Virus Corona di Balikpapan

Dampak Covid-19 Bagi UMKM, Permintaan dan Penawaran Melemah, Pedagang di Balikpapan Mengeluh

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkontribusi besar terhadap perekonomian di Indonesia. Jumlah pelaku UMKM

Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/HERIANI
EKSISTENSI UMKM - Ekonom UNDP Indonesia, Rima Prama Artha. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkontribusi besar terhadap perekonomian di Indonesia. Jumlah pelaku UMKM secara nasional sebesar 64 juta orang. 

"Kita sudah diwanti-wanti, jangan sampai berjualan lewat jam 9 malam. Saya sebenarnya cemas omset akan turun tapi mau gimana lagi,” ujarnya kepada TribunKaltim.co, Rabu (20/1/2021). 

Bahkan, ia mengaku kerap didatangi Satgas Covid-19 kecamatan, sejak PPKM mulai dilaksanakan.

Sekadar untuk mengingatkan jam operasional jalankan UMKM di Kota Balikpapan

Laki-laki yang kerap disapa Paklek itu pun mengaku pasrah dengan keadaan yang ada. Meskipun ia tak memiliki sumber pendapatan lain.

Baca juga: Kronologi Pria di Balikpapan Jambret Tas Dompet, Isinya Uang Hanya Rp 50 Ribu, Korbannya Ibu-ibu

Baca juga: Persaingan Kerja di Balikpapan Semakin Ketat, Tingkatkan Skill Lewat Sertifikat Alat Berat Pertamina

“Ini kan gara-gara Covid. Kita doakan saja biar cepat selesai ini PPKM,” tuturnya pasrah.

Sementara itu, barista kedai kopi di kawasan Klandasan, La Udin (27) pun merasakan hal yang sama.

Pasalnya sebagai warga Balikpapan, ia pun tidak bisa juga menolak aturan yang telah dibuat oleh pemerintah kota.

Ia bahkan tak menutup mata, para pelaku UMKM kecil pun mulai mempertanyakan keputusan pemkot dalam memberlakukan PPKM.

"Ya saya setuju saja. Lah tidak bisa nolak. Walaupun sampai sekarang aja usaha belum stabil," ungkap Udin.

Di satu sisi, ia melihat usaha yang ia jalani masih berusaha bertahan, belum juga stabil.

Di sisi lain kenaikan kasus memang mau tak mau mesti disikapi Pemerintah Kota Balikpapan dengan tindakan cepat.

"Sebenarnya dilematis. Saat ini hanya bisa bertahan. Apalagi usaha kafe. Selama ini kan kafe ramai karena dine in atau nongkrong," ujarnya.

Menurutnya, pemilik usaha kafe memang mengandalkan pendapatan dari pengunjung yang biasanya nongkrong.

Berbeda dari rumah makan atau warung yang bukan tempat tongkrongan. Meski tidak makan ditempat, akan tetap didatangi. 

Apalagi menurutnya banyak orang di Balikpapan memang lebih suka makan ditempat. Jika mengandalkan pembeli melalui ojek online, tentu akan berbeda.

"Apalagi pembatasan jam malam kan. Ya pasti pengunjung tidak bisa lama. Ini pengaruh ke pendapatan," keluhnya.

( TribunKaltim.co/Heriani )

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved