Berita Nunukan Terkini
Seorang Ibu di Nunukan Olah Sampah Rumah Tangga dan Daun Pandan Jadi Kerajinan Tangan Menarik
Seorang ibu di Nunukan mengolah sampah rumah tangga dan daun pandan jadi kerajinan tangan yang menarik
"Kalau Guci harus dilipat baru digulung. Dan setiap anyaman disambung lagi, jadi perlu konsentrasi. Apalagi koran kan agak keras bahannya. Setelah dianyam baru divernis dan dijemur selama satu jam. Proses anyamnya bisa seminggu," tuturnya.
Untuk Guci dijual dengan harga Rp70 ribu. Kalau piring parcel mulai Rp20-25 ribu.
"Bahan yang saya beli itu seperti vernis satu kaleng Rp70 ribu dan bisa dipakai untuk membuat 10 buah guci. Lalu, kawat emas satu gulung Rp30 ribu dan satu gulung kawat bisa hasilkan 10 piring parcel. Lem harganya Rp18 ribu. Selang untuk pegangan tas plastik dan benang wol," ungkapnya.
Terhenti Lantaran SDM Tak Ada
Kerajinan tangan yang dikoordinir oleh Amelia dengan 10 rekannya sejak awal pandemi 2020 lalu, terhenti.
Hal itu karena banyak rekannya yang memilih untuk mabetang (mengikat rumput laut) demi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Begitu pandemi mereka semua mengikat rumput laut, akhirnya berhenti produksi. Di samping itu saya sebagai guru juga sibuk dan permintaan juga tidak ada. Tapi kalau ada pesanan atau pameran baru mulai produksi lagi," imbuhnya.
Baca juga: Berjuang Jaga Eksistensi Kerajinan Seraung, Hargai Warisan Budaya Leluhur
Tak hanya itu, kata Amelia dirinya susah mendapatkan koran bekas lagi termasuk gelas Ale-ale dan teh gelas yang menurutnya sudah jarang dijual di pasaran Nunukan.
"Koran bekas dulu saya ambil di sekolah. Kadang juga beli di pemulung tapi sekarang susah sudah dapatkan koran bekas. Untuk membuat tas keranjang saya olah dari gelas Aqua. Biasa ada di acara kawinan saya minta tolong dikumpulin," pungkasnya. (*)