Berita Internasional Terkini
Kisah Dramatis Negosiasi Jurnalis dengan Intelejen Israel Sebelum 2 Kantor Media di Jalur Gaza Dibom
Kisah dramatis negoisasi jurnalis dengan intelejen Israel sebelum kantor media Al Jazeera dan Associated Press di Jalur Gaza dibom.
“Saya sendiri membantu dua anak penghuni di sana dan saya membawa mereka ke bawah, semua orang berlari cepat,” imbuhnya.
Baca juga: NEWS VIDEO Detik-detik Penghancuran Kantor Media di Jalur Gaza, Israel Hanya Beri 1 jam Evakuasi
Beberapa saat sebelumnya, pihak Israel, yang telah membombardir Gaza selama enam hari berturut-turut, memberi peringatan lewat telepon ke semua yang ada di gedung.
Mereka diberi waktu sejam meninggalkan bangunan itu, sebelum jet-jet tempur Israel akan menggempurnya.
Safwat al-Kahlout dari Al Jazeera juga harus bergerak cepat. Dia dan rekan-rekannya mulai mengumpulkan peralatan sebanyak yang mereka bisa bawa.
“Mulai kelengkapan pribadi dan peralatan kantor, terutama kamera", kata al-Kahlout. Tapi waktu sejam tidak cukup buat mereka.
“Beri saya waktu 15 menit,” seorang jurnalis AP memohon melalui telepon ke seorang perwira intelijen Israel.
“Kami punya banyak peralatan, termasuk kamera, dan lain-lain,” imbuhnya dari luar gedung. "Aku bisa mengeluarkan semuanya," kenangnya waktu itu.
Jawad Mahdi, pemilik gedung, juga mencoba mengulur waktu.
"Yang saya minta adalah membiarkan empat orang ... masuk ke dalam dan mengambil kamera mereka," katanya kepada petugas itu.
"Kami menghormati keinginan Anda, kami tidak akan melakukannya jika Anda tidak mengizinkannya, tetapi beri kami 10 menit," desak Jawad Mahdi.
“Tidak akan ada 10 menit,” jawab petugas intelijen Israel itu. "Tidak ada yang diizinkan memasuki gedung, kami sudah memberi Anda waktu satu jam untuk mengungsi," imbuhnya.
Ketika permintaan itu ditolak, Mahdi berkata, “Kamu telah menghancurkan pekerjaan hidup kami, kenangan, hidup. Saya akan menutup telepon, melakukan apa yang Anda inginkan. Oh Tuhan," katanya.
Klaim Israel bahwa ada kepentingan intelijen militer Hamas di gedung itu menurutnya tidak cukup bukti.
“Saya telah bekerja di kantor ini selama lebih dari 10 tahun dan saya tidak pernah melihat sesuatu yang (mencurigakan),” kata al-Kahlout.
"Saya bahkan bertanya kepada rekan-rekan saya apakah mereka melihat sesuatu yang mencurigakan dan mereka semua menegaskan tidak pernah melihat aspek militer atau bahkan para pejuang keluar masuk," tambahnya.