Ganjar Kunjungi Kawasan Pecinan, Rumah Sepetak Dihuni 14 Orang dan Penuh dengan Toleransi
Sepetak rumah berukuran 3 x 4 meter itu nyelip di antara rumah-rumah gedung di kawasan Pecinan, Semarang.
Jelas untuk tidur harus berbagi. Tiga orang di lantai satu dan empat di lantai dua.
"Cucu biasa tidur di rumah tetangga," katanya.
Semakin ngobrol lama, Ganjar makin kagum.
Keluarga itu wujud nyata toleransi dan kerukunan beragama.
Setiap tahun, mereka merayakan hari besar tiga agama.
"Tentu soal kelayakan harus ditata, ini kondisi yang butuh diantara kita saling peduli dan membantu. Menarik juga, di rumah ini agamanya banyak, mereka hidup rukun bersama-sama," kata Ganjar.
Baca juga: Gubernur Ganjar Sebut Jawa Tengah Turut Berkontribusi Turunkan Angka Kemiskinan Tingkat Nasional
Dari Kampung Sekolan, Ganjar menuju Jalan Inspeksi Wot Gandul.
Ada rumah Keluarga Agus Sugiyanto di sana. Rumah di pinggir sungai itu juga sama sempitnya, meski ditinggali 5 orang saja.
Ganjar juga mengunjungi rumah Ibu Katrin di Kampung Plampitan.
Kelucuan terjadi ketika anak Katrin memberi tahunya bahwa Ganjar datang.
Katrin malah celingukan. Ia tak mengenali Ganjar yang memakai helm dan masker.
"Lha mana nggak ada. Pak Ganjar kan rambutnya putih," tambahnya.
Suasana pun jadi ger-geran. Setelah Ganjar membuka helm, Katrin baru sadar orang yang dicarinya ada di depannya.
"Lha ini. Wah pak aku mbok dirangkul," tutur bu Katrin pada Ganjar yang langsung merangkulnya.
Seperti di rumah Jongkis dan Agus, Ganjar juga menyerahkan satu kardus berisi sembako pada Katrin. Ia mengucapkan selamat Imlek kepada para keluarga Tionghoa itu.