Berita Penajam Terkini
Pedagang Mie Ayam di Penajam Menjerit Akibat Kenaikan Harga Cabai Hingga Rp 90 Ribu/Kg
Kebutuhan pokok masyarakat yaitu cabai mengalami kenaikan menjelang akhir tahun di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim)
TRIBUNKALTIM.CO,PENAJAM- Kebutuhan pokok masyarakat yaitu cabai mengalami kenaikan menjelang akhir tahun di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim).
Beberapa pekan lalu, harga cabai dikisaran Rp 40 ribu perkilogram (kg).
Namun saat ini harga cabai menembus Rp 90 ribu per kg.
Fenomena mahalnya harga pangan kembali terjadi tersebut mengakibatkan sejumlah pedagang di Kecamatan Penajam menjerit.
Hal itu dialami oleh Fery (40), seorang pria yang sehari-harinya berjualan mie ayam dan baso ayam di Kecamatan Penajam.
Ia mengaku sedih dengan kenaikan harga cabai tersebut. Hal itu mengakibatkan dirinya mengurangi takaran cabai untuk dagangannya.
Baca juga: Harga Cabai di Nunukan Naik Sampai Rp 75 Ribu per Kilo, Pedagang Memilih Stok dari Sulawesi
Baca juga: Harga Cabai di Bontang Melambung Tinggi, Tembus Rp 90 Ribu per Kilogram
Baca juga: Stok Cabai Rawit Menipis, Disperindagkop Malinau Bakal Periksa Komoditas di Pasaran
"Ya mau gimana lagi harga sudah naik. Salah satu cara ya kami kurangu takaran cabai, dari sebelumnya 1 Kg jadi seperempat kg," ujar Fery, Rabu (8/12/2021).
Sementara itu, menurut penuturan Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindakop) Penajam Paser Utara (PPU), Rustam menyebutkan, bahwa kenaikan harga cabai di Kabupaten PPU diakibatkan karena faktor cuaca yang buruk.
Sehingga hal itu mengakibatkan produksi cabai mengalami keterlambatan.
Selain itu kondisi laut sebagai jalur distribusi antar pulau mengalami hal serupa.
Sehingga hal itu menghambat distribusi cabai yang di ekspor dari luar daerah.
Baca juga: Harga Cabai di Bontang Melambung Tinggi, Omset Pedagang Menyusut Akibat Daya Beli Menurun
"Kondiai cuaca yang tidak memungkinkan karena kondisi hujan ini yang tidak bisa kita prediksi ini.
Disamping itu juga kondisi laut kita yang mulai mengganas sehingga menghambat distribusi cabai dari luar. Karena kita ekspor cabai dari luar Jawa dan Sulawesi," ujar Bustam. (*)