Berguru pada Pandemi Covid-19
BELAJAR di rumah dan bekerja dari rumah sudah dilakukan sejak awal tahun 2020 ini. Di saat inilah peran kita sebagai orangtua sangat dibutuhkan anak s
BELAJAR di rumah dan bekerja dari rumah sudah dilakukan sejak awal tahun 2020 ini. Di saat inilah peran kita sebagai orangtua sangat dibutuhkan anak selama melaksanakan belajar di rumah, yaitu menjadi orangtua yang baik dan benar.
Banyak orangtua yang merasa sudah melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya, tetapi kenyataan yang ada adalah sebaliknya. Perlu selalu diingat bahwa orangtua tidak hanya perlu baik dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anaknya saja, tetapi mereka wajib menjadi orangtua yang benar dalam semua bentuk didikannya.
Selama pandemi Covid-19 ini diharapkan seluruh orangtua dan siswa tetap bersemangat dalam menjalankan kegiatan belajar dalam jaringan di rumah saja, tentu saja hal itu perlu didukung dengan fasilitas yang lengkap.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih banyak orangtua yang justru sangat kesulitan dengan cara belajar dalam jaringan ini. Tidak semua orangtua mampu menyediakan gawai ideal yang setara dengan android, apalagi harus terus menyiapkan dana untuk membeli kuota datanya.
Tetapi, belakangan ini tersiar kabar dari kementerian pendidikan mengenai kucuran dana Bantuan Operasional Sekolah yang sebagian dapat dialokasikan bagi siswa berkenaan dengan kebutuhan belajar dalam jaringan tersebut. Semoga menjadi solusi terbaik untuk terselenggaranya kegiatan belajar dalam jaringan ini.
Demi terselenggaranya kegiatan belajar di rumah, tidak semua kegiatan tersebut dilakukan dalam jaringan yang memerlukan gawai android, kuota, akses internet dan lainnya. Berbagai macam cara dilakukan agar proses kegiatan belajar mengajar, yang tanpa tatap muka antara guru dan siswa, tetap terlaksana dengan baik dan tuntas.
Banyak sekolah yang sudah memfasilitasi siswanya dengan menyediakan materi dan penugasan dalam bentuk fotokopi, salinan, dan buku pendamping. Fotokopi, salinan dan buku pendamping tersebut diberikan dan dipinjamkan secara berkala.
Materi pelajaran dan tugas dari guru pun dapat diselesaikan oleh siswa tanpa kendala yang berarti. Hal tersebut karena tidak semua orangtua siswa siap dengan gawai dan kuotanya, sementara materi pelajaran perlu dituntaskan.
Kualitas belajar anak saat ini masih sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai orangtua dan guru. Bila sebelumnya kita sepakat membatasi interaksi anak dalam penggunaan gawai, karena penggunaan gawai yang hanya untuk bermain dan bersosial media, hanya menyita waktu belajar mereka, maka kini keadaan malah sebaliknya.
Pada saat proses belajar hingga menyerahkan tugas, penggunaan gawai menjadi salah satu yang paling mudah selain laptop. Walaupun demikian, orangtua tetap wajib bisa mengawasi anak dalam penggunaan gawainya dengan membuat kesepakatan dengan anak.
Begitu mudahnya akses belajar dalam jaringan ini pun tetap harus kita waspadai bersama. Banyaknya iklan vulgar yang bisa muncul pada saat anak mencari informasi materi belajar menggunakan gawainya. Orangtua semaksimal mungkin mendampingi buah hati mereka saat proses belajar dalam jaringan ini.
Untuk orangtua yang bekerja di pagi hingga sore hari bisa meminta izin pada sekolah untuk mendampingi anaknya belajar pada malam harinya. Jangan pernah membiarkan anak ‘berselancar’ sendirian dengan gawainya.
Kita semua pasti tidak menginginkan buruknya akhlak anak karena terus terpapar tayangan yang tidak senonoh dan tidak sesuai dengan usianya. Di sini besar harapan kita agar pemerintah, pihak operator seluler, dan yang terkait bisa memberikan solusi terbaik.
Peran guru sangat penting dalam memantau siswanya dari jauh. Para guru dituntut menyiapkan materi ajar yang sesuai dan menyenangkan. Mereka terus secara berkala mengevaluasi satu persatu tugas yang dikerjakan oleh siswanya.
Di luar jadwal pelajaran pun mereka siap merespon berbagai macam pertanyaan para siswa, mulai dari membahas materi pelajaran hingga ada yang ‘curhat’. Menguras waktu, energi, dan kuota? Tentu saja. Tetapi para guru terus tulus kepada siswa-siswanya. Semoga tidak ada lagi istilah ‘guru makan gaji buta’, karena sesungguhnya mengajar dalam jaringan justru lebih merepotkan guru.