Berita Internasional Terkini
Babak Baru Perang Rusia dengan Ukraina, Perundingan Dimulai, Putin Batalkan Serangan Nuklir?
Perang Rusia dengan Ukraina memasuki babak baru. Kini antara kedua negara tersebut sepakat untuk duduk bersama melakukan perundingan
TRIBUNKALTIM.CO - Perang Rusia dengan Ukraina memasuki babak baru.
Kini antara kedua negara tersebut sepakat untuk duduk bersama melakukan perundingan.
Akankah gencatan senjata terjadi? atau perang semakin panas dan melibatkan negara lain yang berpotensi terjadinya perang dunia?
Ya, jelang batas waktu yang telah ditentukan, Ukraina akhirnya mau bertemu dengan pihak Rusia di Gomel, Belarusia.
Gomel merupakan tempat perundingan yang diajukan oleh pihak Rusia kepada Ukraina.
Sempat menolak datang, di menit-menit akhir tenggat waktu, Ukraina akhirnya setuju datang ke Gomel untuk melakukan perundingan.
Baca juga: Apa Bom Termobarik? Jadi Kekhawatiran Sekutu Barat, Setelah Rusia Invasi ke Ukraina, Ini Bahayanya
Baca juga: NEWS VIDEO Ukraina Bentuk Tentara IT, untuk Menyerang Dunia Maya Rusia
Baca juga: NEWS VIDEO Ukraina Klaim Menang di Kharkiv, Berhasil Usir Pasukan Rusia Lewat Operasi Pembersihan
Sebelumnya, Ketua Delegasi Rusia Vladimir Medinsky memberi batas waktu hingga pukul 15.00 waktu setempat, atau pukul 19.00 WIB, untuk memastikan apakah delegasi Ukraina akan datang ke Gomel untuk berunding atau tidak.
Vladimir Medinsky yang juga pembantu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, delegasi Rusia sudah berada di Gomel dan akan datang ke lokasi perundingan, seperti dilaporkan kantor berita Rusia, RIA Novosti, Minggu (27/02/2022).
Vladimir Medinsky menegaskan perwakilan Rusia siap untuk negosiasi kapan saja.
"Setiap jam bagi kami adalah kehidupan yang diselamatkan," kata Medinsky, dilansir dari TribunJabar.id berjudul PERANG Rusia vs Ukraina Segera Selesai, Presiden Ukraina Setujui Hal Ini, Sebelumnya Menolak Tegas.
Sekretaris Pers Presiden Rusia Dmitry Peskov mencatat hasil ini didahului oleh percakapan telepon antara Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan mitranya dari Ukraina Vladimir Zelensky.
Peskov mengatakan, setelah pembicaraan telepon dengan presiden Ukraina, Presiden Lukashenko segera menelepon langsung Presiden Rusia Vladimir Putin, dan meminta untuk tidak memanggil pulang delegasi Rusia.
Baca juga: NEWS VIDEO Ukraina Klaim 4.300 Tentara Rusia Tewas dan Terluka, Ratusan Lainnya Jadi Tawanan Perang
"Ukraina sudah memberi sinyal, yang menyatakan kesiapan untuk datang ke negosiasi di wilayah Gomel. Pihak Rusia dan delegasi Rusia di lapangan sepenuhnya siap untuk negosiasi, menunggu delegasi Ukraina."
Selain Medinsky, delegasi pejabat senior Rusia termasuk wakil menteri pertahanan dan urusan luar negeri, duta besar Rusia untuk Belarus Boris Gryzlov, dan kepala komite internasional Negara dari parlemen Rusia atau Duma, Leonid Slutsky.
Seperti yang diklaim Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, Gomel sebagai tempat negosiasi yang disetujui pihak Ukraina.
Namun, setelah Rusia telah tiba di sana, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan delegasi Ukraina ingin perundingan di lokasi lain, seperti Warsawa, Istanbul, Baku atau Wina, dan bukan di Belarusia.
Zelensky beralasan, Belarus adalah tempat pijakan penyerbuan Rusia atas Ukraina selama tiga hari terakhir.
Zelensky secara langsung menyebut Belarus dalam sebuah pidato hari Minggu, mengatakan, "tindakan agresif" yang dilakukan atas Ukraina dari wilayah Belarusia membuat negaranya tidak mungkin mengadakan pembicaraan dengan Rusia di Belarusia.
Baca juga: Inggris Hingga Amerika Serikat Bantu Ukraina Perangi Rusia, Indonesia Berada Dipihak Mana?
Ukraina mengatakan, pasukan mereka hari ini mencegat sebuah rudal jelajah yang diluncurkan ke arah Kiev dari wilayah Belarusia.
Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki menanggapi keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan pasukan penangkal strategis Rusia, termasuk pasukan nuklir strategis, dalam siaga penuh.
Jen Psaki menyatakan manuver Putin adalah bagian dari pola Kremlin yang lebih luas, dengan cara melakukan eskalasi tak beralasan dan menciptakan ancaman yang dibuat-buat.
"Ini benar-benar pola yang kita lihat dari Presiden Putin selama konflik ini, yaitu menciptakan ancaman tidak nyata untuk membenarkan agresinya dan komunitas global serta rakyat Amerika harus melihatnya melalui prisma itu," kata Psaki kepada George Stephanopoulos dari ABC di "This Week", Minggu (27/2/2022).
