Berita Nasional Terkini

Bos PDIP Megawati & Joko Widodo Bertemu, Hasto Bocorkan Pembicaraan, Bahas Reshuffle Kabinet, BRIN?

Bos PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo bertemu, Hasto Kristiyanto bocorkan pembicaraan, bahas reshuffle kabinet, bagaimana BRIN?

Kolase Tribun Kaltim
Bos PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo bertemu, Hasto Kristiyanto bocorkan pembicaraan, bahas reshuffle kabinet, bagaimana BRIN? 

TRIBUNKALTIM.CO - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP) Megawati Soekarnoputri melakukan pertemuan terbatas dengan Presiden Joko Widodo alias Jokowi belum lama ini.

Pertemuan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia tersebut diakui pihak PDIP sebagai hal periodik yang dilakukan presiden dan ketua umum PDIP.

Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto.

Apakah Megawati dan Jokowi membahas soal reshuffle kabinet? juga jadi pertanyaan yang mengemuka di publik.

Melihat hal tersebut Hasto secara terang-terangan membocorkan pembicaraan Megawati dan Jokowi.

Baca juga: Isyarat Megawati Bakal Lengser dari Ketua Umum PDIP, Sekjen Hasto Kristiyanto Ungkap Soal Kritik

Dilansir Kompas.TV Presiden Joko Widodo diam-diam bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri.

Pertemuan tersebut berlangsung 10 hari yang lalu. Hal itu diakui Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Menurut Hasto, pertemuan antara Jokowi dan Megawati memang dilakukan secara rutin.

"Kalau Bu Mega kan secara periodik bertemu Pak Presiden Jokowi. Sekitar 10 hari yang lalu juga ada pertemuan itu. Secara rutin dilakukan rata-rata sekitar 3 bulan itu ada pertemuan rutin," tutur Hasto saat ditemui di Jakarta, Sabtu (10/4/2021), seperti dikutip dari Kompas.com.

Saat ditanya apakah pertemuan tersebut membahas isu reshuffle dengan adanya peleburan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), Hasto menjawab pada intinya pertemuan itu membahas masalah nasional yang strategis.

Mengenai reshuffle, Hasto mengatakan, PDI-P selalu menyerahkan masalah tersebut kepada Presiden Jokowi.

Pasalnya, perombakan kabinet merupakan hak prerogatif presiden.

Baca juga: BILA Puan Maju Pilpres 2024, Inilah Daftar Nama Tenar di PDIP Diyakini Bakal Tumbang, Satunya Ganjar

Menurut Hasto, yang terpenting DPR telah menyetujui usulan Presiden Jokowi yang hendak melebur Kemendikbud dengan Kemenristek sehingga akan memajukan riset di Indonesia.

Hasto menuturkan, PDI-P mendukung langkah Jokowi tersebut sebab Megawati memandang pentingnya kedudukan riset dalam proses memajukan Indonesia.

"Kalau Bu Mega dan Pak Jokowi bertemu, itu selalu bicara yang fundamental. Kalau orang per orang itu kewenangan presiden. Jadi Bu Mega enggak berbicara tentang transaksional," tutur Hasto.

"Ibu Mega berbicara tentang kepentingan bangsa dan negara agar kita jalan berdikari perlu BRIN ( Badan Riset dan Inovasi Nasional). Maka BRIN ini sangat penting dalam membangun spirit penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi," ucap dia.

Adapun sebelumnya, DPR menyetujui pembentukan Kementerian Investasi serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (9/4/2021).

Baca juga: Moeldoko Bela Jokowi, Bantah Presiden Buat Yayasan Keluarga Kelola TMII, Simak Komplain Fadli Zon

Pembentukan dua kementerian itu sesuai dengan hasil persetujuan Badan Musyawarah pada Kamis (8/4/2021) yang membahas surat dari Presiden Joko Widodo mengenai pertimbangan pengubahan kementerian.

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menyatakan, rapat itu menyepakati dua hal.

Pertama, penggabungan sebagian tugas dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Kedua, pembentukan Kementerian Investasi untuk meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan.

Baca juga: NEWS VIDEO Jokowi Tak Kuasa Tahan Air Mata, Emak-Emak Ikut Menangis Bersama Presiden

Parpol Pilihan Kaum Muda

Survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan Partai Gerindra menjadi partai politik teratas pilihan anak muda dengan angka 16 persen.

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang selama ini diasosiasikan sebagai partai anak muda justru hanya memiliki persentase di bawah 1 persen.

Terkait hal itu, Plt Sekretaris Jenderal PSI Dea Tunggaesti mengatakan ada dua catatan yang diambil oleh partainya.

Salah satunya bahwa PSI bersyukur dengan hasil itu karena partai yang terbilang masih baru.

"Pertama, nilai survei untuk PSI. Tinggi dan rendah sangat relatif. Namun sebagai partai relatif baru, hasil tersebut patut disyukuri," ujar Dea, ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (23/3/2021).

Namun, Dea menegaskan PSI harus bergerak lebih cepat dalam menata organisasi dan program. Terutama meraih posisi penting sebagai representasi generasi muda.

Catatan kedua, dia melihat kelompok generasi muda yang tidak menjawab sangat besar persentasenya.

"Ini adalah segmen yang harus lebih didekati oleh PSI dengan melakukan micro targetting," jelas Dea.

Lebih lanjut, Dea meyakini elektabilitas partainya akan semakin meningkat ke depannya.

"Kami yakin dan percaya, dengan kerja keras seluruh kader, elektabilitas PSI akan terus meningkat dari waktu ke waktu," tandasnya.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan Partai Gerindra menjadi partai politik teratas pilihan anak muda.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, Gerindra memperoleh 16 persen atau 1,8 persen lebih banyak dibandingkan dukungan terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Hasil survei ini diperoleh Indikator Politik Indonesia menggunakan metode random sampling dengan sampel sebanyak 1.200 responden rentang usia 17 hingga 21 tahun yang dipilih secara acak. Margin of error survei ini kurang lebih sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

"Gerindra 16 persen, PDIP 14,2 persen," demikian data yang dirilis Burhanuddin dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia yang berlangsung daring, Minggu (21/3).

Di bawah Gerindra dan PDIP, menyusul Golkar dengan perolehan 5,7 persen, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 5,7 persen, Demokrat 5,3 persen, NasDem 2,8 persen, Partai kebangkitan Bangsa (PKB) 2,7 persen, dan Partai Amanat Nasional 1,2 persen.

Selain parpol-parpol di atas, memperoleh persentase di bawah 1 persen. Mereka adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 0,9 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 0,8 persen, Beringin Karya (Berkarya) 0,7 persen, Perindo 0,6 persen, Hanura 0,3 persen, Partai Bulan Bintang (PBB) 0,2 persen, Garuda 0,1 persen, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 0,1 persen, serta Gelora 0 persen.

Baca juga: Survei: Anies Baswedan Ungguli Ganjar Pranowo Sebagai Calon Presiden, PDIP Sebut Undecided Voters

Namun begitu, Burhanuddin menerangkan bahwa saat ini lebih banyak anak muda yang belum memilih partai politik jika pemilu diadakan sekarang.

"Di antara partai-partai yang ada, pilihan lebih banyak pada Gerindra dan PDIP, kemudian Golkar, PKS, dan Demokrat. Partai lain lebih sedikit dipilih oleh anak muda," tuturnya.

(*)

Ikuti Berita Tentang Survei Lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved