Berita Nasional Terkini

Warga Jakarta Siap-siap! Kasus Omicron Bertambah, Wagub Singgung Pengetatan PPKM & Perjalanan ke LN

Pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) karena kasus Omicron yang terus meningkat kemungkinan akan dilakukan di Jakarta.

Editor: Doan Pardede
Wartakotalive.com/M23
Ahmad Riza Patria 

TRIBUNKALTIM.CO - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, membuka kemungkinan adanya pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) karena kasus Omicron yang terus meningkat di Jakarta.

"Jadi kami minta pengetatan. Nanti kami akan koordinasikan sesuai dengan masa periodenya PPKM Level 2 ini," kata Riza kepada awak media di Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (15/1/22), seperti dilansir Kompas.com,

Riza menegaskan, pihaknya bersama dengan pemerintah pusat terus mengevaluasi kebijakan PPKM secara rutin mengikuti perkembangan situasi Covid-19 yang terjadi.

"Nanti kebijakan-kebijakan yang baru akan segera kami sampaikan," ujarnya.

Baca juga: 2 WNA Terpapar Covid-19 di Berau, Soal Kemungkinan akibat Varian Omicron, Satgas Kirim Sampel ke Lab

Baca juga: Peringatkan Anies Baswedan, PSI Bandingkan Kecepatan Formula E dengan Covid-19 Omicron Landa Jakarta

Baca juga: Setelah Ashanty, Kini Thariq Halilintar Positif Covid-19 Omicron, Singgung soal Cuaca Ekstrem

Pengetatan peraturan, kata Riza, juga akan diberlakukan untuk pelaku perjalanan luar negeri.

"Termasuk yang ke luar negeri juga. Pemerintah selalu mengevaluasi melakukan monitoring pemantuaan pengawasan," kata Riza.

Berdasarkan keterangan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia, per Jumat (14/1/22) kemarin, kasus Omicron di Jakarta sudah mencapai 725 orang.

"75 persennya atau sebanyak 545 orang adalah pelaku perjalanan luar negeri, sedangkan 180 lainnya adalah transmisi lokal," kata Dwi dalam keterangan tertulis, Jumat.

Sementara kasus aktif Covid-19 kini total 3.325 dengan sebanyak 2.264 merupakan pelaku perjalanan luar negeri.

Waspada Kenaikan Kasus Covid-19 Sepekan Terakhir akibat Varian Omicron

Pemerintah mengakui kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami lonjakan akibat transmisi lokal varian Omicron dalam sepekan terakhir.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengeklaim, pemerintah mempersiapkan penanganan setelah lonjakan kasus akibat varian baru tersebut.

“Dari berbagai penelitian yang diberikan kepada saya oleh para teman-teman epidemiolog dan dokter, kita tahu bahwa varian Omicron ini menular sangat cepat, tetapi less severe atau tidak parah, walaupun terdapat angka kematian di beberapa negara namun jumlahnya cukup rendah dari varian ini," ujar Luhut dilansir dari siaran pers di laman resmi Kemenko Marves, Sabtu (15/1/2022) seperti dilansir Kompas.com.

Lonjakan kasus akibat varian Omicron ini tercermin dari jumlah kasus harian dalam sepekan terakhir.

Baca juga: Larangan Masuk Bagi Warga Asing di 14 Negara karena Omicron, Telah Dicabut Pemerintah

Pekan lalu, 9 Januari 2021, Indonesia mencatat 529 kasus baru Covid-19 dalam sehari.

Namun, data terbaru yang dirilis kemarin, 15 Januari 2021, ada 1.054 kasus baru Covid-19 dalam sehari alias meningkat hampir 100 persen dibanding pekan lalu.

Peningkatan ini terjadi hampir di semua wilayah di Indonesia.

DKI Jakarta seperti biasa jadi yang tertinggi, disusul Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Berkaca dari Jakarta Di Jakarta, lonjakan kasus Covid-19 sangat terasa dalam sepekan terakhir.

