Berita Nasional Terkini
PANGLIMA TNI Bukan Andika Perkasa? Ini Analisa Refly Harun soal Tujuan Mensesneg Pratikno Temui KSAD
Bukan Bawa Kabar Gembira, Inilah Dugaan Tujuan Pratikno Temui KSAD Andika Perkasa Versi Refly Harun
TRIBUNKALTIM.CO - Kabar Mensesneg Praktikno menemui KSAD Jenderal Andika Perkasa pada Senin (11/10/2021). mendapat sorotan dari Refly Harun.
Pertemuan keduanya berlangsung di Markas Besar Angkatan Darat, di Jakarta.
Menurut Refly Harun di akun YouTubenya Refku Harun pada Selasa (12/10/2021), kedatangam Pratikno ke KSAD Jenderal Andika Perkasa adalah sebuah hal tak lazim, bahkan aneh.
Pasalnya, secara hierarki jabatan, KSAD berada di bawah Menteri.
Baca juga: Mensesneg Pratikno Temui KSAD Jenderal Andika Perkasa Jelang Pergantian Panglima TNI
Baca juga: Siapa Panglima TNI Selanjutnya? Di Mata Najwa, Gubernur Lemhanas Bocorkan Kriteria Calon yang Tepat
Baca juga: Andika Perkasa/Yudo Margono Pengganti Hadi Tjahjanto? Arahan Jokowi & Panglima TNI dari Masa ke Masa
Bila memang ada keperluan, harusnya Pratikno bisa saja langsung memanggi KSAD.
"Kalau dari struktur ketatanegaraan aneh sebetulnya, seorang Mensesneg mendatangi KSAD. Karena level KSAD itu di bawah menteri. Yang setingkat jabatan Menteri itu Panglima TNI. Mensesneg mendatangi Panglima TNI saja aneh juga, tapi masih bisa dibenarkan karena mereka satu level. Mungkin mereka ada pembicaraan," kata Refly.
Oleh karena itu, Refly Harun menduga kedatangan Pratikno ini punya tujuan khusus. Namun sekali ditegaskannya bahwa apa yang disampaikannya ini hanyalah sebuah analisis dari keanehan yang terjadi.
Refly Harun menduga, kedatangan Pratikno ini membawa sebuah misi, yakni minta maaf.
"Ini analisis ya, Justru ini sepertinya meminta maaf, kesannya begitu. Bahwa mungkin saja Andika tidak ditunjuk sebagai Panglima TNI," katanya.
Biasanya, kata Refly, bila satu sosok akan ditunjuk menjadi Panglima TNI maka yang bersangkutan akan dipanggil oleh Presiden Jokowi ke istana.
Kembali ditegaskannya bahwa apa yang disampaikannya ini hanyalah sebuah analisis. Bukan tidak mungkin, sesaat setelah Panglima TNI Hadi Tjahjanto pensiun, Presiden Jokowi mengambil keputusan mengejutkan yang tidak diduga-duga sebelumnya.
"Tapi kalau mengutus Pratikno untuk berbicara dengan yang bersangkutan, ya sign-nya, tanda-tandaya mungkin saja Andika tidak dipilih. Tapi ini analisis ya, kita tidak tahu persis. Jangan-jangan nanti diputuskan pada wangsit terakhir kita tidak tahu juga," katanya.
Baca juga: Bursa Calon Panglima TNI, Penasihat KSP Sebut Jokowi Memiliki Pertimbangan Strategis Tersendiri
Pernyataan Refly Harun selengkapnya bisa dilihat di dalam video ini:
Sebelumnya diberitakan, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa semakin santer dikabarkan akan segera menjabat sebagai Panglima TNI, menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto.
Kendati demikian, hingga saat ini Presiden Joko Widodo ( Jokowi) belum juga mengirimkan nama calon Panglima TNI ke DPR.
Sementara itu, jelang pergantian Panglima TNI, KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa kedatangan khusus dari Istana Negara ke Mabes TNI AD.
Menteri Sekretaris Negara ( Mensesneg) Pratikno bertemu dengan KASAD Jenderal TNI Andika Perkasa, pada Senin (11/10/2021).
Baca juga: Andika Perkasa/Yudo Margono Pengganti Hadi Tjahjanto? Arahan Jokowi & Panglima TNI dari Masa ke Masa
Pertemuan keduanya berlangsung di Markas Besar Angkatan Darat, di Jakarta.
Melalui unggahan video TNI AD, Pratikno bersama Andika Perkasa berkeliling dan melihat beberapa fasilitas dari mabes TNI AD yang baru direnovasi.
Pertemuan Pratikno dengan Andika Perkasa ini digelar di tengah isu pergantian Panglima TNI.
