Berita Samarinda Terkini

Geliat Kampung Ketupat di Samarinda Seberang, Jelang Lebaran Banjir Orderan

Sebuah deretan permukiman warga di ujung wilayah Kecamatan Samarinda Seberang, di tepi Sungai Mahakam ini akan terlihat selalu dalam suasana lebaran s

TRIBUNKALTIM.CO/HANIVAN MA'RUF
Kampung ketupat di Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, banjir orderan menjelang Idul Fitri 1443 Hijriah. TRIBUNKALTIM.CO/HANIVAN MA'RUF 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sebuah deretan permukiman warga di ujung wilayah Kecamatan Samarinda Seberang, di tepi Sungai Mahakam ini akan terlihat selalu dalam suasana lebaran setiap harinya.

Pasalnya sepanjang jalan di tiap rumah warganya terpampang rangkaian ketupat yang bergantungan dan daun-daun nipah yang dijemur di halaman dan tepi jalan pemukiman warga.

Tempat itu dikenal dengan kampung ketupat, yang terletak di Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda.

Membuat ketupat memang menjadi aktivitas sehari-hari warga di kampung itu yang menjadi sentra pembuatan bungkus ketupat di Samarinda.

Terlebih saat memasuki momen lebaran seperti saat ini, puluhan pemesanan dari beragam tempat dan daerah diterima oleh warga yang telah puluhan tahun menjadi pengrajin ketupat di tempat itu.

Baca juga: Jelang Idul Fitri, Perajin Kulit Ketupat di Penajam Banjir Orderan

Hamka, salah satu warga kampung ketupat mengungkapkan dirinya bisa menerima puluhan ribu pesanan ketupat saat memasuki Idul Fitri setiap tahunnya.

"Paling sedikit 20.000 (buah), kalau banyak bisa sampai 40.000," ujarnya, Jumat (29/4/2022).

Tiap buah ketupat dihargai Rp 350, yang biasa dijual Rp 35.000 per 100 buahnya.

Hamka menjelaskan, dengan 30 orang pengrajin yang bekerja di tempatnya, sehari ia bisa memproduksi 9.000 buah ketupat.

Ketupat-ketupat yang terdiri dari dua jenis yaitu ketupat Coto Makassar dan soto Banjar itu dijual berdasarkan pesanan dan sebagiannya diantar ke pasar, seperti Pasar Segiri.

Hamka menyebut orderan ketupat sudah mulai meningkat sejak awal bulan Ramadan.

Baca juga: Berikut 3 Tips Menyimpan Ketupat untuk Lebaran Agar Tidak Cepat Basi, Gantung Ketupat

"Dari awal puasa pedagang di pasar sudah pada ambil karena takut kehabisan, ramai-ramainya mulai 10 hari terakhir bulan puasa," ungkap pria berusia 53 tahun tersebut.

Hampir 100 kepala keluarga di kampung ketupat ini yang berprofesi sebagai pengrajin ketupat.

Meskipun sudah tidak dalam masa Ramadhan maupun lebaran, warga kampung ketupat tetap memproduksi ketupat meskipun dalam jumlah lebih sedikit.

"Kalau bukan waktu lebaran biasa dijual di warung-warung Coto Makassar, tapi tidak menentu kadang tidak ada pesanan sama sekali," kata Hamka.

Bahan-bahan ketupat itu pun diperoleh melalui perjalanan yang relatif panjang.

Baca juga: Tips Ketupat Nggak Gampang Basi dan Tahan Lama, Ternyata Cukup Siram dengan Cairan Satu Ini

Daun-daun nipah beserta lidinya berasal dari daerah muara Sungai Mahakam yang diangkut menggunakan tug boat.

Hamka menyebutkan bahan-bahan itu harus menempuh perjalanan sekitar dua hari dari tempat pengambilannya hingga sampai ke kampung ketupat.

"Harus dari sana, karena bahannya yang bagus di sana," tuturnya.

Saat momen Idul Fitri, total omset yang Hamka dapatkan bisa mencapai Rp 10 juta, dengan pemesanan tak hanya datang dari wilayah Samarinda, namun juga daerah sekitar seperti Berau dan Kutai Kartanegara.

Sementara itu Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Ketupat, Samarinda Seberang, Abdul Aziz menerangkan kampung ketupat berdiri sejak tahun 2019.

Dahulunya, kampung ini adalah permukiman kumuh yang ada di tepi Sungai Mahakam.

Baca juga: Harga Kedelai di Balikpapan Terus Naik, Perajin Tahu Tempe di Somber Khawatir Bangkrut

Setelah mendapat sentuhan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2017, kampung tersebut berbenah menjadi salah satu ikon wisata di Samarinda.

"Awal berdirinya kampung ketupat itu karena di wilayah tersebut ada kearifan lokal di mana banyak warga yang menjadi pengrajin anyaman ketupat," cetus Aziz.

"Selain keunikannya, juga terdapat nilai historis di kampung ini dengan konsep kota lama sebagai awal berdirinya kota Samarinda, melalui peninggalan sejarah seperti Rumah Ganal yang merupakan pemberian dari Sultan Aji Muhammad Sulaiman selaku Raja Tenggarong," ucapnya.

Kampung Ketupat di Samarinda Seberang ini menjadi aset wisata dan sejarah potensial yang dimiliki oleh kota Samarinda, yang dinilai dapat mengundang daya tarik wisata yang menjanjikan.

"Ya tinggal perhatian dari pemerintah, soal modal yang selama ini masih dari kita sendiri," ucap Hamka. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved