FPTB Beber Vegetasi Mangrove di Balikpapan Semakin Menurun, DLH Sebut Masih Cukup Baik
Forum Peduli Teluk Balikpapan ( FPTB ) membeberkan, keberadaan vegetasi mangrove di sekitar kawasan Teluk Balikpapan semakin menurun.
“Ada yang minta buat dermaga. Tapi ini kan izin ketat, izin di KSOP. Kalau pun gunakan untuk jalur dermaga silakan saja, tidak merambah sampai luas. Ya tapi harus ada izin-izin khusus,” tuturnya.
Jaga Bakau Libatkan Warga
Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan tidak bisa bekerja sendiri dalam mengamankan dan melestarikan hutan bakau di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Langkah teknisnya, Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan melibatkan warga setempat yang berada di sekitaran kawasan hutan bakau. Hal ini sudah dijalankan, telah berjalan efektif dan berkesinambungan.
“Kami juga membina kelompok masyarakat yang peduli terhadap mangrove seperti Graha Indah, Margomulyo, Kariangau, di Teritip juga ada. Margasari dan Kampung Atas Air juga,” ujar Tommy.
Menurutnya, keterlibatan warga dalam menjaga dan pelestrian mangrove bisa maksimal, sebab sehari-hari dekat dan tahu banyak tentang lingkungan terdekatnya dengan harapan warga yang ikut terlibat juga bisa mengambil manfaat dari hutan bakau.
“Pengawasan dari masyarakat yang lebih diandalkan. Kita ini DLH terbatas, lahannya ada banyak. Warga yang ada disitu sehari-hari tahu banyak. Jika ada yang rusak bisa langsung ketahuan sama warga,” katanya.
Baca juga: Operasional Tutup, Pengelola Mangrove Center di Graha Indah Balikpapan Utara Berbenah
Baca juga: DPRD Balikpapan Dorong Pengembangan UMKM di Mangrove Centre Graha Indah
Baca juga: Bekantan di Konservasi Mangrove Tarakan Tewas Tersengat Listrik, Sisa 40 Ekor
Baca juga: Akibat Tersengat Listrik 2 Ekor Bekantan Mati, di Kawasan Konservasi Mangrove Tarakan Masih 40 Ekor
Selain warga, pihaknya juga tidak bosan mengingatkan perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Balikpapan untuk sadar lingkungan mangrove untuk bersatu padu, jalin kerja sama untuk kelestarian mangrove di Balikpapan.
“Kami mengajak kelompok pengusaha, buat program CSR, membuat konservasi mangrove, kembangkan bibit, menanam dan membina warga yang berbasiskan mangrove seperti ecotourisme,” ujar Tommy.
Sisi lainnya, juga ada peran dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang telah luncurkan program Kawasan Ekosistem Esensial. Tujuan awal balai ini berupaya melibatkan warga untuk gerakan lestari bakau, namun kemudian berkembang ke gerakan pemanfaatan ekonomi dari kegiatan lestari bakau.
“Jaga mangrove, masih bagus bisa terjaga. Lalu ternyata bisa membawa keuntungan ekonomi, pasti warga akan tambah semangat. Bisa saja akan jaga mati-matian mangrove. Kan mangrove rusak nanti warga tidak dapat apa-apa,” katanya.
Mitigasi Bencana dari Mangrove
Pemanfaatan mangrove bagi kehidupan manusia sangat terbukti manjur. Tumbuhan bakau ibaratnya menjadi pelindung. Satu di antaranya sebagai mitigasi bencana alam.
Tommy menegaskan, mangrove bukan sebagai ancaman, kegunaannya untuk penangkal bencana. Terbukti ini pernah terjadi di Graha Indah, beberapa waktu silam, ada area mangrove rusak, pohon bakau banyak dirambah.
Lantaran rusak, seringkali rumah penduduk yang berdekatan dengan mangrove diterjang angin puting beliung. Mangrove yang harusnya jadi sabuk pengaman, menolak angin puting beliung, membuat warga ketakutan, diserang angin kencang.
Baca juga: Obyek Wisata Mangrove Center di Balikpapan Buka Sejak Awal Juli, Tolak Turis Asing
Baca juga: Dukung Wisata Mangrove, Pokdarwis Mentawir PPU Bikin Oleh-oleh Sirup dan Dodol Buah Pidada