Ekonomi dan Bisnis

Tingkat Inflasi di Turki Meroket Sampai 70 Persen

Serta invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi Covid-19 juga memperburuk lonjakan harga energi dan kemacetan produksi.

Editor: Budi Susilo
bkp.sumbarprov.go.id
Ilustrasi Inflasi. Jatuhnya nilai mata uang Lira juga ikut mendorong naiknya biaya impor energi, serta invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi Covid-19. 

TRIBUNKALTIM.CO, ISTANBUL - Nilai mata uang Lira di Turki naik. Demikian lantaran biaya impor energi.

Serta invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi Covid-19 juga memperburuk lonjakan harga energi dan kemacetan produksi.

Tingkat inflasi tahunan Turki dilaporkan melonjak hampir 70 persen pada bulan April.

Hal ini menimbulkan tantangan bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan yang kebijakan ekononominya kerap dianggap tidak konvensional.

Baca juga: Dikecam Amerika Serikat, Turki Tetap Lanjutkan Impor Rudal Rusia Batch Kedua, Ini Alasannya

Baca juga: Puluhan TKI di Turki Terlantar dan tak Punya Uang, Mengaku Akan Diberangkatkan ke Polandia Bekerja

Baca juga: Kremlin Bantah Roman Abramovich Diracun, Peran Bos Chelsea dalam Negosiasi Rusia-Ukraina di Turki

Melansir dari aljazeera.com, Badan Statistik Nasional Turki mengatakan pada Kamis (5/5/2022) kemarin, indeks harga konsumen telah naik sebesar 69,97 persen di bulan April, dibandingkan dengan 61,14 persen pada bulan Maret lalu.

Erdogan menegaskan pemotongan tajam suku bunga diperlukan untuk menurunkan harga konsumen yang telah melonjak.

Jatuhnya nilai mata uang Lira juga ikut mendorong naiknya biaya impor energi, serta invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi Covid-19 juga memperburuk lonjakan harga energi dan kemacetan produksi.

Kenaikan harga terbesar pada bulan April terjadi di sektor transportasi sebesar 105,9 persen, sedangkan harga makanan dan minuman non-alkohol melambung sebanyak 89,1 persen.

Inflasi hanya Tren Sesaat

Menteri Keuangan dan Pembendaharaan Turki, Nureddin Nabati menepis kekhawatiran dengan mengatakan pada Senin (2/5/2022) kemarin, tren inflasi ini akan cepat berlalu dan tidak akan menyebar dalam jangka panjang, serta sifatnya tidak akan permanen.

Nureddin Nabati juga berjanji akan meningkatkan kesejahteraan warga Turki.

“Kami akan meningkatkan kesejahteraan dan daya beli warga kami dari level sebelumnya.” katanya.

Pemerintah Turki telah memotong pajak untuk beberapa barang dan menawarkan subsidi untuk beberapa tagihan listrik rumah tangga, namun hal ini belum dapat mengatasi inflasi.

Mata uang Turki, Lira telah kehilangan nilainya sebesar 44 persen terhadap dolar pada tahun lalu, dan lebih dari 11 persen sejak awal Januari.

Pemerintah Erdogan telah menanggapi anjloknya nilai Lira, dengan menggunakan bank-bank Turki untuk membeli Lira sebagai upaya untuk memotong kerugian mata uang.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved