Berita Tarakan Terkini
Panen Kedua Udang Windu Metode Lactobacillus di Tarakan Hasilkan 960 Kilogram
Kegiatan panen bersama siklus kedua udang dan tebar benih siklus ketiga udang windu, menggunakan metode lactobacillus kembali digelar.
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN – Kegiatan panen bersama siklus kedua udang dan tebar benih siklus ketiga udang windu, menggunakan metode lactobacillus kembali digelar.
Kali ini dilakukan di tambak milik kelompok pembudi daya ikan Usaha Bersama Sungai Bunyu yang berlokasi di Kelurahan Juata Laut.
Kegiatan ini didukung dan menjadi bagian program Kantor Perwakilan Bank Indosesia (KPwBI) Provinsi Kaltara.
Dikatakan Kepala KPwBi Provinsi Kaltara, Yufrizal, mayoritas budi daya udang di Provinsi Kaltara, termasuk Kota Tarakan selama ini menggunakan sistem polikultur.
Metode polikultur ini bagian dari kearifan lokal yang telah berlangsung secara turun-temurun.
Baca juga: Bank Indonesia Kaltara Sebut Normalisasi Harga Komoditas Bisa Bantu Lemahkan Tekanan Inflasi
Teknisnya kata Yufrizal, menggabungkan dua komoditas berupa udang dan ikan bandeng dalam satu tambak yang bersimbiosis mutualisme antarkeduanya.
Kemudian kembali KPwBI Kaltara mengenalkan metode yang baru dan sudah mulai dipraktekkan sekitar Mei 2021 lalu yaki metode lactobacillus.
Dipaparkan Yufrizal, lactobacillus sebuah metode dimana bakteri lactobacillus yang telah difermentasi ditebar di lokasi tambak sebelum benih udang dan ikan bandeng ditebar.
“Metode ini bertujuan untuk menumbuhkan klekap atau lumut sebagai sumber makanan organik bagi keduanya sekaligus membantu menyuburkan hara tanah tambak,” ujarnya.
Yufrizal menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya mendorong peningkatan kapasitas produksi udang di Kota Tarakan sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan Provinsi Kalimantan Utara.
Ia membeberka, metode lactobacillus ini sebagai pilot project pada tahun 2020.
“Berdasarkan hasil yang kami himpun, saat panen diketahui bahwa hasil panen udang ukuran size berkisar 30-40 ekor per kilogram.
Total panen sebanyak 26.600 ekor atau 960 kilogram, meningkat hampir tiga kali lipat dibanding panen sebelum menjadi pilot project Bank Indonesia, yang hanya sebesar 13.300 ekor atau 380 kilogram,” urainya.
Selain itu lanjutnya, beberapa indikator juga menunjukkan peningkatan, antara lain tingkat hidup (survival rate atau SR) yang meningkat menjadi 22 persen setelah sebelumnya hanya 11 persen.
Baca juga: Hari Bank Indonesia 5 Juli, Kisah Shabrina Khansa Jadi Teller Bank, Bermental Kuat Hadapi Nasabah
Lebih lanjut Yufrizal juga berharap apabila metode lactobacillus ini berhasil, ia berharap Pemprov Kalimantan Utara ataupun Pemkot Tarakan, dapat mereplikasi dan ke depannya akan ada SOP yang baku untuk dapat diterapkan para petambak di Kaltara.