7 September 2004, Mengenang 16 Tahun Kematian Aktivis HAM Munir, Kasusnya Kini?
Mengenang 16 tahun kematian aktivis HAM Munir Said Thalib yang dibunuh pada 7 September 2004 silam di udara.
Untuk sementara, penumpang tidak diperbolehkan turun, petugas keamanan pun sempat menanyai pilot Pantun Matondang, pramugari dan sejumlah penumpang yang duduk di dekat kursi Munir.
Setelah 20 menit, penumpang pun dipersilakan turun.
Jenazah Munir kemudian juga dibawa turun, namun tetap dalam penanganan otoritas bandara. Petugas berwenang lalu melakukan autopsi.
Hasil autopsi kelak mengungkap bahwa Munir yang diduga sakit, ternyata tewas dengan cara diracun.
Telepon Misterius
Kejanggalan lainnya diungkap Suciwati. Beberapa hari sebelum keberangkatan Munir ke Belanda, istri Munir itu mengaku mendapat telepon dari orang yang mengaku sebagai Pollycarpus.
Pria di telepon itu menanyakan kepastian keberangkatan Munir.
Suciwati pun menjelaskan bahwa Munir berangkat pada Senin malam, 6 September 2004 dengan penerbangan GA-974.
Suciwati sempat bertanya apa urusan Pollycarpus menelpon.
• Jatam Kaltim Paparkan Deretan Pasal Kontroversi Undang-undang Minerba yang Baru Disahkan
• Walhi : Ada Beban Ekologis Pemindahan Ibukota, Gubernur Kaltim akan Hentikan, Jika Merusak Hutan
• Ibu Kota Baru akan Diikuti Bencana Ekologis Seperti Jakarta, Walhi Pertanyakan Jaminan Jokowi
• BREAKING NEWS Kronologi Meninggalnya Korban ke-37 di Bekas Lubang Tambang versi Jatam Kaltim
Namun, saat itu dijawab bahwa dia adalah teman Munir yang bekerja di Garuda Indonesia dan berencana berangkat bersama Munir ke Belanda.
Ketika Munir pulang, Suci menyampaikan telepon yang diterimanya.
Dengan santai Munir menjawab bahwa Pollycarpus sebagai "orang aneh dan sok akrab".
Setelah mendengar respons Munir, Suci menyesal telah menyampaikan tanggal keberangkatan Munir kepada Polly. "Tapi, almarhum (Munir) menenangkan saya dan bilang enggak apa-apa," kata Suciwati. (*)