Dimana, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto akan memasuki masa pensiun pada November 2021, mendatang.
Staf khusus Mensesneg Faldo Maldini menjelaskan, pertemuan Pratikno dan Andika hanya melihat ikan arwana dan taman-taman yang ada di mabes TNI AD.
"Jadi Kedatangan Pak Mensesneg ke Mabes AD untuk melihat ikan arwana di taman baru Mabes Angkatan Darat, sama juga melihat suasana-suasana yang di kantor," kata Faldo melalui video yang diterima Tribunnews, Senin (11/10/2021).
Tak hanya itu, Faldo menyebut bahwa pertemuan itu dimanfaatkan Pratikno untuk berolahraga bersama Andika.
Pasalnya, dimasa pandemi ini, menjaga kesehatan dengan berolahraga sangat penting.
"Dua pemimpin kita ini bisa kita jadikan teladan untuk selalu menjaga kesehatan, menjaga kebugaran untuk menghadapi pandemi ini," ucap Faldo, seperti dilansir dari Tribunnews.com berjudul Mensesneg Pratikno Temui KSAD Andika Perkasa di Mabes AD, Bahas Panglima TNI?
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Andika Perkasa. (Tribunnews/Irwan Rismawan)
Selaim itu, Faldo menyebut bahwa pertemuan keduanya membahas masalah kebangsaan serta pemulihan pandemi yang terjadi di Tanah Air.
"Ya tentunya ada pembicaraan lainnya, tentunya pembicaraan kenegaraan terutama terkait pemulihan panfrmi di Indonesia," jelas Faldo.
Lebih lanjut, Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Faldo Maldini mengatakan, penyerahan surat presiden (surpres) terkait calon panglima TNI masih menanti jadwal DPR kembali bersidang.
Selain itu, menurut dia, masih ada waktu hingga masa jabatan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto berakhir pada akhir November 2021.
"Sejauh ini secara jadwal, semuanya masih aman, menunggu jadwal DPR sidang lagi. Kita masih ada waktu sampai masuk pensiun panglima di akhir November nanti," ujar Faldo dilansir dari Kompas.com, Jumat (8/10/2021).
"Masih ada waktu mencari perwira terbaik yang ingin mengorbankan dirinya untuk membawa Indonesia bangkit dari pandemi. Tugas berat ini," kata dia.
Dia melanjutkan, saat ini soal persiapan pergantian panglima TNI masih berproses. Sehingga, semua pihak diharapkan dapat menunggu.
Sebab, ada satu kriteria yang menjadi pertimbangan penting bagi calon panglima TNI selanjutnya.
"Kita sedang fokus ke agenda nasional bangkit dari pandemi, maka kriteria untuk menjawab tantangan itu jadi penting. Ini yang sebelumnya tidak menjadi kriteria utama," ucap Faldo.
"Kalau sudah tampak tanda-tandanya, nanti pasti langsung diumumkan, tidak mungkin diam-diam," kata dia.
Sebelumnya, anggota Komisi I DPR Christina Aryani mengatakan, hendaknya surpres terkait calon Panglima TNI diserahkan ke DPR sebelum masa pensiun Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada November 2021.
Menurut dia, hal ini perlu dipertimbangkan pemerintah mengingat semakin dekatnya masa reses DPR pada 7 Oktober.
"Sebenarnya tidak ada deadline ya. Kalau kita berbicara peraturannya itu kan kita lihat panglima itu pensiun bulan November. DPR masa sidang akan berakhir 7 Oktober, sudah lumayan dekat," kata Christina saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (20/9/2021).
"Tapi sebaiknya, kami melihat itu disampaikan sebelum November kalau bisa," ucap dia.
Politisi Partai Golkar itu mengungkap alasan mengapa Surpres harus sampai sebelum November.
Ini diperlukan agar calon Panglima dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi fit and proper test atau uji kepatutan dan kelayakan di Komisi I DPR.
Peluang Andika terkuat, Yudo menguat...
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, kandidat Panglima TNI masih berkutat di antara dua nama.
Keduanya, yakni Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Andika Perkasa dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Yudo Margono.
Menurut dia, belum pernah terjadi pergantian Panglima TNI dari matra yang sama selain dari TNI AD.

Peluang Andika terkuat, Yudo menguat...
Ia menilai, Andika Perkasa memiliki peluang besar untuk menjadi Panglima TNI.
Sementara Yudo Margono, peluangnya terus menguat seiring waktu.
"Peluang Andika memang cukup besar jika pergantian Panglima TNI dilakukan dalam waktu dekat dan penundaan akan sangat berdampak pada peluang keterpilihan Andika," ujarnya saat dihubungi Kompas.com , Selasa (14/9/2021) pagi.
