Sejarah Hari Ini

SEJARAH 18 November Berdirinya Organisasi Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan Resah Melihat Hal Ini

Bicara sejarah 18 November tidak lepas dari momentum berdirinya organisasi Islam di Indonesia bernama Muhammadiyah melalui peran KH Ahmad Dahlan.

muhammadiyah.or.id
Logo memperingati hari jadi Muhammadiyah ke-109. Bicara sejarah 18 November tidak lepas dari momentum berdirinya organisasi Islam di Indonesia bernama Muhammadiyah melalui peran KH Ahmad Dahlan. 

TRIBUNKALTIM.CO - Bicara sejarah 18 November tidak lepas dari momentum berdirinya organisasi Islam di Indonesia bernama Muhammadiyah melalui peran KH Ahmad Dahlan.

Organisasi Muhammadiyah resmi didirikan di Indonesia pada 18 November 1912.

Kini, Muhammadiyah sudah berusia 109 tahun dan masih tetap eksis di Indonesia.

Bagaimanakah sejarah berdirinya Muhammadiyah?

Untuk diketahui, organisasi Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Baca juga: Muhammadiyah Ingatkan Muslim Tanah Air Agar Peringatan Maulid Nabi Digelar Tanpa Undang Banyak Orang

Diketahui, KH Ahmad Dahlan merupakan pegawai Kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang khatib dan sebagai pedagang.

Dilansir laman resmi Muhammadiyah, asal mula pendirian Muhammadiyah akibat KH Ahmad Dahlan melihat keadaan ummat Islam yang pada saat itu dalam keadaan jumud, beku, dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik.

Hal tersebut menyebabkan beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist.

KH Ahmad Dahlan dan logo organisasi Muhammadiyah.
KH Ahmad Dahlan dan logo organisasi Muhammadiyah. (wikimedia.org)

Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, KH Ahmad Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.

Gagasan pembaruan itu diperoleh KH Ahmad Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.

Baca juga: 10 Tahun jadi Wartawan, Kisah Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Susahnya Andalkan Mesin Ketik

Selain itu, KH Ahmad Dahlan banyak membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Arab Saudi dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu, telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri KH Ahmad Dahlan.

Sekembalinya dari Arab Saudi, KH Ahmad Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

KH Ahmad Dahlan memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah kesibukannya sebagai khatib dan para pedagang.

Awalnya, ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.

Baca juga: 23 Februari 1923, Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan Meninggal Dunia, Rekam Jejak Muhammad Darwis

Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar Kampung Kauman, bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar Pulau Jawa.

Arti Nama Muhammadiyah

Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti "pengikut Nabi Muhammad SAW".

Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Nama Muhammadiyah pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat KH Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan KH Ahmad Dahlan setelah melalui shalat istikharah.

Sehingga, dalam pendirian Muhammadiyah memang memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kiai atau dunia pesantren.

Gagasan Pendirian Muhammadiyah

Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah, selain untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan KH Ahmad Dahlan, juga untuk mewadahi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikannya pada 1 Desember 1911.

Dengan tujuan dalam bidang tauhid, KH Ahmad Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid'ah, dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap ajaran Islam.

Ia merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad.

Baca juga: Bukan New Normal, Muhammadiyah Beda dengan Jokowi, Lebih Pilih Istilah New Reality, Simak Alasannya

Maka terbentuklah pada 18 November 1912 miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta sebuah organisasi bernama Muhammadiyah.

Organisasi ini mengajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912).

Kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.

Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah KH Ahmad Dahlan sebagai pendirinya.

KH Ahmad Dahlan mampu memadukan Islam yang ingin kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved