona Hijau, yang bisa mulai pendidikan tatap muka.
Namun pemeberlakuan peraturan tersebut masih diperuntukan bagi sekolah menegah, yaitu SMP dan SMA.
Salah satu wilayah yang siap menggelar pembelajaran tatap muka adalah Kota Bekasi, Jawa Barat.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendy mengatakan, sekolah yang hendak menggelar belajar tatap muka, wajib mengajukan proposal di dinas pendidikan, untuk dicek standar protokol kesehatannya.
Menurutnya, ada empat sekolah yang telah diizinkan belajar tatap muka, karena telah memenuhi syarat protokol kesehatan.
Namun, masih ada orangtua yang khawatir jika pembelajaran dilakukan tatap muka.
Mereka menilai, siswa masih sulit diingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan.
Selama pandemi ini, sekolah-sekolah menerapkan pendidikan jarak jauh, dimana interaksi antara guru dan murid dilakukan via internet atau dalam jaringan, daring.
• Peraturan Baru Nadiem Makarim untuk Tahun Ajaran Baru 2020/2021, Pemerintah Daerah Harus Setuju
Namun hasil survei yang dilakukan litbang kompas menunjukkan, 65,5 persen responden mengaku, Pembelajaran Jarak Jauh belum efektif.
Sementara yang menilai siudah efektif, 28,9 persen.
Sedang sisanya mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.
Respoden juga ditanya soal kekhawatiran jika sistem Pembelajaran Jarak Jauh berlangsing lama.
34 koma 5 persen menjawab kualitas pendidikan bisa turun.
Kemudian yang menjawab siswa bisa jenuh atau stres sebanyak 28,3 persen.
Ada juga yang menjawab orangtua bisa stres, daerah tidak punya akses teknologi, dan lain sebagainya.
Sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka harus benar-benar memastikan protokol kesehatan dijalankan dengan ketat.
Jangan sampai sekolah menjadi salah satu sumber penularan Virus Corona.
Sementara itu, Mendikbud Nadiem Makarim menjelaskan, meski berada di Zona Hijau dan menerapkan pembelajaran tatap muka, sekolah tetap diwajibkan menerapkan protokol kesehatan.
"Ini mengenai kenyamanan, mengenai kepercayaan kita kepada institusi sekolah yang bisa melakukan protokol kesehatan yang baik.
Itu kuncinya," seperti disampaikan Mendikbud dalam keterangan tertulis, Minggu (12/7/2020).
• Aturan Terbaru Kemendikbud, Nadiem Makarim Izinkan Sekolah Pakai Dana BOS untuk Beli Kuota dan APD
Meski berada di Zona Hijau, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyerahkan pertimbangan pembelajaran tatap muka sekolah kepada kepala daerah, kepala sekolah, hingga orang tua siswa.
Ketiga pihak ini memiliki hak untuk menentukan apakah sekolah terkait layak atau tidak menyelenggarakan kegiatan belajar secara tatap muka.
Nadiem menegaskan, pihak kepala daerah dan kepala sekolah harus menyakinkan orang tua bahwa protokol kesehatan sekolah sudah siap untuk para siswa.
Sebaliknya orang tua juga bisa menolak pembelajaran langsung terhadap anaknya jika tidak yakin dengan protokol kesehatan yang akan diterapkan sekolah.
(*)