Mahasiswa ITK Balikpapan Temukan Terobosan Bagi Tuna Netra, Sukses Sabet Juara 3 Kategori Health
Mahasiswa ITK Balikpapan menemukan terobosan bagi tuna netra, sukses abet Juara 3 Kategori Health
Penulis: Mohammad Zein Rahmatullah | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Dalam ajang DILo Hackathon Festival 2020, memunculkan juara tiga di kategori health.
Dimana untuk kontestan yang berhasil menyabet juara ini, beranggotakan 3 orang, yakni Nabil, Chandra dan Ariyadi.
Dimana Ariyadi merupakan dosen dari Nabil dan Chandra.
Kontestan itu berasal dari Kota Balikpapan Kalimantan Timur.
Namun persisnya, mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan.
Baca Juga: Jadwal Penerapan Sanksi Tidak Pakai Masker di Samarinda, Pelanggar akan Disidang Yustisi
Baca Juga: Masih Zona Orange Covid-19, Jam Malam di Balikpapan Masih Berlaku
Baca Juga: Cara Bikin Tubuh Tetap Bugar Selama WFH Kala Pandemi Corona ala Lembaga Anti Doping Indonesia
Ketika ditemui Tribunkaltim.co di Kantor DILo Balikpapan, mereka memaparkan bagaimana terobosan ciptaan mereka bekerja.
Ialah sebuah kacamata yang dirakit sedemikian rupa, sehingga mampu menangkap visual dan diteruskan menjadi audio.

Sehingga pengguna kacamata tersebut bisa mengetahui objek-objek apa saja yang terdapat di hadapan mereka.
Nabil memaparkan, kacamata itu bekerja dengan menggunakan kamera diantara kedua lensa dan tombol di bagian gagang kiri.
Setelah ditekan, seketika kacamata tersebut akan memberikan informasi melalui earphone.
Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Samarinda, Rapid Test 100 Relawan Lebih, Sasar yang di Garda Terdepan
Baca Juga: Cara Bikin Tubuh Tetap Bugar Selama WFH Kala Pandemi Corona ala Lembaga Anti Doping Indonesia
Baca Juga: Kegunaan Pakai Masker, Mahfud MD Ingatkan untuk Tidak Diserang dan Pindahkan Corona ke Orang Lain
"Sementara ini masih prototype. Pengembangan selanjutnya akan ditanam semacam modul yang apabila pengguna tersesat atau terjatuh, kacamata ini akan mengirimkan pesan darurat kepada kerabat terdekat sehingga bisa lebih cepat dievakuasi," jelas Nabil.
Chandra menimpali, kacamata ini mengandalkan suplai listrik dari powerbank.

Sebab kacamata tersebut hanya bisa bekerja dengan suplai listrik yang memadai.
"Idealnya pakai powerbank. Karena tunanetra kan tidak mungkin bawa adaptor kemana-mana," pungkasnya.
Secara bentuk, sambung Chandra, masih terlalu tebal. Ini akan terus dikembangkan sehingga menjadi lebih minimalis.
Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Indonesia Hari Ini, 24 Jam Terakhir Tambah 4.007 Kasus Baru Covid-19
Baca Juga: Presiden Jokowi Tekankan Pentingnya Optimisme dan Keseimbangan Hadapi Pandemi Virus Corona
"Teknologi terus berkembang. Karena ini masih prototype, akan dimodifikasi hingga menjadi bentuk yang lebih simpel dan tidak merepotkan," ucapnya.

Lebih lanjut, Nabil sebut bahwa terobosan ini akan membutuhkan biaya sekitar Rp 1.000.000 per unit apabila akan diproduksi massal.
Baca Juga: Pembatasan Aktivitas Jam Malam Lantaran Pandemi Covid-19, Begini Tanggapan PHRI Samarinda
Baca Juga: Bangun Ibu Kota Negara, Penajam Paser Utara Strategis, Jadi Bahan Penelitian Universitas Pertahanan
Baca Juga: Kapal Ferry yang Tenggelam di Kutai Timur Ditarik Pemilik Kapal, Satu ABK Masih dalam Pencarian
Karena memang terobosan ini dianggap penting, sehingga harus terus disampaikan kepada publik.
Manajer DILo Balikpapan, Istia Budi menuturkan bahwa kacamata ini akan kembali diikutkan pada ajang final Gemastik Telkom University pada 24 Oktober 2020 mendatang.
(TribunKaltim.co/Mohammad Zein Rahmatullah)