Breaking News

Berita Pemkab Kutai Barat

Kisah Lusianus Dempar, Pengukir Kayu Asal Tanjung Isuy yang Tetap Eksis hingga Kini

Berbekal pengalaman mengukir sekitar 15 tahun, pria 50 tahun warga Kampung Tanjung Isuy ini terus berkreasi.

Editor: Diah Anggraeni
HO/Humas Pemkab Kubar
Lusianus Dempar, ahli ukir yang melahirkan karya seni dari kayu ulin sedang melakukan demo cara membuat patung pada Kaltim Expo 2021 yang digelar di Atrium Bigmall Samarinda. 

TRIBUNKALTIM.CO - Mengukir adalah pilihan hidup bagi Lusianus Dempar.

Di samping dapat memperoleh penghasilan, pekerjaan mengukir sekaligus bertujuan melestarikan budaya Kubar.

Khususnya di Kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang.

Baca juga: Berjuang Jaga Eksistensi Kerajinan Seraung, Hargai Warisan Budaya Leluhur

Berbekal pengalaman mengukir sekitar 15 tahun, pria 50 tahun warga Kampung Tanjung Isuy ini terus berkreasi.

Ia mampu menghasilkan karya seni berupa patung, kalung dan ukiran lainnya.

Demi rasa cintanya terhadap seni ukir ini, Lusianus Dempar sengaja menuangkan bakat dan hobinya yang diturunkan almarhum ayahnya bernama Jayau.

Hal ini agar seni ukir tidak terkikis oleh perkembangan zaman, justru sebaliknya tetap dilestarikan.

"Sebab, seni ukir ini merupakan warisan budaya nenek moyang yang harus dijaga secara bersama-sama. Terutama bagi generasi muda," ujar Lusianus Dempar saat melakukan demo cara membuat patung pada Kaltim Expo 2021 di Atrium Bigmall Samarinda.

Awal menekuni seni mengukir sekitar tahun 2001, sekitar 20 tahun silam.

Keterampilan tersebut di dapatnya dari almarhum ayahnya (Jayau).

Baca juga: Infrastruktur Dongkrak Pariwisata di Kutai Barat

Lusianus Dempar yang akrab dipanggil Dempar ini memiliki tiga orang anak bernama Mancino (26), Sahril (22) dan Marlia (18) tersebut mengaku, dengan menggeluti seni patung dia mendapatkan penghasilan yang lumayan untuk bertahan bersama istrinya, Okal Yana (46).

Agar eksistensi tetap terjaga, Dempar sengaja mengajari anak pertamanya (Mancino) ini untuk belajar mengukir supaya regenerasi dalam keluarga terus berlanjut.

Hasilnya, anak saya sudah bisa mengukir, malah lebih mahir darinya.

Berikutnya, secara bertahap saya akan mengajari anak kedua dan ketiga.

Dengan bisa mengukir akan membantunya di masa hidupnya mendatang.

"Saat ini, di Kampung Tanjung Isuy, hanya ada sekitar 6 orang," terangnya. (adv)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved