Berita Internasional Terkini
Resmi, WHO Beri Nama Baru Virus Penyebab Covid-19, Bukan Lagi SARSCoV2, Tujuannya Hilangkan Stigma
Resmi, WHO beri nama baru Virus Corona penyebab Covid-19, bukan lagi SARS-CoV-2, tujuannya hilangkan stigma
TRIBUNKALTIM.CO - Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) resmi memberi nama baru kepada Virus Corona penyebab Covid-19.
Semula, virus asal Wuhan China ini diberi label SARS-CoV-2.
Diketahui, hingga saat ini dunia masih berjuang mengatasi pandemi Covid-19.
Penyuntikan vaksin Covid-19 sudah dilakukan di berbagai negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan mengganti nama varian virus Covid-19 dengan huruf alfabet Yunani.
Hal ini untuk menghindari laporan yang salah dan stigmatisasi negara tempat varian itu terdeteksi pertama kali.
Baca juga: Sesuai Standar WHO, Gubernur Isran Sebut Angka Harapan Hidup di Kaltim di Atas Rata-rata Nasional
Melansir Al Jazeera, sistem baru ini berlaku untuk varian yang menjadi perhatian, di mana empat di antaranya beredar dan varian tingkat kedua sedang dilacak.
"Meskipun mereka memiliki kelebihan, nama ilmiah ini bisa sulit untuk diucapkan dan diingat, dan rentan terhadap kesalahan pelaporan," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
"Akibatnya, orang sering menggunakan sebutan varian berdasarkan tempat di mana mereka terdeteksi, yang menstigmatisasi dan diskriminatif."
Terjemahan: Hari ini, @WHO mengumumkan label baru yang mudah diucapkan untuk # SARS-CoV-2 Variants of Concern (VOCs) & Interest (VOIs).
Mereka tidak akan menggantikan nama ilmiah yang sudah ada, tetapi ditujukan untuk membantu dalam diskusi publik tentang VOI/VOC
Empat varian virus corona yang dianggap mengkhawatirkan oleh WHO dan dikenal umum oleh publik sebagai varian Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India.
Kini varian tersebut telah diberi huruf Alpha, Beta, Gamma, Delta sesuai urutan pendeteksiannya.
Varian lain akan terus mengikuti urutan alfabet.
WHO dalam pernyataan itu mendorong media dan otoritas nasional untuk mengadopsi label baru tersebut.
Aksi Kekerasan Melonjak Selama Pandemi
Awal bulan ini, Presiden AS Joe Biden menandatangani undang-undang kejahatan rasial yang bertujuan melindungi orang Asia-Amerika yang mengalami lonjakan serangan selama pandemi COVID-19.
Kelompok anti-ekstrimisme AS mengatakan, jumlah serangan dan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika telah meledak sejak awal krisis.
Mereka menyalahkan mantan Presiden Donald Trump, yang berulang kali menyebut COVID-19 sebagai "virus China".
Penuh Pertimbangan
Pilihan alfabet Yunani datang setelah berbulan-bulan, menurut bakteriolog Mark Pallen yang terlibat dalam pembicaraan.
Namun banyak yang sudah menjadi merek, perusahaan, atau nama asing.
Gagasan lain untuk merujuk pada varian yang menjadi perhatian sebagai VOC1, VOC2 dan lain-lain dibatalkan setelah menunjukkan, kata itu menyerupai kata umpatan bahasa Inggris.
Secara historis, virus sering dikaitkan dengan lokasi asal muasal virus tersebut seperti Ebola yang dinamai menurut nama sungai Kongo.
Tapi ini bisa merusak tempat dan seringkali tidak akurat seperti dengan apa yang disebut pandemi "flu Spanyol" 1918 yang asal-usulnya tidak diketahui.
Pandemi Covid-19 akan Jadi Endemik
Dilansir Tribunnews, pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya sempat mengatakan, pandemi Covid-19 bisa menjadi endemik.
Menurut WHO, meski pandemi virus corona yang dihadapi saat ini sangat parah, fenomena ini belum tentu yang besar.
Oleh sebab itu, WHO mengingatkan agar dunia bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.
"Virus (corona) ditakdirkan akan menjadi endemik. Bahkan saat vaksin mulai diluncurkan," kata Profesor David Heymann, ketua kelompok penasihat strategi dan teknis WHO untuk bahaya infeksi pada akhir 2020 lalu.
Baca Juga: Jadwal Vaksinasi Covid-19 Bagi Masyarakat Umum di Balikpapan Kalimantan Timur
Baca Juga: Soal Penanganan Covid-19, Satgas Kecamatan Tinjau Pertamina RU V Balikpapan
Penyakit endemik adalah penyakit yang selalu ada pada suatu daerah atau kelompok populasi tertentu.
Dia melanjutkan, saat ini dunia sangat berharap adanya herd immunity.
Entah bagaimana banyak yang percaya, jika banyak orang yang kebal terhadap virus maka angka penularan akan menurun.
Heymann yang juga seorang ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, konsep herd immunity disalahpahami.
Baca Juga: Waspada Vaksin Covid-19 Ilegal, Satgas Balikpapan Beri Tips agar Masyarakat tak Terjebak
Baca Juga: Pasca Lebaran, Nunukan Kembali Berstatus Zona Oranye Covid-19, Kasus Corona Tambah 6 Positif
"Tampaknya takdir (virus corona) SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 akan menjadi endemik, seperti halnya 4 virus corona lain yang menginfeksi manusia."
"Virus akan terus bermutasi saat berkembang biak di sel manusia," imbuhnya, dikutip dari The Guardian.
"Kita hidup dalam masyarakat global yang semakin kompleks. Ancaman ini akan terus berlanjut. Jika ada satu hal yang perlu kita pelajari dari pandemi ini, dengan semua tragedi dan kehilangan, kita perlu bertindak bersama. Kita perlu melakukan tindakan yang lebih baik setiap hari," tambahnya.
Kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan menambahkan, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tidak berarti menghentikan protokol kesehatan seperti jaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan di masa depan.
Swaminathan mengatakan, peran pertama dari vaksin adalah untuk mencegah penyakit simptomatik, penyakit parah, dan kematian.
Sementara, apakah vaksin juga akan mengurangi jumlah infeksi atau mencegah orang menularkan virus, pertanyaan ini masih harus dikaji.
"Saya tidak percaya kami memiliki bukti bahwa vaksin apapun dapat mencegah seseorang benar-benar terinfeksi dan karena itu masih dapat menularkannya," kata Swaminathan.
"Jadi, kita perlu berasumsi bahwa orang yang telah divaksinasi juga perlu melakukan tindakan pencegahan yang sama."
Di kesempatan yang sama, Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, tahun 2021 kita akan melihat tantangan baru dari Covid-19.
Yakni, varian baru Covid-19 dan tantangan membantu orang yang lelah dengan pandemi.
(*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cegah Stigma Negatif, WHO Ganti Nama Varian Covid-19 dengan Huruf Yunani, https://www.tribunnews.com/internasional/2021/06/01/cegah-stigma-negatif-who-ganti-nama-varian-covid-19-dengan-huruf-yunani?page=all.