Breaking News

Virus Corona

Inilah Efek Jika Orangtua Pakai Kekerasan ke Anak yang Susah Belajar via Online Kala Wabah Covid-19

Inilah efek jika orangtua pakai kekerasan ke anak yang susah belajar via online kala wabah covid-19.

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HP
ILUSTRASI - Warga Jalan Nugroho Noto Susanto, Nuraida mengawasi ketiga anaknya belajar menggunakan metode Daring (Dalam Jaringan), dirumah keluarganya, Minggu(26/7/2020). 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKAPAN - Inilah efek jika orangtua pakai kekerasan ke anak yang susah belajar via online kala wabah covid-19.

Konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kerap menghadirkan sejumlah tantangan, terlebih bagi orangtua yang kini menjadi pendamping utama anak belajar dari rumah.

Kesulitan mengendalikan emosi mengajari anak belajar, bisa menjadi salah satu masalah yang dihadapi orangtua.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak berusia 8 tahun ketika mengalami kesulitan belajar jarak jauh secara daring ( online ).

Baca Juga: Pembatasan Aktivitas Jam Malam Lantaran Pandemi Covid-19, Begini Tanggapan PHRI Samarinda

Baca Juga: Bangun Ibu Kota Negara, Penajam Paser Utara Strategis, Jadi Bahan Penelitian Universitas Pertahanan

Menurut keterangan KPAI, anak mendapatkan beberapa pukulan, di antaranya menggunakan gagang sapu, saat belajar online hingga meninggal dunia.

Pengaruhi semangat belajar hingga psikis Kekerasan saat mendampingi anak belajar, baik itu secara verbal maupun fisik, tak hanya bisa membuat anak kehilangan semangat untuk belajar.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan, kekerasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak dapat memengaruhi perkembangan regulasi emosi dan perilaku buruk anak di kemudian hari.

Seperti anak kehilangan kemampuan untuk menenangkan dirinya, menghindari kejadian-kejadian provokatif dan stimulus yang memicu perasaan sedih dan marah.

Dan menahan diri dari sikap kasar yang didorong oleh emosi yang tidak terkendali.

Aktivitas siswa kelas V SDN 021 Marangkayu belajar mengenai Kutai Kartanegara menggunakan gambar peta.
Aktivitas siswa kelas V SDN 021 Marangkayu belajar mengenai Kutai Kartanegara menggunakan gambar peta. (HO/SDN 021 MARANGKAYU)

Sikap kasar dan ketidakmampuan mengendalikan emosi yang ditunjukkan oleh orangtua, jelas Retno, berpindah kepada anak melalui interaksi.

Hal ini terjadi karena anak cenderung mengimitasi sikap orangtua yang mereka lihat.

Orang dewasa yang pernah mengalami hukuman fisik berupa kekerasan ketika masih anak-anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan kekerasan terhadap pasangan atau anaknya sendiri.

"Dan atau melakukan tindakan kriminal," paparnya.

Retno tak menampik bahwa orang dewasa yang telah menderita perlakuan buruk atau pelecehan di masa kecil cenderung akan melakukan kekerasan tersebut pada anak-anak mereka sendiri.

Masalah keuangan juga dengan mudah dapat membuat orangtua merasa bahwa anak-anak mereka membebani mereka.

"Hal-hal ini menciptakan ketegangan, kemarahan, dan frustrasi. Dalam fase ini, orangtua rentan untuk menyalahgunakan anak-anak mereka," imbuhnya.

Kesabaran orangtua dan guru penting selama PJJ Retno mengatakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) memang membutuhkan bimbingan dan bantuan orangtua di rumah.

Sehingga menjadi tugas ayah dan ibu untuk mendampingi anak belajar. Baca juga: Beasiswa Penuh S1 Oxford-Cambridge University dari Jardine Foundation Kesabaran orangtua, jelas dia, menjadi modal utama agar anak tetap semangat belajar dan senang belajar.

"Yang utama adalah keteraturan belajar, tidak harus dituntut bisa semua mata pelajaran dan tugas untuk diselesaikan dengan benar atau sempurna," paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (15/9/2020).

Saat anak tidak bisa mengerjakan tugas dan orangtua selalu membentak apalagi memukul, anak justru akan mengalami kesulitan memahami pelajaran.

KPAI juga mengingatkan para orangtua dan para guru untuk selalu membangun komunikasi yang baik selama PJJ.

Peran guru yang digantikan orangtua haruslah dilakukan dengan memperhatikan tumbuh kembang dan kemampuan anak.

"Guru juga jangan memberikan penugasan yang terlalu berat, apalagi pada anak SD kelas 1 sampai 3 yang mungkin saja baru belajar membaca dan belajar memahami bacaan," sarannya.

Retno juga mengimbau agar orangtua dan guru perlu memahami kondisi dan kesulitan yang dihadapi anak, karena setiap anak tidak sama.

Susah Belajar Online, Bocah 8 Tahun Tewas

Seorang bocah berusia 8 tahun harus meninggal secara mengenaskan.

Bocah asal Kota Tangerang Banten itu dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri.

Penyebabnya sang ibu mengaku jengkel ketika mengajari anaknya belajar online.

Nasib naas dialami seorang bocah berusia 8 tahun di Kota Tangerang, Banten.

Pasalnya, ia tewas mengenaskan setelah dianiaya ibu kandungnya sendiri berinisial LH (26).

Dari hasil pemeriksaan polisi, kasus penganiayaan yang berujung pada kematian korban tersebut terjadi pada 26 Agustus 2020.