"Peluang Yudo Margono cenderung terus menguat seiring waktu. Relatif tak ada masalah baginya dan bagi organisasi TNI, jika pergantian dilakukan sekarang ataupun menjelang masa pensiun Hadi Tjahjanto," imbuh dia.
Secara politik, Fahmi menyebut, kebutuhan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini adalah mendapatkan para pembantu dengan loyalitas tanpa reserve, terutama untuk memuluskan agenda-agenda politik dan pemerintahan. Dari situ, bisa dilihat bahwa tidak ada barrier dalam relasi antara Jokowi dan Yudo Margono. Namun
Ia menilai, Andika Perkasa memiliki peluang besar untuk menjadi Panglima TNI.
Sementara Yudo Margono, peluangnya terus menguat seiring waktu.
"Peluang Andika memang cukup besar jika pergantian Panglima TNI dilakukan dalam waktu dekat dan penundaan akan sangat berdampak pada peluang keterpilihan Andika," ujarnya saat dihubungi Kompas.com , Selasa (14/9/2021) pagi.
"Peluang Yudo Margono cenderung terus menguat seiring waktu. Relatif tak ada masalah baginya dan bagi organisasi TNI, jika pergantian dilakukan sekarang ataupun menjelang masa pensiun Hadi Tjahjanto," imbuh dia.
Secara politik, Fahmi menyebut, kebutuhan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini adalah mendapatkan para pembantu dengan loyalitas tanpa reserve, terutama untuk memuluskan agenda-agenda politik dan pemerintahan. Dari situ, bisa dilihat bahwa tidak ada barrier dalam relasi antara Jokowi dan Yudo Margono. Namun
Kata Presiden Jokowi
Penasihat Kantor Staf Presiden (KSP) Andi Widjayanto mengungkapkan, Presiden Jokowi baru memberikan arahan soal pemilihan Panglima TNI yang baru.
Menurut Andi, Presiden Jokowi membeberkan 4 poin pertimbangan untuk memilih Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto di antara Jenderal Andika Perkasa, Laksamana Yudo Margono dan Marsekal Fadjar Prasetyo.
“Presiden Jokowi tadi pagi menyampaikan, pertama siapkan diri untuk mengatasi ancaman yang kompleks, termasuk pandemi Covid-19,” tutur Andi kepada Kompas TV, Selasa (5/10/2021) seperti dilansir Kompas.com.
Lalu, Presiden Jokowi juga akan memilih Panglima TNI baru yang dapat melakukan transformasi pertahanan.
“Transformasi pertahanan itu bisa 25 sampai 30 tahun ke depan. Jadi, kerangka strategi konseptual jangka panjang yang perlu disiapkan bersama Presiden, Menteri Pertahanan, dan Panglima TNI yang baru,” jelas Andi.
Ketiga, Presiden Jokowi menyebut akan berinvestasi dalam membangun pertahanan bersama sosok Panglima TNI yang baru.
“Dalam melakukan transformasi pertahanan, belanja pertahanan itu menjadi investasi. Terakhir yang ditugaskan Presiden tentang menjaga pilar-pilar strategi pertahanan Indonesia, seperti pertahanan berlapis, pertahanan dalam perang,” papar Andi.
Singkatnya, Presiden Jokowi sedang mencari Panglima TNI baru yang cakap memimpin operasi militer dan memiliki pandangan jauh ke depan.
“Yang dibutuhkan Presiden adalah perpaduan sosok panglima yang bisa menjalankan operasi militer sekaligus memiliki visi bersama Presiden dan Menhan membangun kekuatan pertahanan jauh ke depan,” kata Andi.
Sementara, pengamat militer dari ISSES Khairul Fahmi mengatakan, Presiden Jokowi akan memilih Panglima TNI baru yang dapat membantu meraih agenda politiknya.
“Saya kira pertahanan laut ini menjadi perhatian presiden sejak awal bahkan sejak periode pertama. Soal poros maritim dan Laut China Selatan. Itu yang menjadi bagian dari visi misi presiden dan sampai hari ini kita belum melihat perkembangan yang signifikan,” ujar Fahmi.
Sebelumnya, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang tak lama lagi akan pensiun juga menyampaikan pesan pada Panglima TNI yang baru.
"Saya mengharapkan pada akhir pengabdian saya, junior-junior saya nanti akan melanjutkan apa yang sudah menjadi komitmen antara TNI-Polri dengan tetap menjaga sinergi TNI-Polri. Dengan bersinergi, kita TNI-Polri akan bersatu, berjuang, pasti kita menang," kata Panglima TNI.
