Berita Berau Terkini
Berau Pernah Memproduksi Kedelai Lokal, Sekarang Petani Kurang Minat
Dinas Pertanian dan Peternakan Berau, pernah berpotensi menjadi penghasil tanaman semusim kedelai lokal
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Dinas Pertanian dan Peternakan Berau, pernah berpotensi menjadi penghasil tanaman semusim kedelai lokal.
Sentranya berada di wilayah, Kampung Batu Putih dan Talisayan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Sesuai data dari Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, kampung tersebut pernah menjadi penghasil kedelai terbanyak di Kalimantan Timur, hingga tahun 2016.
Seperti di tahun 2013 silam, kedelai yang dihasilkan sekiranya 610 ton, pada tahun 2014-2016 rerata mencapai lebih dari 500 ton.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu Tempe di PPU Tak Kurangi Jumlah Produksi karena Permintaan Tetap
Baca juga: Harga Kedelai Naik Tembus Rp 11.700, Produsen Tahu Tempe di PPU Kurangi Ukuran Produknya Lebih Kecil
Baca juga: Omset Produsen Tahu dan Tempe di Bontang Menyusut Akibat Harga Kedelai Import Naik
Kemudian mengalami penurunan signifikan pada tahun 2018 sebanyak 80,025 ton.
Penurunan berlanjut di tahun 2019 hingga mencapai 14,55 ton.
Sedangkan untuk tahun 2020 hingga saat ini belum diketahui lagi ada produksi kedelai lokal, hingga saat ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Berau, Mustakim mengakui, produksi kedelai sudah banyak digantikan dengan Jagung dan Sawit pada kedua kampung tersebut. Pemicunya, kedua komoditas tersebut lebih menjanjikan.
Baca juga: Harga Kedelai Melonjak hingga Tembus Rp 11.550/Kg, Produsen Kurangi Ukuran Ketebalan Tahu
“Kedelai pernah ditanam sekiranya 5 hektar saja di tahun 2019,” ungkapnya kepada TribunKaltim.co, Minggu (27/2/2022).
Mustakim menjelaskan, produksi yang pernah tembus lebih dari 100 ton bermula dengan adanya bantuan pusat untuk benih kedelai seluas sekiranya 500 hektar. Meski adanya bantuan tersebut, saat panen tidak ada pasar yang membeli.
Alasan yang sama produsen tempe dan tahu lebih memilih kedelai impor dari agen dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang lokal.
Harga kedelai lokal selalu berada pada kisaran Rp 8 sampai 9 ribu per kilogram (kg) harga tersebut mengacu pada data terdahulu. Dan masih ada yang tidak setuju dengan harga tersebut.
“Saat ini memang harga kedelai mahal, itu kondisi dilapangan, untuk kedelai dari luar,” terangnya.
Lanjutnya, permasalahan seperti sulitnya pasar sudah meminta bantuan kepada provinsi.
Pihak provinsi sempat menjadi kaki tangan petani untuk memasarkan kepada koperasi yang menyanggupi untuk membeli kedelai. Tetapi cara itu tidak berlangsung lama.