Tak Membantah, Sri Mulyani Akui Indonesia Bakal Resesi, Tapi Tak Parah Karena Upaya Pemerintah Ini
Tak membantah, Sri Mulyani akui Indonesia bakal resesi, tapi tak parah karena upaya Pemerintah ini
TRIBUNKALTIM.CO - Tak membantah, Sri Mulyani akui Indonesia bakal resesi, tapi tak parah karena upaya Pemerintah ini.
Pandemi Virus Corona akhirnya menggiring Indonesia masuk jurang resesi di kuartal III 2020 ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun tak menampik potensi resesi ekonomi berada di depan mata.
Meski demikian, Sri Mulyani menuturkan kondisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan banyak negara lainnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak menampik kemungkinan terjadinya resesi pada kuartal III tahun ini.
Bendahara Negara itu memeperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini akan berada di kisaran minus 2 persen hingga 0 persen.
• Dituduh Curi Sawit, Nenek 80 Tahun Jadi Terdakwa, Ke Pengadilan Pakai Tongkat dan Obat Sakit Kepala
• Jangan Terlewat, Bantuan UMKM Rp 2,4 Juta Selesai Akhir September Ini, Simak Cara Mudah Daftarnya
• Sikap Beda Ridwan Kamil Soal Kata Anjay, Ajak Follow Ramai-Ramai Si Pemilik Nama, Sita Produktivitas
• Cara Baru Konfirmasi Bagi yang Belum Dapat BLT BPJS Ketenagakerjaan, Khusus Karyawan Kategori Ini
Artinya, bila perekomian RI kembali masuk di zona negatif, maka perekonomian RI bakal masuk ke dalam definisi resesi secara teknis.
Yakni pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Sebab pada kuartal II yang lalu, perekonomian RI terkontraksi cukup dalam, yakni sebesar -5,32 persen.
"Meski belanja Pemerintah diakselerasi, konsumsi dan investasi belum masuk zona positif.
Karena aktivitas masyarakat sama sekali belum normal.
Kalau kalau itu terjadi, secara teknis kuartal III ini kita masuk zona negatif, maka resesi terjadi," ujar Sri Mulyani usai melakukan rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (7/9/2020).
"Namun tidak berarti kondisinya sangat buruk.
Karena kita melihat kalau kontraksi melihat kalau kontraksi lebih kecil, dan akan terjadi pemulihan di bidang konsumsi, investasi melalui dukungan belanja Pemerintah," lanjut Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itupun mengatakan, Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk mempercepat belanja agar pemulihan tak hanya terjadi did bidang konsumsi dan investasi, namun juga kinerja ekspor Indonesia.
Sebab, pada Juli hingga Agustus ini terjadi perbaikan kinerja perekonomian di bidang ekspor.
• Bukan Hanya Brahim Diaz, AC Milan akan Rekrut Striker Real Madrid, Ganti Federico Chiesa yang Mahal
"Karena satu bulan terakhir terjadi kenaikan kenaikan cukup baik, maka bisa berharap pertumbuhan ekonomi di kuartal III lebih baik dibanding kuartal II yang kontrkasi cukup dalam 5,3 persen," ujar Sri Mulyani.
Di sisi lain, dirinya juga menilai meski sempat mengalami kontraksi hingga 5,3 persen pada kuartal II lalu, kondisi perekonomian RI jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Sebab, banyak negara yang kondisi perekonomiannya mengalami kontraksi hingga 17 persen atau bahkan 20 persen.
"Kita berusaha.
Jadi akselerasi belanja Pemerintah, program pemulihan ekonomi terus dilaksanakan dan didorong.
Sehingga konsumsi bertahap pulih, investasi pulih, ekspor didorong dengan meskin pertumbuhan konsumsi, investasi, ekspor dan belanja Pemerintah, diharapkan performace kuartal III membaik, dan dijaga sampai kuartal IV," ujar Sri Mulyani.
• Resmi, Airlangga Hartarto Bocorkan BLT BPJS dan UMKM Berlanjut Tahun Depan, Sri Mulyani Lapor DPR RI
Yang Harus Dilakukan Masyarakat
1. Menyiapkan dana darurat
Jika saat ini Anda berada dalam posisi di mana Anda masih memiliki pendapatan dan menabung, maka ini adalah saat yang tepat untuk mulai berpikir tentang dana darurat.
Anda bisa memasukkan kelebihan uang tunai ke dalam rekening tabungan yang mudah diakses.
Tanpa denda atau potensi kehilangan uang berupa bunga.
Besaran dana darurat harus sekitar tiga sampai enam bulan untuk pendapatan.
Jika Anda sudah memilikinya, lihat apakah Anda bisa membuatnya menjadi 12 bulan.
Dana darurat dapat membantu jika Anda kehilangan pekerjaan atau bahkan membantu membayar tagihan yang tidak terduga.
• Bermasalah, 15 Ribu Rekening Tak Bisa Terima BLT Karyawan Tahap I, Menaker Jelaskan Penyebabnya
2. Kurangi pengeluaran yang tidak perlu
Jika Anda belum melakukannya, sekaranglah waktunya untuk meninjau pengeluaran yang sudah dilakukan mulai dari listrik, telepon, layanan internet hingga hipotek.
Di saat pandemi seperti sekarang, ini berarti pengeluaran Anda akan sedikit berbeda dari biasanya, jadi kembalilah ke awal tahun ini untuk melihat pengeluaran yang tidak perlu tersebut.
3. Pangkas tagihan kartu kredit
Jika Anda membayar bunga apa pun pada kartu kredit Anda, inilah saatnya berhenti.
Beralih ke kartu saldo 0 persen dapat memberi Anda waktu hingga 30 bulan untuk melunasi hutang Anda tanpa bunga apa pun, selama Anda menjaga pembayaran minimum.
Jangan pernah menggunakan kartu ini untuk berbelanja.
Tujuan utama adalah melunasi tagihan kartu kredit.
• Sukses Datangkan Tonali dan Brahim Diaz, Pioli Angkat Bicara Kelanjutan AC Milan di Bursa Transfer
• PROFIL Reza Artamevia yang Kembali Terjerat Narkoba, Karier Sukses, Sempat Depresi Gara-gara Ini
4. Bangun bisnis sampingan
Jika Anda memiliki keterampilan yang dapat dikembangkan, sekarang bisa menjadi waktu yang tepat untuk memulai pekerjaan sampingan.
Anda dapat melakukan beberapa pengajaran online seperti mengajar bahasa atau alat musik, atau menjual makanan untuk penghasilan tambahan.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sri Mulyani: Jika Resesi di Kuartal III Tak Berarti Kondisinya Sangat Buruk", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/09/07/191500226/sri-mulyani--jika-resesi-di-kuartal-iii-tak-berarti-kondisinya-sangat-buruk.