Selain itu, kata Fahmi, Indonesia juga membutuhkan Panglima TNI yang bisa membantu menghadapi banyak tantangan di masa depan.
“Kecakapan dasar, kapasitas kemungkinan kurang lebih setara. Masalahnya apa sih yang dihadapi ke depan? Kita sedang dihadapkan pada sejumlah tantangan besar,” kata Fahmi.
Ada isu modernisasi alutsista, kesejahteraan prajurit dan harapan masyarakat agar tidak terjadi peran serta berlebihan dari TNI di luar tugas pokoknya di ranah sipil.
“Eskalasi di Laut China Selatan, rencana pembangunan kapal selam bertenaga nuklir oleh Australia, ada juga persoalan internal dan domestik, terkait misalnya pengembangan organisasi, moral dan kompetensi prajurit,” lanjut Fahmi.
Panglima TNI dari Masa ke Masa
Tentara Nasional Indonesia (TNI) memasuki usia 76 tahun pada 5 Oktober 2021. Dalam sejarah Republik Indonesia, TNI sebagai institusi militer nasional yang dikenal sekarang mengalami beberapa perubahan nama dan proses pemilihan panglima.
Pada awal kemerdekaan, militer Tanah Air dikenal dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) mengganti Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sebelumnya lebih bertugas sebagai penjaga keamanan dan penolong korban perang.
Pembentukan TKR pada tanggal 5 Oktober itu kemudian diperingati sebagai kelahiran TNI. Pada tahun 1946, TKR diganti lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Pada era Demokrasi Liberal, juga sempat dikenal dengan Angkatan Perang Indonesia (APRI) kemudian dibuatkan istilah baru lagi yakni, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Tak hanya institusinya, melansir dari kompaspedia.kompas.id, istilah petingginya juga tidak selalu disebut Panglima TNI. Pimpinan tertinggi militer Indonesia juga pernah disebut Kepala Staf Angkatan Perang (KASAP).
Untuk menyegarkan ingatan, masih melansir dari kompaspedia.kompas.id, berikut nama-nama Panglima TNI dari masa ke masa:
1. Jenderal Soedirman - Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) mulai 12 November 1945-29 Januari 1950.
2. Jenderal Major TB Simatupang - Kepala Staf Angkatan Perang/ Angkatan Bersenjata mulai 29 Januari 1951-2 November 1953.
3. Jenderal TNI Abdul Haris Nasution - Kepala Staf Angkatan Bersenjata mulai Desember 1955-1959.
4. Laksamana Udara Soerjadi Soerjadama - Kepala Staf Angkatan Bersenjata mulai Juli 1959-1961.
5. Jenderal TNI Abdul Haris Nasution - Kepala Staf Angkatan Bersenjata mulai Juni 1962-Februari 1966.
6. Jenderal TNI Soeharto - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai Juni 1968 - Maret 1973.
7. Jenderal TNI Maraden Panggabean - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai 28 Maret 1973 - 17 April 1978.
8. Jenderal TNI M. Jusuf - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai 17 April 1978 - 28 Maret 1983.
9. Jenderal TNI L.B. Moerdani - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai 28 Maret 1983 - 27 Februari 1988.
10. Jenderal TNI Try Sutrisno - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai 27 Februari - 19 Februari 1993.
11. Jenderal TNI Edi Sudradjat - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai 19 Februari 1993 sampai 21 Mei 1993.
12. Jenderal TNI Feisal Tanjung - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai 21 Mei 1993 sampai 12 Februari 1998.
13. Jenderal TNI Wiranto - Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mulai 16 Februari 1998 - 26 Oktober 1999.
14. Laksamana TNI Widodo Adi Sutjipto - Panglima TNI mulai 26 Oktober 1999 sampai 7 Juni 2002.
15. Jenderal TNI Endriartono Sutarto - Panglima TNI 7 Juni 2002 sampai 13 Februari 2006.
16. Marsekal TNI Djoko Suyanto - Panglima TNI mulai 13 Februari 2006 mulai 28 Desember 2007.
17. Jenderal TNI Djoko Santoso - Panglima TNI mulai 28 Desember 2007 sampai 28 September 2010.
18. Laksamana TNI Agus Suhartono - Panglima TNI mulai 28 September 2010 sampai 30 Agustus 2013.
19. Jenderal TNI Moeldoko - Panglima TNI mulai Agustus 2013 - 8 Juli 2015.
20. Jenderal TNI Gatot Nurmantyo - Panglima TNI mulai 8 Juli 2015 sampai 8 Desember 2017.
21. Marsekal TNI Hadi Tjahjanto - Panglima TNI 8 Desember 2017-sekarang.()