Nisfu Syaban 2021
LENGKAP Tata Cara, Bacaan Niat Sholat Nisfu Syaban yang Jatuh pada Minggu 28 Maret 2021
Lengkap tata cara, Bacaan niat sholat Nisfu Syaban yang Jatuh pada Minggu 28 Maret 2021
Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”
Hukum Berpuasa Setelah Tanggal 16 Bulan Nisfu Syaban
Malam Nisfu Syaban merupakan malam ke-15 bulan Syaban dari kalender Islam. Malam Nisfu Syaban berarti malam pengampunan dosa, malam berdoa, dan malam pembebasan.
Malam Nisfu Syaban dianjurkan memperbanyak ibadah seperti puasa, sholat sunnah malam, membaca istighfar, dan dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya.
Bulan Syaban juga dianjurkan puasa Ayyamul Bidh. Ayyamul Bidh merupakan puasa sunnah pada 13, 14 dan 15 penanggalan Hijriyah. Dalam kalender Masehi, puasa Ayyamul Bidh dilakukan pada 7-9 April 2020.
Setelah bulan Syaban, umat muslim kemudian menjalankan puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Namun ada pertanyaan, apakah tanggal 16 Syaban masih dianjurkan berpuasa?
Terkait pernyaatan ini, beberapa ulama punya pendapat berbeda. Hal ini karena satu hadis yang melarang puasa nisfu Syaban. Hadis tersebut dalam riwayat Al-Bukhari.
Selain itu, Nabi Muhammad S.A.W melarang puasa dua atau tiga hari sebelum Ramadhan. Melansir dari Tribunnewswiki.com, Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan:
قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص. ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد
Artinya : “Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa senin-kamis, puasa nadzar, puasa qadha’, baik wajib ataupun sunnah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah nisfu Sya’ban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari nisfu Sya’ban. Dalil mereka adalah hadis, ‘Apabila telah melewati nisfu Sya’ban janganlah kalian puasa’. Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif.”
Beberapa ulama melarang puasa setelah nisfu Sya'ban. Pelarangan puasa ini dianggap sebagai hari Syak (ragu) karena bulan Ramadan akan tiba.
Beberapa ulama mengkhawatirkan orang yang berpuasa setelah Nisfu Syaban tidak menyadari datangnya bulan Ramadhan.
Beberapa ulama juga melarang umat muslim untuk berpuasa dan menyiapkan tenaga untuk berpuasa di bulan Ramadan.
Beberapa ulama dari mazhab Syafi’i memperbolehkan muslim untuk berpuasa sunnah seperti biasa. Puasa sunnah seperti puasa senin dan kamis, puasa ayyamul bidh, puasa nadzar, puasa qadha, ataupun orang yang sudah terbiasa mengerjakan puasa dahar.
Sementara ulama lain, khususnya selain mazhab Syafi’i, hadis dianggap lemah dan termasuk termasuk hadis munkar, karena ada perawi hadisnya yang bermasalah.