Semakin banyaknya kasus Covid-19 yang ditemukan bukan saja karena banyaknya pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang datang ke Ibu Kota, melainkan juga penularan secara lokal.

Di Krukut, kini 14 RT diberlakukan karantina wilayah karena ada 67 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Karantina ini masih mungkin diperluas jika jumlah kasus Covid-19 kembali bertambah usai tes dan lacak.

Data dalam sepekan terakhir ini memperlihatkan bagaimana varian Omicron telah meluas di masyarakat.

Pada 9 Januari 2022, DKI Jakarta mencatat 393 kasus baru dalam sehari.

Sebanyak 294 (74,8 persen) di antaranya adalah PPLN.

Hanya 99 kasus (25,2 persen) yang merupakan transmisi lokal.

Saat itu, jumlah 1.885 kasus aktif Covid-19 di Ibukota juga didominasi oleh PPLN.

Baca juga: Peringatkan Anies Baswedan, PSI Bandingkan Kecepatan Formula E dengan Covid-19 Omicron Landa Jakarta

Sebanyak 1.415 pasien (75,1 persen) merupakan PPLN, dan hanya 24,9 persen atau 470 pasien yang bukan PPLN.

Pada 15 Januari 2022, DKI Jakarta telah mencatat 720 kasus baru dalam sehari.

Proporsi kasus baru antara PPLN dan non-PPLN pun terbagi rata, yakni 375 kasus PPLN (52,1 persen) berbanding 345 kasus transmisi lokal (47,9 persen).

Akibatnya, saat ini jumlah kasus aktif Covid-19 di Jakarta pun melonjak tajam jadi 3.779, naik dua kali lipat lebih dalam seminggu.

Kini, jumlah pasien Covid-19 di Jakarta yang merupakan PPLN berjumlah 2.443 orang (64,4 persen), dan non-PPLN 1.346 orang (35,6 persen).

Dibandingkan pekan lalu, baik kasus aktif pada PPLN maupun non-PPLN, sama-sama mengalami kenaikan sekitar 800-1.000 orang.

Intervensi vaksinasi booster

Bertepatan dengan melonjaknya kasus Covid-19 varian Omicron, pemerintah mengizinkan penyuntikan vaksin dosis ketiga (booster) bagi publik.

Kementerian Kesehatan menyebutkan, sudah 21 dari 34 provinsi yang memenuhi syarat untuk penyuntikan vaksin booster nonlansia.

Adapun syarat provinsi bisa melakukan vaksin booster adalah kabupaten/kota sudah mencapai cakupan dosis satu total minimal 70 persen dan cakupan dosis satu lansia minimal 60 persen.

Sebanyak 21 provinsi tersebut yakni DKI Jakarta, Bali, DI Yogyakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jambi.

Namun, apakah intervensi pemerintah melalui vaksinasi booster ini mujarab untuk melawan varian Omicron?

Sebagian besar kasus varian Omicron ini memang menyerang orang yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap.

Hal ini bukan berarti orang yang telah divaksin menjadi lebih rentan terhadap varian Omicron, tetapi orang yang sudah divaksin jumlahnya lebih banyak dari orang yang belum divaksin.

Namun, perlu diketahui bahwa kebanyakan pasien yang dirawat di rumah sakit akibat varian Omicron ternyata merupakan orang-orang yang belum divaksin Orang yang belum divaksin dan dirawat di rumah sakit jumlahnya enam kali lipat lebih banyak dibandingkan orang yang sudah mendapatkan vaksin.

Hal ini menunjukkan bahwa vaksin mampu mengurangi keparahan gejala Covid-19 yang diderita pasien.

Pasien yang sudah mendapatkan vaksin umumnya hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak bergejala.

Fakta tersebut senada dengan fakta yang disampaikan oleh World Health Organization (WHO), bahwa tingkat mortalitas akibat Covid-19 tetap stabil, tetapi cenderung tinggi pada negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah.

(*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved