Virus Corona
Sinovac dan 4 Vaksin Ini Digunakan di Indonesia, Manakah yang Efektif Cegah Covid-19 Varian Delta?
Berbagai varian mutasi Covid-19 telah menyebar keseluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Salah satu varian baru dari Covid-19, yakni varian Delta
5. Vaksin Pfizer
Vaksin Pfizer juga salah satu vaksin mRNA yang akan segera digunakan di Indonesia.
Dijadwalkan vaksin mRNA tersebut akan tiba di Indonesia pada Agustus 2021 ini.
Dilansir dari The New York Times, Kamis (15/7/2021), para peneliti di Inggris melaporkan bahwa pada Mei lalu, dua dosis vaksin Pfizer yang dikembangkan bersama BioNTech, 88 persen efektif melindungi dari gejala Covid-19 varian Delta.
Sebuah studi bulan Juni dari Skotlandia, juga menyimpulkan bahwa vaksin mRNA ini 79 persen efektif melawan varian Delta tersebut.
Kendati demikian, Kementerian Kesehatan Israel mengumumkan pada 5 Juli lalu, bahwa efektivitas vaksin Pfizer turun dari sekitar 95 persen menjadi 64 persen terhadap semua infeksi Virus Corona.
Pada Mei lalu, efektivitas vaksin Covid-19 mRNA tersebut cukup tinggi, namun kemudian menurun setelah varian Delta menanjak hingga hampir mendominasi seluruh kasus Covid-19 di Israel.
Para ahli vaksin mengatakan bahwa sulit untuk sebuah penelitian dalam menentukan efektivitas vaksin Covid-19 secara akurat.
Dalam studi baru yang dilakukan belum lama ini terhadap vaksin Covid-19 Pfizer yang segera digunakan di Indonesia ini, menunjukkan perlunya dosis booster atau suntikan penguat, agar efektif lawan varian Delta.
Baca juga: Selain Singapura, Ternyata Vaksin Sinovac Telah Digunakan di Puluhan Negara Termasuk Indonesia
Penelitan Baru Terhadap Vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac disebut mampu mengurangi risiko penularan Covid-19 sebesar 94 persen, 96 persen risiko perawatan, dan 98 persen risiko kematian.
Data ini didasarkan dari kajian cepat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes atas Keefektifan vaksinasi Sinovac terhadap infeksi Covid-19 kepada tenaga kesehatan DKI Jakarta.
Benarkah demikian? Berikut penjelasan dari Kementerian Kesehatan, seperti dilansir dari Kompas.com:
Penjelasan Kemenkes Terkait hal tersebut Kompas.com menghubungi Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi.
Nadia membenarkan hal tersebut, dan ia menjelaskan persentase tersebut didasarkan dari studi pada 13 Januari sampai dengan 18 Maret 2021 lalu pada tenaga kesehatan.
“Studi di 13 Januari sampai dengan 18 Maret 2021 lalu pada tenaga kesehatan ya," ujar Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (01/08/2021).
Baca juga: Terbukti Ampuh Cegah Covid-19, Singapura Ikuti Indonesia, Akui Warganya yang Gunakan Vaksin Sinovac
Pihaknya menambahkan hasil tersebut didapatkan dari pengujian mereka yang telah divaksinasi secara lengkap yakni dua kali dosis.
"Jadi yang mendapatkan vaksinasi sinovac dua kali lengkap,” ujar dia.
Pihaknya mengatakan hasil tersebut didasarkan pada perbandingan jumlah orang yang terinfeksi dan belum divaksin, dengan orang yang terinfeksi dan sudah divaksin.
Menurut Nadia, dari orang yang belum divaksin sebanyak 28.055 orang, hasil menunjukkan yang terinfeksi adalah sebanyak 2.431 orang.
Adapun pada orang yang sudah divaksin sebanyak dua kali dosis, dari 91.777 orang yang terinfeksi sebanyak 521 orang.
“Jadi memang efek perlindungan pada orang yang divaksin lebih tinggi,” ujar dia.
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Efektivitas Vaksin Kemenkes Pandji Dhewantara sebelumnya mengatakan vaksin sinovac bisa mencegah 96 persen perawatan, mencegah 98 persen kematian dan penularan sebanyak 94 persen.
Hal ini menunjukkan arti penting dari vaksinasi lengkap.
“Vaksinasi lengkap sangat disarankan karena vaksinasi pemberian dosis pertama itu belum cukup melindungi. Apabila masyarakat sudah menerima vaksinasi penuh atau lengkap itu akan jauh lebih efektif dalam menurunkan risiko Covid-19 baik perawatan maupun kematian," ujar Pandji dikutip dari Kompas.com, 18 Mei 2021 lalu.
Baca juga: Warga Balikpapan Buru Vaksin AstraZeneca, Apa Perbedaannya Dibanding Sinovac
Secara lengkap berikut ini rincian dari penelitian tersebut:
* Efektivitas menurunkan risiko penularan Tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 sebelum divaksin adalah 2.431 dari 28.055 atau 8,66 persen.
* Sedangkan tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 setelah divaksin dosis 1 adalah 657 dari 8.458 atau 7,76 persen.
* Kemudian, tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 setelah divaksin dosis 2 adalah 521 dari 91.777 atau 0,56 persen.
* Efektivitas mencegah perawatan Tenaga kesehatan dirawat karena Covid-19 sebelum divaksin adalah 102 dari 28.055 atau 0,36 persen.
* Sedangkan tenaga kesehatan dirawat karena Covid-19 setelah divaksin dosis 1 adalah 24 dari 8.458 atau 0,20 persen.
* Kemudian, tenaga kesehatan dirawat karena Covid-19 setelah divaksin dosis 2 adalah 7 dari 91.777 atau 0,007 persen.
* Efektivitas mengurangi risiko kematian Tenaga kesehatan meninggal karena Covid-19 sebelum divaksin adalah 17 dari 28.055 atau 0,66 persen.
* Sedangkan tenaga kesehatan meninggal karena Covid-19 setelah divaksin dosis 1 adalah 3 dari 8.458 atau 0,03 persen.
* Kemudian, tenaga kesehatan meninggal karena Covid-19 setelah divaksin dosis 2 adalah 1 dari 91.777 atau 0,001 persen.
Sementara itu, mengutip dari Global Times, Vaksin Sinovac disebut efektif untuk mengatasi varian Delta yang saat ini tengah banyak menyebar.
Yang Guang selaku Chief Business Officer Sinovac Biotech Ltd menyebut, data dari penelitian di Chili menunjukkan bahwa vaksin Sinovac memberikan perlindungan efektif terhadap varian Gamma, adapun kemanjuran vaksin pada varian Delta juga menunjukkan hasil serupa.
Guang mengatakan, mereka tengah menguji vaksin pada varian Delta untuk mengembangkan vaksin khusus bagi varian ini. (*)