Psaki menambahkan Amerika Serikat siap menghadapi pola yang sedang dilakukan Kremlin.
"Ini semua adalah pola dari Presiden Putin dan kita akan tegak menghadapinya. Kita memiliki kemampuan untuk membela diri tetapi kita juga perlu mengungkapkan apa yang kami lihat di sini tentang Presiden Putin."
Baca juga: NEWS VIDEO Buntut Invasi Rusia ke Ukraina, 11 Negara Blokir Penerbangan Rusia
Ketika ditanya tentang bantuan atau sanksi militer lebih lanjut, Psaki mengatakan Amerika Serikat siap mengirim lebih banyak bantuan kemanusiaan, ekonomi dan pertahanan militer.
"Saya ingin memberi catatan, sanksi yang kita umumkan kemarin membuat Rusia setara dengan Iran, memutuskan mereka dari sistem perbankan dan komunitas global," kata Psaki.
Ditekankan apakah Amerika Serikat akan mengambil tindakan lebih cepat terhadap sektor energi Rusia, Psaki mengatakan semuanya "ada di atas meja," dan menambahkan Pemerintah AS percaya konflik saat ini menggambarkan bahwa AS harus meningkatkan pasokan energi domestiknya dan melakukan diversifikasi minyak dan gas di luar negeri.
Psaki menambahkan AS tetap berhubungan dekat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan memuji dia atas kepemimpinannya selama beberapa hari pertama perang saat ini.
"Dia berdiri dengan berani melawan invasi Presiden Putin dan kepemimpinan Rusia," kata Psaki.
"Kita akan tetap berhubungan dekat dengannya."
Baca juga: NATO Sebut Putin Bakal Mengamuk, Pria Ukraina Hadang Tank Rusia Dengan Berlutut, Begini Nasibnya
Sebelumnya diberitakan, dalam eskalasi dramatis ketegangan Timur-Barat atas invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Vladimir Putin memerintahkan untuk membuat pasukan penangkal strategis Rusia ke tugas tempur khusus dan bersiaga penuh.
"Negara-negara barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, maksud saya berupa sanksi yang tidak sah dan sangat disadari semua orang, tetapi pejabat tertinggi negara-negara NATO juga membuat pernyataan agresif terhadap negara kita," tambah Putin, saat memanggil Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Valery Gerasimov, seperti dilansir RIA Novosti, Minggu, (27/2/2022).
Seperti yang tertulis dalam direktori di situs web Kementerian Pertahanan, pasukan penangkal strategis dirancang untuk mencegah agresi terhadap Rusia dan sekutunya, serta untuk mengalahkan agresor, termasuk dalam perang dengan penggunaan senjata nuklir.
Perintah itu berarti Putin memerintahkan agar senjata nuklir Rusia disiapkan agar sewaktu-waktu bisa diluncurkan.
Itu artinya meningkatkan ancaman dan ketegangan bahwa konflik dapat berubah menjadi perang nuklir.
Langkah yang bisa membawa dunia ke jurang perang nuklir itu terjadi ketika pertempuran jalanan pecah di kota terbesar kedua di Ukraina, Khirkiv, saat pasukan Rusia merangsek pelabuhan-pelabuhan strategis di Ukraina Selatan.
Baca juga: Belum Selesai Perang Rusia dengan Ukraina, China Bikin Panas Australia di Dekat Wilayah Indonesia
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Prancis, Florence Parly dalam siaran radio pada Jumat waktu setempat mengatakan bahwa tidak ada satupun negara Eropa, begitu pula Amerika Serikat (AS), yang menginginkan terjadinya bentrokan militer secara langsung dengan Rusia.
Hal itu karena Federasi Rusia memiliki kekuatan persenjataan nuklir.
"Kami tidak menyatakan perang terhadap Rusia. Saya tidak berpikir negara Eropa atau AS ingin berperang dengan Rusia. Tujuan kami adalah untuk mencapai gencatan senjata," kata Parly.
Dikutip dari laman TASS, Jumat (25/2/2022), ia mencatat bahwa Rusia memiliki kekuatan nuklir dan NATO juga memiliki senjata semacam itu.
"Apakah anda ingin perang nuklir? Apakah Prancis bermaksud mengirim militer untuk membela Ukraina?" tanya Parly kepada penyiar radio yang berulang kali mengajukan pertanyaan yang sama.
Parly kemudian menekankan bahwa senjata nuklir sejatinya tidak boleh digunakan dalam kondisi apapun.
"Senjata nuklir adalah senjata pencegahan, yang tidak boleh digunakan," tegas Parly.
Ia kemudian menjelaskan bahwa prioritas Prancis dan NATO adalah untuk memastikan keamanan negara-negara anggota, terutama di sisi timur dan Ukraina bukan bagian dari aliansi'.
Pada saat yang sama, dirinya mengungkapkan bahwa Prancis telah membantu Ukraina 'untuk sementara waktu', tanpa memberikan rincian apapun soal bantuan dimaksud.
"Kami tidak mengirimkan peralatan militer seperti bantuan kemanusiaan. Ada aturan yang sangat ketat untuk kargo semacam itu dan kami mematuhi aturan ini. Namun kami menyadari bahwa situasinya sangat serius," papar Parly.
Ia menambahkan bahwa Prancis secara cermat memeriksa permintaan baru dari Otoritas Ukraina dan itu akan memberikan respons yang 'sangat cepat'. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.