Berita Balikpapan Terkini
Harga Cabai Naik di Awal Tahun di Balikpapan, Faktor Cuaca Jadi Penyebab
Harga cabai rawit di pasar tradisional Balikpapan, melonjak dua kali lipat.Dari yang biasanya Rp 60 ribu, kini mencapai Rp 100 ribu per kilogram (kg
Penulis: Heriani AM | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Harga cabai rawit di pasar tradisional Balikpapan, melonjak dua kali lipat.
Dari yang biasanya Rp 60 ribu, kini mencapai Rp 100 ribu per kilogram (kg).
Fenomena ini sudah berlangsung sejak akhir tahun 2020 lalu.
Baca juga: Tak Kantongi IMB, Pemkot Balikpapan Didesak Hentikan Pembangunan PT KRN di Teluk Waru
Baca juga: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Gubernur Kaltim Isran Noor Optimis, Ibu Kota Negara Tetap Jalan
Baca juga: PT Sahabat Sawit Sejahtera Akui Lahan Warga di Desa Putang Paser Belum Dibebaskan
Menurut Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) setempat, Heria Prisni, faktor cuaca merupakan penghambat produksi petani lokal maupun petani daerah pemasok.
Pasalnya, kondisi hujan membuat banyak pasokan membusuk.
"Kebutuhan pangan kita, secara umum aman. Hanya karena cuaca, khususnya komoditi tertentu kiriman dari luar, seperti cabai tentu berkurang," ujar Heria, Selasa (12/1/2020).
Baca juga: Harga Sembako di Tarakan, Cabai Rawit dari Palu Lebih Hemat Ketimbang Lokal, Datang 5 Hari Sekali
Baca juga: Harga Cabai Rawit Meroket di Pasar Gusher Tarakan, Tembus Rp 90 Ribu per Kilogram
Baca juga: Harga Cabai Rawit di Pasar Induk Tanjung Selor Bulungan Naik Tajam, Capai Rp 95 Ribu/Kg
Kondisi itu membuat harga terganggu. Petani, lanjut perempuan berkacamata itu, turut ikut menyesuaikan biaya operasional.
Misalnya biasanya dalam satu hektare dipanen 20 ton. Dengan kondisi hujan terus menerus, petani hanya dapat meraup 10 ton saja.
Secara otomatis, harga akan menyesuaikan. Karena jika tidak, kelancaran distribusi komoditi akan terganggu.
Baca juga: Harga Sembako di Balikpapan, Komoditi Cabai Rawit Naik, Tembus Rp 100 Ribu per Kilogram
Baca juga: Harga Sembako di Samarinda, Komoditi Cabai Pasar Segiri Mahal, Pengaruhi Jumlah Pembeli jadi Menurun
Baca juga: Harga Sembako di Samarinda, Masuk Tahun 2021, Cabai Pasar Segiri Melonjak Rp 10 Ribu per Kg
"Barang yang kita ambil dari Sulawesi, turun juga (kuantitasnya)," imbuhnya.
"Kemungkinan di akhir Januari, hujan sudah tidak terlalu intens sehingga harga akan stabil lagi," sambungnya.
Kendati begitu, permintaan akan cabai tetap normal. Lanjut Heria, masyarakat mungkin ada yang mengurangi jumlah pembelian cabainya.
Faktor libur Natal dan Tahun Baru lalu, juga menjadi salah satu pemicu naiknya harga. Dimana saat libur panjang, permintaan yang tinggi memicu harga naik.
"Pada prinsipnya, produksi yang menurun akibat dari pada perubahan cuaca," sebutnya.
Baca juga: NEWS VIDEO Temuan Cabai Rawit Dicat di Banyumas, Pemkot Malang Cek dan Pantau Seluruh Pasar
Baca juga: VIRAL Cabai Rawit Bercat Merah, TERKUAK! Dari Temanggung, Ini Motif Pelaku Jual di Pasar Banyumas
Selain cabai, harga sayur mayur juga turut mengalami kenaikan harga jika terus diterpa hujan. Seperti tomat dan bayam.
"Contohnya bayam, kenapa harganya bisa naik sekali? Karena setelah hujan, petani akan menyemprot. Jika tidak, akan berpasir dan merusak daunnya. Otomatis ada cost tambahan," pungkasnya.
(TribunKaltim.Co/Heriani)