Ramadhan

Tak Ingin Rugikan Satuannya saat Berdinas di TNI AD, Rahbini Pilih Pensiun Dini demi Jalan Dakwah

Rata-rata setiap manusia memiliki kegemaran yang dijalani masing-masing tanpa dicemari rasa jenuh. Hal itu juga dirasakan oleh seorang pria bernama Ac

HO/DOK PRIBADI
Ahmad Rahbini, pria berusia 61 tahun, menanggalkan karir militernya untuk menekuni bidang keagamaan. HO/DOK PRIBADI 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Rata-rata setiap manusia memiliki kegemaran yang dijalani masing-masing tanpa dicemari rasa jenuh. Hal itu juga dirasakan oleh seorang pria bernama Achmad Rahbini.

Di usianya yang akan menginjak 61 tahun, ia bercerita tentang kegemarannya dalam berdakwah.

Kepada TribunKaltim.co, dia membeberkan bagaimana dakwah telah menjadi jalan hidupnya sejak berusia remaja.

Pria kelahiran Kabupaten Bangkalan tersebut memulai ceritanya sejak ia masuk menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) di tahun 1990.

Pada masa itu, kata Rahbini, Markas Kodam masih bernama Tanjungpura. Belum seperti saat ini yang telah menyandang nama Kodam VI/Mulawarman.

Baca juga: Cara Milenial tak Terjerumus Paham Radikal dan Anjuran Kiai untuk Dakwah di Internet

Baca juga: Mulia, Gus Miftah Beberkan Alasan Berdakwah di Club Malam Saat Tampil di Karni Ilyas Club

Di Kodam, ia ditugaskan untuk menempati Satuan Bina Mental Kodam atau Bintaldam.

"Awal masuk TNI pun, saya juga menyelingi kedinasan dengan berdakwah. Baru setahun di Balikpapan, saya ditugaskan ke Banjarmasin tahun 1991," tutur Rahbini dalam ceritanya.

Bertugas di kota berjuluk Kota Seribu Sungai tersebut, tampaknya membuat gelora dakwah Rahbini memuncak.

Pasalnya, di sana ia berkesempatan bertemu dengan banyak ulama kondang.

Alhasil, Banjarmasin membuat sosok Rahbini merasa betah. Dari segi pengalaman berkembang, pun juga dengan keilmuan keagamaan pun mengiringi.

Tidak lama ia menginjak Banjarmasin, ia kemudian ditugaskan untuk terbang menuju Timor-Timur dalam Operasi Tuntas Timor-Timur.

Meski mendatangi kampung asing dengan perintah tugas, dirinya tetap menjalani profesi dakwahnya.

Baca juga: Inilah Alasan Habib Husein Jafar Bikin YouTube Jeda Nulis, Dakwah Bareng Pendeta dan Biksu

"Dengan keberadaan saya di Banjarmasin yang memang tempat banyak ulama, tambah aktif saya berdakwah sampai 1995," kenangnya.

Rahbini melanjutkan, di tahun 1996 dirinya kembali ke Balikpapan. Di Balikpapan ia pun tak melepas jubah dakwahnya. Aktivitas keagamaan ini tetap rutin ia laksanakan, mulai di masjid perkampungan hingga masjid skala besar.

Di tahun 1997, ia kembali mendapatkan tugas. Ia diminta bergabung dengan jajaran Komando Pasukan Khusus atau Kopasus untuk terbang ke Aceh dalam rangka Operasi Jaring Merah.

"Di Aceh itu ngumpul dengan baret merah (Kopasus). Cuma saya banyak dakwah, karena banyak bahasa intelijen di sana. Dalam arti membantu saja. Saya nyusup ke masjid-masjid, sambil berdakwah," terangnya.

Namun, Rahbini mengaku tak bisa terlalu tenggelam dalam aktivitas kegemarannya. Dia pun, sebagai pejabat Bintaldam, diminta untuk memberikan penyuluhan tentang NKRI kepada masyarakat setempat.

Karena di Aceh itu, lanjut dia, tidak kenal dengan Bangsa Indonesia, bagi mereka hanya kenal Bangsa Aceh.

"Makanya saya ditugaskan untuk memberikan penyuluhan agar masyarakat sadar akan sejarah," imbuhnya.

Baca juga: BERAPA Bayaran Ustadz Abdul Somad saat Berdakwah? UAS Jawab soal Tiket dan Hotel

Hingga kemudian di tahun 1999, Rahbini dipercaya untuk menjadi Ketua Takmir Masjid Sudirman yang berdiri di lingkungan Makodam.

Bertepatan di tahun yang sama, masih menjabat ketua takmir, Masjid Sudirman diresmikan langsung oleh KSAD waktu itu.

Memasuki tahun 2000, Rahbini mulai menyadari, kegiatannya berdakwah dan pekerjaannya sebagai prajurit membuat banyak pekerjaan semakin terabai.

Bagi seorang Rahbini, membagi waktu merupakan hal yang tak gampang. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan dan masukan, dirinya memutuskan untuk pensiun di medio tahun 2000.

Akhir karir militernya pun berhenti di pangkat Kapten, berbarengan dengan jabatannya sebagai Ketua Takmir Masjid Sudirman.

"Saya seringnya dikontrak. Misalnya, berangkat Kamis, pulang Senin. Dengan begitu, daripada mengganggu aktivitas TNI, saya memutuskan untuk pindah profesi. Menekuni dunia dakwah," sebut Rahbini.

Dengan keluarnya dia sebagai prajurit TNI AD, membuat aktivitas dakwahnya menjadi leluasa.

Bahkan dia juga ikut tergabung dengan banyak organisasi sosial, salah satunya Fahmi Tamami yang mengakomodir masjid dan mushala seluruh Indonesia.

"Kalau di dunia dakwah, berangkat dari orangtua yang getol berdakwah. Sehingga itu menjadi inspirasi bagi saya untuk meneruskan. Biarlah, mungkin sudah dicap oleh Allah untuk menjalani bidang ini, toh saya juga hobi," tukas pria beranak dua ini. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved