Berita Samarinda Terkini
Mahasiswi UMKT Lala Caroline Sebut Guru Mulia Karena Karya
Mahasiswi S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiya Kalimantan Timur (UMKT), Kelahiran Muara Badak, Kabupaten Kukar,Lala Caroline
Penulis: Nevrianto | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO ,SAMARINDA- Mahasiswa merupakan agen perubahan dan bisa menilai maupun mengkritisi dan berupaya mencari solusi, dan membuat karya ilmiah mengenai apa yang ada kehidupan sehari hari, termasuk kiprah seorang pendidik atau Guru.
Hal tersebut diungkapkan Mahasiswi S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Kelahiran Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Lala Caroline, pada TribunKaltim.co, Kamis (2/11/2021)
Menurut Lala Caroline guru mulia karena karya.
"Berbicara soal jasa, tentu banyak sekali jasa yang telah ada di muka bumi ini. Jasa pertama yang kita terima dan selalu kita jumpai tentunya ada pada orang tua kita.
Namun, beda halnya ketika kita di sekolah, jasa tersebut beralih tangan kepada guru.
Baca juga: PROFIL Wika Salim, Pedangdut yang Hobi Makan Saat Lagi Galau hingga Menggemuk
Baca juga: Kabar Duka Verawaty Fajrin Meninggal Dunia, Profil Legenda Badminton Indonesia, Juara di Tiga Nomor
Baca juga: Desember 2021 Samarinda Uji Coba Layanan Doctor On Call, Diperkenalkan ke Puskesmas
Selama kita di sekolah, semua berpacu pada guru. Seperti ketika kita belum bisa membaca, dituntun olehnya. Kita belum mahir menulis, dituntun pula olehnya, bahkan pertama kalinya kita belajar berhitung dituntun olehnya.
Beliau senantiasa membimbing kita sampai mampu menulis, membaca, dan berhitung yang menjadi bahan awal untuk melangkah pada pembelajaran selanjutnya.
Tentu saja rentang waktu yang digunakan untuk memastikan kita sudah bisa ataukah belum akan memakan waktu yang lumayan lama," kata Mahasiswi Kampus UMKT di Jalan Juanda Samarinda.
Lala Caroline menekankan Guru sungguh berjasa, dan beliau selalu sabar mendidik siswa atau muridnya.
Namun, kesabaran menjadi tantangan tersendiri bagi guru, beliau diuji sebesar-besarnya.
"Dalam satu dunia selalu ada berbagai jenis dan khas dalam sesuatu. Sama halnya ketika di sekolah, ada yang berperilaku baik nan santun, pendiam, ceria, dan yang terakhir cukup menguras emosi ya, anak nakal.
Dari kalangan anak usia dini sampai remaja sebagian anak sedang dalam fase mencari jati dirinya. Saat itu pula guru sebagai orang tua kedua bergariskan oran tua di sekolah, haruslah hati-hati dalam pergerakannya terutama untuk mengatur sikap, karena sikap beliau dapat secara mudah ditiru oleh para anak didiknya," sebut mahasiswi pehobi memasak dan menari .
Belum sampai di situ, sikap yang patut ditiru belum tentu seluruhnya menunjukkan hal yang baik ketika anak didik di luar lingkungan sekolah.
Gambaran kecilnya, guru pun harus memastikan anak didiknya terlindungi di luar sana, dengan mengamanatkan kepada anak didiknya bila mereka bertemu hal yang kurang baik, maka hal tersebut janganlah ditiru.
"Bahkan seperti kebanyakan dari zaman sekarang, jika anak memiliki potensi serba kurang, maka guru dapat menjadi sasaran utama sebagai pihak yang disalahkan.