 Leslar Bahas Soal Lamaran, Jawaban Ayah Lesty Kejora Bikin Rizky Billar Histeris lalu Tersungkur

 Kapolri Idham Azis Bikin Satpam Bangga, Seragam Warna Cokelat Dibuat Mirip Polisi, Ada Pangkat Juga

 Bukan PSBB, IDI Jakarta Pusat Inginkan Wilayah Anies Baswedan di Lockdown, Jangan Bereksperimen Lama

 Bukan Hanya Gestur Jokowi, Refly Harun Beber Anies Baswedan Tak Temukan Opsi Hukum Selain PSBB

Adapun lokasinya, terjadi di rumah kontrakan pelaku yang berlokasi di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lebak AKP David Adhi Kusuma mengatakan, saat kejadian itu anaknya sedang mendapat tugas belajar online dari sekolah.

Namun karena dianggap susah menangkap pelajaran yang disampaikan itu, sang ibu emosi.

Hingga akhirnya pelaku melakukan penganiayaan terhadap korban, seperti mencubit, memukul dengan tangan kosong, hingga menggunakan gagang sapu.

Meski korban saat itu diketahui sudah lemas dan jatuh tersungkur, tapi oleh pelaku masih terus dianiaya karena emosi.

Bahkan, dipukul berulang kali pada kepala bagian belakang.

Mengetahui penganiayaan tersebut, sang suami atau ayah kandung korban sempat marah dan meminta pelaku berhenti.

Korban yang saat itu sudah lemas dan mengalami sesak napas, kemudian dibawa ke luar rumah dengan tujuan agar dapat udara segar.

"Dibawa keluar cari udara segar, anak ini kan sesak napas, harapannya bisa baikan, tapi malah meninggal dunia," kata David.

 FAKTA BARU Pembunuhan Janda Anak 3 di Hotel Melati Bontang, Tersangka Mainkan 38 Adegan Rekonstruksi

 TERUNGKAP Motif Pembunuhan Bocah SMP di Deliserdang yang Mayatnya Terbungkus Karung Goni

 Kasus Pembunuhan Sugianto, Gaji NL Tidak Cukup untuk Bayar Eksekutor, Dicurigai Pakai Uang Pajak

Jenazah dikubur dan buat laporan polisi

Mengetahui korban sudah tewas, pelaku dan suaminya sempat panik.

Hingga kemudian mereka berinisiatif mencari tempat pemakaman yang letaknya jauh dari pemukiman warga.

Hal itu dilakukan agar tidak diketahui orang lain.

Mereka lalu membawa korban yang sudah tewas itu ke TPU Gunung Kendeng, Kecamatan Cijaku, Lebak, dengan menggunakan sepeda motor.

Di lokasi tersebut, korban lalu dikuburkan dengan kondisi masih berpakaian lengkap.

Setelah aksi mereka dirasa aman, lalu untuk menghilangkan jejak tersebut, LH dan suami membuat laporan kehilangan anak kepada polisi di Polsek Setiabudi, Jakarta.

"Setelah melakukan penguburan jenazah, mereka sempat pulang dan pindah kontrakan, dan buat laporan polisi anaknya hilang dua hari kemudian," kata David.

Untuk menyakinkan polisi itu, pelaku juga membawa saudara kembar korban.

Di hadapan polisi, anak tersebut diperintah pelaku untuk mengatakan jika saudaranya hilang saat sedang bermain.

"Saudara kembarnya ini bilang saat dimintai keterangan polisi jika korban hilang saat sedang bermain," kata David.

Terungkap saat makam ditemukan warga

Kasus pembunuhan tersebut baru terungkap beberapa minggu kemudian atau tepatnya pada Sabtu (12/9/2020).

Awalnya, warga di sekitar lokasi pemakaman curiga dengan adanya makam baru.

Padahal, saat itu diketahui tidak ada yang meninggal dunia sejak beberapa pekan terakhir.

Karena curiga, warga kemudian melaporkannya kepada polisi.

Saat itu juga, makam dibongkar oleh warga bersama petugas polisi.

Warga terkejut, karena setelah dilakukan penggalian ditemukan sesosok jenazah seorang bocah perempuan yang diketahui masih lengkap dengan pakaiannya.

 PENGAKUAN MENGEJUTKAN AA, Syekh Ali Jaber Sudah Lama Diintai, Asal Pisau, Sasar 2 Bagian Tubuh Ini

 Barcelona atau Real Madrid? Akhirnya Kabar Transfer Lautaro Martinez di Inter Milan Terjawab

 LENGKAP PROFIL atau Biodata Ade Firman Hakim Aktor Meninggal Diduga Karena Covid-19, Foto serta Film

Setelah dilakukan proses otopsi, polisi meyakini bahwa jenazah tersebut merupakan korban pembunuhan.

Polisi kemudian melakukan pengembangan penyelidikan.

Termasuk mengkonfirmasi dengan adanya laporan bocah hilang yang dibuat pelaku sebelumnya.

Akhirnya, misteri kasus penemuan bocah perempuan tersebut dapat terungkap dan pelaku berhasil diamankan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Detik-detik Bocah 8 Tahun Tewas Dianiaya Ibu Kandung, Alasannya Susah Belajar Online"

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " Anak Sulit Belajar Online, Ini Dampak Bila Orangtua Gunakan Kekerasan", Klik untuk baca: https://edukasi.kompas.com/read/2020/09/16/091854471/anak-sulit-belajar-online-ini-dampak-bila-orangtua-gunakan-kekerasan?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved