Intip Budidaya Kepiting di Kampung Nelayan Berdasi Kariangau Balikpapan, Omset Tembus Rp 40 Juta

Pemanfaatan optimum dari pembudidayan kepiting atau akrab disebut zero waste telah berhasil dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Patra Bahari M

HO/PERTAMINA
Pembudidayaan kepiting telah berhasil dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Patra Bahari Mandiri, sebuah Kelompok Nelayan binaan dari Pertamina Marketing Operation Region VI Integrated Terminal Balikpapan dari tahun 2018 sebagai bagian dari program CSR. Omset hingga 40 juta rupiah telah dikantongi KUB ini akibat tempat yang semakin nyaman dikunjungi dan pemasaran yang baik. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN– Pemanfaatan optimum dari pembudidayan kepiting atau akrab disebut zero waste telah berhasil dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Patra Bahari Mandiri, sebuah Kelompok Nelayan binaan dari Pertamina Marketing Operation Region VI Integrated Terminal Balikpapan dari tahun 2018 sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR).

Omset hingga 40 juta rupiah telah dikantongi KUB ini akibat tempat yang semakin nyaman dikunjungi dan pemasaran yang baik.

Berlokasi di Desa Solok Oseng RT 3, Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat, kini kampung ini terkenal dengan sebutan kampung nelayan berdasi.

Berkat kegigihan dari nelayan-nelayan pesisir yang ingin bergerak mengubah nasib keluarganya, Rustam bersama beberapa orang lainnya dengan pengalaman yang dimiliki memulai mencari cara bagaimana mendapatkan hasil lebih dari tangkapannya sehari-hari dikarenakan menjadi nelayan tidak memiliki pendapatan yang pasti.

Roberth MV Dumatubun, Region Manager Comm, Rel & CSR Kalimantan melalui rilis, Kamis (30/9/2020) petang, mengungkapkan sejak 2018, Pertamina menjajaki potensi yang ada di daerah tersebut di mana kelompok nelayan sendiri belum mencapai 15 orang seperti sekarang.

Pertamina melihat adanya kemauan dari masyarakat setempat dan lokasi yang cukup strategis untuk dikembangkan bukan hanya dari pembudidayaan tetapi sebagai lokasi wisata edukasi.

Budidaya kepiting ini mengubah nasib nelayan
Budidaya kepiting ini mengubah nasib nelayan di Desa Solok Oseng RT 3, Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat sehingga kampung ini sekarang dikenal sebagai Kampung Nelayan Berdasi.  (HO/PERTAMINA)

Pendirian fasilitas budidaya kepiting soka dan penggemukan kepiting bakau telah dilaksanakan pada tahun 2018. Nelayan sekarang memiliki lebih kurang 300 crab box untuk pembudidayaan kepiting soka.

Syarat kepiting bakau yang dapat dibudidayakan sebagai kepiting soka (kepiting cangkang lunak) yaitu kepiting yang memiliki berat lebih kurang 25 gram.

Adanya fasilitas tersebut, nelayan yang semula menjual hasil tangkapannya kepada pengepul untuk dijual lagi di pasar dengan harga hanya Rp 25-40 ribu/kg, kini mereka dapat menjual kepiting dengan kisaran Rp 75-80 ribu/kg.

"Sedangkan, kepiting soka dapat dihargai Rp 100 ribu per satu kg berkat packaging yang rapi dan kualitas kepiting yang dapat bersaing di pasaran," kata Roberth MV Dumatubun.

Packaging atau kemasan kepiting ini menambah nilai jual makin tinggi.
Packaging atau kemasan kepiting yang rapi ini menambah nilai jual makin tinggi. (HO/PERTAMINA)

Lebih lanjut Roberth MV Dumatubun menambahkan, Pertamina juga bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin pada tahun 2018 untuk inovasi penggunaan ekstrak herbal (ekstrak bayam) untuk merangsang proses percepatan molting (pelepasan kulit dan pergantian cangkang keras) dengan kisaran waktu molting, 14 hari lebih cepat dari molting secara alami.

Pertamina juga bekerja sama dengan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) untuk melakukan inovasi kembali memanfaatkan limbah cangkang kepiting soka untuk dibuat menjadi inovasi kaldu kepiting.

ITK melakukan pendampingan bersama Pertamina baik dari penyediaan alat, pelatihan, packaging, dan bantuan pemasarkan produk.

Inovasi kaldu bubuk tersebut saat ini terkenal dengan produk "braco". Produk tersebut telah memiliki nomor PIRT dan dipasarkan melalui online market.

Inovasi kaldu kepiting dengan produk bernama
Inovasi kaldu kepiting dengan produk bernama "Braco" dipasarkan lewat market online. (HO/PERTAMINA)

"Ampas atau sisa dari pembuatan Braco ini juga masih dimanfaatkan menjadi pelet atau makanan ikan  pada tambak yang juga dibantu pembuatannya oleh Pertamina seluas 2 hektare," ujar Roberth MV Dumatubun.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved